JAKARTA - Raksasa telekomunikasi Jepang, Nippon Telegraph and Telephone (NTT), berencana untuk menguji teknologi kendaraan tanpa pengemudi dengan melakukan investasi pada sebuah startup Amerika Serikat yang mengembangkan sistem pengemudi otonom.
Perusahaan startup yang dimaksud adalah May Mobility, yang didukung Toyota Motor. NTT dikutip Reuters, 6 November, berambisi untuk memulai uji coba dengan bus dan taksi otonom secepatnya pada tahun 2025, dan akan menginvestasikan sekitar 10 miliar yen (Rp1 triliun) pada startup May Mobility.
Keterlibatan NTT yang semakin meningkat dalam teknologi kendaraan otonom dipicu setelah Honda mengumumkan pada bulan Oktober bahwa mereka bertujuan untuk mendirikan usaha patungan dengan General Motors (GM) dan perusahaan robotaxi mereka, Cruise, dan ingin memulai layanan perjalanan tanpa pengemudi di Jepang pada awal 2026.
Taksi Otonom yang mulai terdesak di Amerika Serikat
Robotaxi baru saja beroperasi di Los Angeles, dan sudah ada beberapa tuntutan untuk penghentian operasi mereka. Kontroversi yang berkembang ini berlangsung lebih cepat daripada apa yang terjadi di San Francisco.
Wali Kota Los Angeles (LA), Karen Bass, dikutip dari Los Angeles Times, 3 November, telah menyuarakan kekhawatirannya dalam surat terbuka kepada presiden Komisi Utilitas Publik California (CPUC), salah satu lembaga yang telah menyetujui robotaxi di San Francisco dan Los Angeles.
Karen Bass menyuarakan penolakannya terhadap operasi robotaxi di kota ini, dengan alasan gangguan yang diduga oleh kendaraan darurat di San Francisco dan kurangnya masukan yang memadai dari pemerintah kota dalam operasi mereka.
Beberapa kelompok aktivis di LA juga mengungkapkan kekhawatiran atas teknologi besar yang pada dasarnya melakukan percobaan pada warga kota, dan di sisi lain memprotes hilangnya lapangan pekerjaan akibat otomatisasi.
“Kami menolak kendaraan tanpa pengemudi di jalan-jalan kami,” kata pemimpin serikat pekerja di LA, Yvonne Wheeler, dikutip dari Autoweek, 25 Oktober.
BACA JUGA:
Sementara, anggota dewan kota juga menyuarakan penolakan terhadap robotaxi, dengan alasan dampaknya terhadap tenaga kerja, serta meningkatkan kekhawatiran manusia dijadikan kelinci percobaan perusahaan teknologi besar.
Diketahui, pada akhir Oktober, robotaxi Cruise dari GM terlibat beberapa insiden di San Francisco yang menyebabkan penangguhan sementara izin Cruise untuk mengoperasikan armada tanpa pengemudi, hanya beberapa bulan setelah lisensi tersebut diberikan.