Frances Haugen Serukan Pemerintah Tetap Awasi Upaya Facebook Hapus Fitur Pengenalan Wajah
Whistleblower Facebook, Frances Haugen, minta pemerintah awasi upaya facebook hapus fitur pengenalan wajah. (foto: twitter)

Bagikan:

JAKARTA - Whistleblower Facebook,  Frances Haugen, menyambut baik pengumuman dari raksasa multiplatform media sosial itu bahwa Facebook akan menghapus fitur pengenalan wajah. Akan tetapi Haugen  juga mendesak pengawasan ketat oleh pemerintah terhadap langkah tersebut untuk memastikan jaringan media sosial itu memenuhi janjinya.

Facebook membuat pengumuman pada Selasa, 3 November, sebagian sebagai tanggapan terhadap pengawasan yang meningkat dari regulator dan legislator atas keamanan pengguna dan pelanggaran pada platformnya. Aktivis telah mengkritik pencetakan wajah sebagai ancaman serius terhadap privasi. "Saya sangat mendorong pengawasan pemerintah," kata Haugen seperti dikutip Reuters.

"Ketika mereka mengatakan kita telah menyingkirkan ini, apa artinya sebenarnya," dia bertanya. "Harus ada lebih banyak transparansi tentang bagaimana operasi ini bekerja untuk memastikan mereka benar-benar menindaklanjutinya."

Menjelang pertemuan dengan menteri kehakiman Jerman, pelapor, yang membocorkan sejumlah dokumen yang merusak tentang cara kerja Facebook selama ini, juga menambahkan bahwa peraturan "berbasis prinsip" Uni Eropa dan Inggris lebih efektif dalam membatasi perusahaan teknologi daripada peraturan Amerika Serikat yang lebih kaku karena pendekatan berbasis aturan.

Eropa juga memiliki peran khusus dalam memastikan Facebook meningkatkan pemantauan kontennya dalam bahasa selain bahasa Inggris.

Facebook telah menghadapi kritik karena gagal bertindak melawan ujaran kebencian dalam bahasa dari Burma hingga Yunani bahkan ketika Facebook meningkatkan pemantauannya terhadap posting berbahasa Inggris setelah penyerbuan US Capitol pada 6 Januari.

"Tempat dengan beragam bahasa seperti Eropa dapat menjadi pendukung bagi semua orang di seluruh dunia yang tidak bisa berbahasa Inggris," katanya. "Kenyataannya adalah bahwa Facebook secara radikal kurang berinvestasi dalam sistem keselamatan dan keamanan untuk semua bahasa selain bahasa Inggris."