JAKARTA – Serangkaian tes harus diikuti 16 atlet yang lolos seleksi nasional PBSI dan memastikan diri bergabung ke Pelatnas. Tes tersebut mencakup tes kesehatan, psikotes, dan tes fisik.
Tes berlangsung 17-18 Januari di Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta Timur. Salah satu tujuan tes ini bertujuan untuk mengetahui potensi cedera masing-masing atlet yang bisa menghambat perkembangan mereka saat bergabung Pelatnas.
"Jadi kami mau melihat potensi mereka, tidak hanya secara teknis tapi juga komponen-komponen pendukung seperti kesehatan, mental dan fisik. Kami juga ingin mengetahui apa mereka punya riwayat cedera atau tidak, ini menjadi penting karena atlet-atlet ini akan kami proyeksikan ke level internasional. Jangan sampai yang sering terjadi selama ini, sampai di sini ada cedera dan tidak bisa berprestasi lagi," Kasubid Pengembangan Sport Science PBSI Iwan Hermawan dalam keterangan yang diterima oleh VOI.
Data yang diperoleh dari hasil tes ini akan membantu tim pelatih untuk mengembangkan atlet sesuai dengan program-program menuju level internasional. Upaya pengembangan itu tidak hanya masalah fisik atlet, tetapi juga, mentalnya mereka.
Tes kesehatan meliputi tes pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan tanda-tanda vital dan tinggi-berat badan, rontgen, pemeriksaan postural, foot scan, dokter umum, EKG, gizi, dan beighton score test. Sementara tes fisik meliputi functional movement screen, vertical jump, court agility, RAST test, dan multi stage fitness test (beep test).
Iwan mengatakan hasil tes atlet-atlet ini berada di tahapan sedang hingga bagus. Namun, tim pelatih tetap punya banyak pekerjaan rumah untuk memoles atlet hingga mencapai level tertinggi.
"Untuk tes fisik ini kami lakukan secara spesifik seperti tes kelincahan, daya tahan, dan kekuatan tungkai. Untuk kelincahan dipakai court agility, kemampuan daya tahan kardiovaskuler jantung paru kami gunakan beep test dan ada pengukuran kekuatan tungkai karena di bulutangkis selain gerakan tangan juga diperlukan power tungkai yang memadai untuk menunjang footwork, lompat dan gerakan eksplosif seorang atlet," jelas Iwan.
BACA JUGA:
Setelah mendapat data yang valid, tim pelatih akan mulai menyusun program latihan sesuai dengan prinsip individualism. Ini artinya setiap atlet akan mendapat porsi latihan yang berbeda-beda sesuai dengan standarnya.
"Setelah diolah dan didapatkan data yang valid dari para atlet ini, kami tim pelatih akan mulai menyusun program latihan dengan prinsip individualisme. Yaitu program latihan sesuai porsi dan kemampuan atlet masing-masing. Tidak disamaratakan," kata Iwan.
Selain tiga tes kesehatan, Bidang Keabsahan dan Sistem Informasi PBSI juga melakukan penyaringan (screening) data usia para atlet. Bila nanti ditemukan penyimpangan usia maka otomatis tiket masuk ke pelatnas akan gugur.