Bagikan:

YOGYAKARTA - Prestasi berupa medali penting di cabang olahraga renang. Namun, ada yang lebih dari sekadar menjadi juara atau naik podium, yaitu pertumbuhan dan perkembangan atlet renang sampai puncak.

Tidak ada juara secara instan. Atlet renang berlatih selama satu bulan hanya untuk mengejar target medali di sebuah kejuaraan tingkat kabupaten, misalnya.

Penting bagi atlet renang untuk menjalani proses karena untuk menjadi pemenang tak sekadar naik podium secara instan. Artinya, atlet tak perlu dipaksa menjalani latihan keras dan bahkan melebihi kemampuan sesuai usianya.

"Bila itu yang terjadi malah merusak atlet karena mengikuti latihan yang berlebihan. Pasalnya, dia sudah menjalani latihan yang tidak sesuai dengan usia. Dengan kata lain, program latihan ditujukan untuk anak yang usianya di atas dia. Atlet pada akhirnya tidak akan mencapai peak atau puncak performa di usia emas," ucap Danang Prio Sambodho, pelatih klub renang Tirta Amanda, Sleman, DIY.

Meraih prestasi tinggi dan sesuai dengan pertumbuhan atlet renang sesungguhnya ada program Long Term Development Athlete (LTAD) atau Pengembangan Atlet Jangka Panjang.

LTAD dikembangkan oleh ilmuwan sport science, Kanada Istva Balyi. Program itu yang seharusnya dikembangkan pelatih dan klub renang karena bisa mengantarkan atlet meraih prestasi sampai mencapai puncak.

Melalui program tersebut, atlet tidak hanya diajarkan dan berlatih renang. Namun, mereka juga bakal mendapatkan kebugaran, pengembangan intelektual, kesehatan, dan sosial melalui sebuah proses yang tidak instan.

"Bila akhirnya mereka bisa juara dan naik podium, hal tersebut tidak dilakukan secara instan. Ada proses dan itu yang memang diutamakan sebelum mereka mencapai puncak dan kemudian meraih prestasi seperti yang diinginkan," ujar Danang.

Program LTAD yang mulai dikembangkan pada 1990-an ini terbagi menjadi beberapa bagian yang disesuaikan dengan usia atlet. Melalui LTAD, atlet mencapai puncak prestasi pada usia 19 tahun ke atas untuk putra dan untuk putri 18 tahun ke atas.

Pentingnya LTAD karena keberhasilan atlet renang meraih prestasi tidak bisa dilakukan secara instan. Hanya dengan latihan satu bulan tiba-tiba atlet akan meraih medali.

"Semua klub di Pengda DIY seharusnya menerapkan LTAD karena program jangka panjang memang disesuaikan dengan usia anak. Tidak ada prestasi diraih secara instan," kata Boyke Dharma, Wakil Ketua II Pengda PRSI DIY.

"Pelatih yang berlisensi biasanya menerapkan LTAD di klub. Sebaliknya, pelatih yang belum berlisensi cenderung memilih mengejar prestasi secara dini," kata Boyke, eks perenang nasional era 1990-an.

Klub yang hanya mengejar prestasi atlet secara cepat bakal menolak program LTAD. Pasalnya, ini bisa mengangkat nama klub meski dilakukan secara instan. Ambisi klub meraih prestasi secara instan kadang sesuai dengan keinginan orang tua yang ingin menyaksikan anak-anaknya cepat berprestasi.

Ini bisa memengaruhi atlet saat memasuki usia keemasan. Terutama bila mereka dipaksa mengikuti latihan tambahan di luar porsi. Kalau mencapai keemasan, mereka tidak akan berlangsung lama dan cepat tenggelam.

"Ini bisa terjadi saat anak ikut O2SN di sekolahnya. Dia diberi porsi latihan tambahan. Namun, semua itu harus sepengetahuan pelatih. Bila sudah selesai, dia harus kembali menjalani latihan sesuai porsi," ujarnya lagi.

Persoalan yang tidak mudah memang karena orang tua sudah pasti ingin menyaksikan anaknya berprestasi. Penting untuk memberi edukasi orang tua mengenai LTAD.