Bagikan:

JAKARTA - Judul di atas merupakan pernyataan asisten pelatih Persebaya Surabaya, Mustaqim. Kata dia, persoalan ini kerap menjadi batu sandungan saat pelatih timnas membutuhkan pemain di posisi tersebut.

"Krisis striker lokal ini harus diakui, karena kebanyakan klub-klub di Indonesia menggunakan striker asing. Bahkan bukan hanya satu, sampai dua," kata Mustaqin seperti dilansir dari Antara, Senin, 24 Agustus.

Sebagai mantan striker, Mustaqim berharap pemain muda banyak mendapatkan kesempatan bermain di klub. Dengan banyaknya pemain asing di posisi penyerang membuat kesempatan striker lokal untuk unjuk gigi menjadi minim.

Jikapun klub di Indonesia merekrut pemain lokal, mantan asisten pelatih Persija Jakarta mengatakan kebanyakan mereka hanya menjadi penghangat bangku cadangan.

"Kesempatan pemain lokal hampir tidak ada untuk starting eleven, kalaupun ada menitnya juga sangat sedikit," kata Mustaqim menambahkan.

Namun, bagi pria yang akrab disapa Abah Taqim tersebut bukan berarti Indonesia tidak punya sama sekali stok striker berkualitas. Menurutnya ada beberapa penyerang lokal yang memenuhi syarat penyerang berkualitas.

Nama-nama seperti Bagus Kahfi dan mantan striker Persebaya Osvaldo Haay dinilai Abah Taqim layak mengisi pos penyerang timnas Indonesia. Menurutnya kedua striker tersebut memiliki beberapa kesamaan.

"Menurut saya ada beberapa kriteria striker bagus, yaitu petarung, goal getter, radiusnya luas (daya jelajah), dan berani. Striker juga harus bandel dan licik. Licik dalam arti harus pintar membaca situasi, kapan harus bergerak, kapan harus eksekusi," ungkap Abah Taqim.

Selain itu, penyerang Bajol Ijo, Patrich Wanggai juga disebut sebagai salah satu striker lokal terbaik yang dimiliki Indonesia. Menurutnya kemampuan Patrich cukup komplit. Shooting kedua kakinya berbahaya, badannya cukup besar untuk melindungi bola, dan memiliki kecepatan.

"Patrich Wanggai skill individunya bagus, dan dia pernah masuk timnas. Meski sudah mulai lepas dari usia emas tapi karakternya sebagai striker berkualitas masih ada," kata salah satu sosok yang ikut membawa Persebaya juara musim 1988.

Regulasi Liga 1 soal kewajiban memainkan pemain U-20 dinilai cukup tepat untuk menambah jam terbang pemain muda. Apalagi Indonesia akan dihadapkan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun depan.