4 Pemain IBL 2022 Masih Positif COVID-19, Berikut Daftar Namanya
Ilustrasi IBL 2022. (Dok. Situs resmi IBL)

Bagikan:

JAKARTA – Penyelenggara Liga Basket Indonesia (IBL) memastikan masih ada satu ofisial dan empat pemain yang positif COVID-19. Mereka pun masih harus menepi dari fase reguler untuk menjalani karantina mandiri.

”Setelah melakukan tes ulang polymerase chain reaction (PCR) pada Sabtu, 5 Maret, beberapa pemain dan ofisial masih harus menjalani isolasi mandiri,” demikian keterangan IBL di situs resmi mereka.

Pemain yang positif itu adalah Darryl James Parker dan Wendha Wijaya (Dewa United Surabaya), Tri Hartanto (Evos Thunder Bogor), dan Yesaya Saudale (Pelita Jaya Bakrie). Sementara itu, ofisial yang positif adalah Nur Arif Purnama (Tangerang Hawks).

Hasil positif membuat Wendha dan Darryl tidak bisa memperkuat timnya yang dijadwalkan bersua Bali United pada Minggu, 6 Maret. Sebelumnya Wendha juga positif berdasarkan hasil tes yang dikeluarkan pada 3 Maret lalu.

Nur Arif Purnama dan Tri Hartanto juga bernasib sama dengan Wendha. Mereka masih positif dalam hasil tes terbaru setelah hasil tes sebelumnya juga mengonfirmasi bahwa mereka terinfeksi.

Sementara itu, beberapa tim juga harus kehilangan pemain karena masalah cedera. Tim pendatang baru, RANS PIK tercatat belum diperkuat Nuke Tri Saputra, sedangkan NSH Jakarta masih menungguh pulihnya Andre Rorimpandey.

Masalah COVID-19 membuat seri kedua IBL yang berlangsung di Bandung, sempat ditangguhkan. Kompetisi kemudian kembali dilanjutkan di Jakarta pada 3 Maret dengan sistem gelembung terpusat.

Bergulirnya kembali kompetisi akan melanjutkan seri kedua yang dihentikan sementara. Sisa kompetisi babak reguler pun akan berlangsung hingga hingga 31 Maret 2022.

Semua personil yang terlibat juga diinapkan terpusat di Hotel Century Park Senayan Jakarta. Lapangan latihan juga berada pada kawasan yang sama, yakni GBK Arena Senayan Jakarta.

Jika merujuk jadwal awal kompetisi seharusnya dilanjutkan di Bandung sebelum seri ketiga di Solo sesuai sistem keliling kota di Indonesia. Namun, mengantisipasi lonjakan kasus membuat IBL mengubah format menjadi terpusat.