JAKARTA - Baru-baru ini, Departemen Perhubungan dari Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional AS (NHTSA) mengusulkan standar bahan bakar baru demi meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, serta meminimalkan penggunaan karbon beremisi.
Dalam proposal NHTSA, untuk model kendaraan 2027 hingga 2032, mobil berpenumpang harus menghasilkan peningkatan efisiensi bahan bakar sebesar 2 persen per tahun, sedangkan untuk kendaraan truk ringan diharapkan dapat meningkatkan sebesar 4 persen. Sedangkan, untuk kendaraan komersial seperti truk berat dan van diminta untuk mencapai peningkatan efisiensi hingga 10 persen per tahun untuk model 2030 hingga 2035.
Proposal tersebut dibuat untuk mencapai penghematan bahan bakar dengan rata-rata 58 mil per galon pada 2032 mendatang. Meskipun ini akan menimbulkan persaingan industri otomotif yang baru, namun perusahaan seperti General Motors (GM) tidak menyambut kabar itu dengan baik.
Dilansir Automotive News, Jumat, 28 Juli, GM memperkirakan industri otomotif akan menghadapi denda sebesar 100 miliar dolar AS hingga 300 miliar dolar AS dari 2027 hingga 2031 jika proposal tersebut jadi undang-undang baru.
Menurut GM, bagi pembuat mobil yang tidak memenuhi persyaratan dapat menghadapi denda 1.300 dolar AS hingga 4.300 dolar AS per kendaraan. NHTSA telah merespons hal tersebut dengan menegaskan perhitungan tersebut hanyalah spekulasi dan tidak akurat.
Seperti yang diketahui, produsen GM merupakan salah satu perusahaan yang tetap mempertahankan ideologinya dalam menghadirkan kendaraan bermesin pembakaran. Bahkan, mereka berani membangun pabrik dengan investasi sebesar 1 miliar dolar AS untuk memproduksi mobil ICE lainnya, seperti Chevrolet Silverado 2500HD dan GMC Sierra 3500HD.
Sedangkan, proposal tersebut menargetkan untuk menghemat konsumen lebih dari 50 miliar dolar AS pada bahan bakar, mengurangi ketergantungan minyak dengan menghemat lebih dari 88 miliar galon hingga 2050, serta mencegah lebih dari 900 juta ton emisi karbon.
BACA JUGA:
Berbeda dari GM, pembuat mobil lainnya telah mencari cara lain dalam menemukan energi alternatif. Ambil contoh Toyota yang akan memperkenalkan model berenergi fuel-cell hydrogen pada 2026 dengan menjanjikan harga lebih murah 50 persen dari model yang telah ada.