Bagikan:

JAKARTA - Ferrari, pabrikan mobil sport dari Italia telah memulai fokus terhadap pasar elektrifikasi sejak menawarkan model LaFerrari pada 2013 lalu, kemudian diikuti 296 GTB hingga SF90 Stradale sebagai model plug-in hybrid (PHEV). 

Bahkan, segmen tersebut turut memberikan kontribusi yang besar terhadap penjualannya selama 2023. Dilansir dari Motor1, Selasa, 6 Februari, perusahaan berlogo ‘kuda jingkrak’ ini berhasil memperoleh penjualan hingga 13.663 unit dengan 44 persen di antaranya merupakan model hybrid dan 56 persen kendaraan ICE murni.

Dari hasil di atas, tingkat penerimaan kendaraan hybrid telah meningkat dua kali lipat dibandingkan perolehan tahun 2022, didorong oleh banyaknya permintaan pada 296 dan SF90.

Diperkirakan tren tersebut akan berlanjut mengingat pabrikan akan mengusung mesin hybrid pada SUV teranyarnya, Purosangue, yang saat ini hanya dijual dengan mesin V12 naturally-aspirated.

Produksi dari mobil Ferrari juga meningkat pada paruh kedua tahun 2023 dengan segmen SUV menjadi pendorong pertumbuhan penjualan. Meskipun demikian, perusahaan telah menegaskan bahwa mereka akan membatasi penjualan tahunan hingga 20 persen dari total volume perakitan.

Untuk meneruskan tren positif ini, pabrikan telah mengonfirmasi akan meluncurkan tiga model baru, terdiri dari penerus LaFerrari dan 812 Superfast, serta mobil ketiga yang identitasnya masih misterius.

Sama seperti kompetitor lainnya, Ferrari akan mengambil langkah menghadirkan lebih banyak mobil hybrid, diikuti oleh model EV murni yang dijadwalkan akan meluncur pada kuartal keempat tahun 2025 mendatang.

Mobil sport bertenaga listrik ini akan dirakit di e-building, Maranello, yang akan diresmikan pada tahun ini. Pada akhir dekade ini, perusahaan yang didirikan oleh Enzo Ferrari ini menargetkan mobil EV berkontribusi sebanyak 40 persen, 40 persen hybrid, dan 20 persen lainnya merupakan mobil ICE pada penjualan tahunannya.

Meskipun demikian, pihak pabrikan tetap berupaya untuk menyelamatkan mesin pembakaran internal dari kepunahan dengan mengadopsi bahan bakar sintetis untuk segmen kelas atas.

Sementara itu untuk divisi balap F1, Ferrari akan menggunakan 100 persen bahan bakar berkelanjutan pada tahun 2026 mendatang, sebagai bagian dari kampanye ‘Net Zero Carbon’ yang dicanangkan oleh FIA pada 2030.