Bagikan:

JAKARTA - Era 90an menjadi momentum bangkitnya boyband di kancah internasional. Jika di tahun 60an ada nama The Jackson 5 atau Osmonds, era baru ditandai lahirnya Backstreet Boys, lalu disusul NSYNC setelahnya.

Dua boyband ternama asal Amerika Serikat ini dibentuk dan dilejitkan oleh pengusaha bernama Lou Pearlman. Popularitas mereka membawa gelombang boyband di akhir 90 hingga awal 2000an.

Sang pengusaha dikenal sebagai pebisnis ulung yang mampu menjalin relasi dengan orang-orang penting dan punya wewenang. Investor pun berdatangan menaruh harapan pada anak didik Lou yang mengawali semua dari Orlando.

Di masa jayanya, Lou dengan percaya diri mengatakan era boyband takkan pernah usai. "Era boyband hanya akan berakhir saat Tuhan berhenti menciptakan gadis remaja," ujarnya dalam tayangan docuseries Dirty Pop: The Boy Band Scam di Netflix.

Ia benar-benar mendikte musik pop saat itu dengan kesuksesan Backstreet Boys dan NSYNC. Di saat bersamaan, ia juga menjalankan berbagai bisnis dengan nama Trans Contintental, mulai dari restoran, managemen artis, maskapai dan banyak lagi.

Sayangnya, di balik gelombang influensial yang ia buat di kancah musik pop, ternyata ia melakukan banyak tipu muslihat. Ia sampai jadi buronan FBI lantaran diduga melakukan penipuan skema ponzi.

Kasus ini pun jadi salah satu penipuan skema ponzi terbesar sepanjang sejarah di Amerika Serikat. Di docuseries tersebut, perwakilan member Backstreet Boys, NSYNC dan Natural memberi testimoni mereka terkait sosok yang mereka juluki 'Big Poppa' tersebut.

Lou Pearlman meninggal dunia tahun 2016 setelah gagal menjalani prosedur kesehatan. Sampai kini, hutang yang mencapai ratusan juta dollar itu pun baru dibayar 10 juta.