JAKARTA - Pabrikan supercar seperti Ferrari memiliki komitmen untuk beralih ke elektrifikasi dan dikabarkan mereka memiliki cara tersendiri untuk memanfaatkan segmen sebagai pasar yang potensial.
Melansir dari Bloomberg, Sabtu, 29 Juni, pabrikan berbasis di Maranello, Italia ini akan menawarkan biaya berlangganan pada baterai untuk mobil Plug-In Hybrid (PHEV) dan kendaraan listrik (EV) seharga 7.000 poundsterling (Rp144,7 jutaan).
Dilaporkan biaya tersebut akan ditagihkan sebagai perpanjangan garansi. Artinya, setiap pemilik kendaraan PHEV atau EV Ferrari akan menerima layanan ini setiap delapan tahun.
Selain itu, langganan tahunan juga akan mencakup kerusakan, meskipun tidak jelas apakah garansi standar tiga tahun kendaraan akan memberikan perlindungan yang sama.
Saat ini, model hybrid Ferrari meliputi 296 dan SF90 memiliki garansi lima tahun untuk komponen bertegangan tinggi tersebut. Disebutkan antara Juli dan September 2023, keduanya menyumbang 51 persen dari seluruh pengiriman unit.
Menurut kabar lainnya, Ferrari dikabarkan akan menetapkan penggantian baterai kedua pada tahun ke-16 kendaraan. Namun, masih belum jelas apakah pemilik harus tetap membayar biaya secara berulang.
Meskipun pemilik kendaraan hybrid Ferrari harus membayar 56.000 euro untuk baterai, laporan tersebut menunjukkan bahwa para pesaing telah menetapkan biaya tinggi untuk layanan lain.
Aston Martin telah menetapkan service tiga tahun pada model Valkyrie yang perlu menghabiskan biaya 450.000 dolar AS (Rp7,3 miliaran), sementara Bugatti tetapkan perpanjangan empat tahun garansi pada Chiron sebesar 170.000 dolar AS (Rp2,7 miliaran).
Sebelumnya, harga EV pertama dari Ferrari bocor ke publik dengan kisaran 500.000 euro (Rp8,7 miliar). Harga ini mencerminkan keyakinan mereka bahwa publik dan pelanggan siap untuk transisi ini, di tengah para rival yang menunda rencana elektrifikasi sepenuhnya karena melemahnya permintaan.
BACA JUGA:
Harga tersebut belum termasuk fitur dan opsi personalisasi lainnya yang diperkirakan akan menambah biaya sebesar 15-20 persen. Namun, Ferrari belum memberikan komentar mengenai hal ini.
Pabrikan yang didirikan oleh Enzo Ferrari ini akan merakit EV pertamanya di pabrik ‘e-building’ di Maranello, Italia. Fasilitas ini diklaim memiliki jalur perakitan fleksibel yang memungkinkan Ferrari membuat mobil listrik dan non-listrik.
Ini sejalan dengan rencana jangka panjang Ferrari, yang mencakup pendekatan tiga cabang dalam menghadirkan model terbaru. Pada akhir dekade ini, proporsi model listrik dan hybrid diperkirakan akan meningkat menjadi 40 persen BEV, 40 persen hybrid, dan 20 persen ICE.