Bagikan:

JAKARTA  - Facebook untuk pertama kalinya pada Selasa 9 November mengungkapkan prevalensi intimidasi dan pelecehan di platformnya. Mereka mengatakan konten tersebut dilihat antara 14 dan 15 kali per setiap 10.000 tampilan di situs pada kuartal ketiga.

Perusahaan, yang baru-baru ini mengubah namanya menjadi Meta, juga mengatakan dalam laporan moderasi konten triwulanannya bahwa konten intimidasi dan pelecehan terlihat antara 5 dan 6 kali per 10.000 tampilan konten di Instagram. Besarnya jumlah konten pelecehan dan intimidasi di platform facebook dibandingkan Instagram ini hampir tiga kali lipat. 

Raksasa media sosial, yang lama di bawah pengawasan atas penanganan pelanggaran pada layanannya, telah menjadi sorotan setelah mantan karyawan dan pelapor Frances Haugen membocorkan dokumen internal yang mencakup penelitian dan diskusi tentang efek Instagram pada kesehatan mental remaja dan apakah Platform Facebook memicu perpecahan.

Haugen mengatakan dokumen menunjukkan perusahaan mengambil keuntungan atas keselamatan pengguna. Facebook membantah karakterisasi ini, dan mereka mengatakan dokumen itu digunakan untuk melukis "gambar palsu."

Dokumen-dokumen tersebut, yang pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal, telah mendorong seruan agar Facebook lebih transparan dan telah menimbulkan pertanyaan apakah metrik seperti prevalensi memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana perusahaan menangani pelanggaran.

Facebook mengatakan jumlah intimidasi dan pelecehannya hanya menangkap contoh di mana perusahaan tidak memerlukan informasi tambahan, seperti laporan dari pengguna, untuk memutuskan apakah konten tersebut melanggar aturannya.

Mereka mengatakan bahwa dari 9,2 juta keping konten yang dihapus perusahaan dari Facebook karena melanggar aturan intimidasi dan pelecehan, ditemukan 59,4% secara proaktif.

"Penindasan dan pelecehan adalah tantangan unik dan salah satu masalah paling kompleks untuk ditangani karena konteksnya sangat penting," kata kepala keamanan global perusahaan, Antigone Davis, dan direktur manajemen produk Amit Bhattacharyya dalam sebuah posting blog.