Bagikan:

JAKARTA - Performa ganda campuran Indonesia terus mendapat sorotan. Belum ada pasangan yang mampu meneruskan prestasi pasca-era Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

Pasangan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti sempat jadi harapan. Namun, konsistensi jadi masalah. Mereka pun kini berada di luar pelatnas PBSI.

Sementara di dalam pelatnas, belum ada yang bisa benar-benar diandalkan. Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, Adnan Maulana/Mychelle Crhystine Bandaso dan Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati dinilai masih belum matang.

Hal ini pun mendapat sorotan dari Tontowi. Dia mengatakan, gap atau jarak yang terlalu jauh pada regenerasi ganda campuran Indonesia membuat sektor tersebut sulit bersaing di level atas.

"Yang kurang dari ganda campuran sekarang adalah dari regenerasinya menurut saya. Jadi, sewaktu saya sama Butet (sapaan akrab Liliyana Natsir) misalnya, saya waktu itu nomor satu, seharusnya estafetnya ke peringkat kedua atau ketiga Indonesia," kata Tontowi sepert dinukil dari Antara.

"Tetapi, sekarang berbeda. Tongkat estafet jatuh ke ke nomor empat atau lima, sementara negara lain pemainnya masih sama,” kata Tontowi menambahkan.

Ganda campuran Indonesia yang bisa menyumbang gelar di turnamen besar setelah pensiunnya Tontowi/Liliyana adalah Praven/Melati yang memenangi All England 2020. Namun setelah itu, prestasi ganda campuran Indonesia terjun bebas, tak ada satu pun gelar yang berhasil diraih.

Tontowi kemudian mencontohkan regenerasi di China dari Zhang Nan/Zhao Yun Lei yang kemudian diteruskan Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong. Lalu ada Thailand yang kini memiliki Dechapol/Sapsiree.

"Jadi, nomor satunya mereka sudah bertemu dengan nomor tiga kita. Jadi kalau bertemu dengan nomor satu negara lain, kita masih tertinggal. Pesan saya buat adik-adik, bukan saya menjelekkan. Mereka harus lebih bekerja keras. Target kita ini mengejar mereka," tutur Tontowi.

“Harusnya ganda campuran nomor tiga nasional harus bisa stabil mulai sekarang. Tetapi, peringkat kedua dan ketiga nasional sudah hilang. Jadi, yang ada (nasional) nomor empat harus ada di peringkat satu nasional sehingga ada gap di situ mau tidak mau," pungkas pria asal Banyumas itu.