Aneksasi yang Membawa Hawaii ke Pangkuan Amerika Serikat dalam Sejarah Hari Ini, 16 Juni 1897
Pertemuan Anti Aneksasi (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Pada 16 Juni 1897, Presiden Amerika Serikat (AS) William McKinley dan tiga perwakilan pemerintah Republik Hawaii, Lorrin Thurston, Francis Hatch, dan William Kinney menandatangani perjanjian aneksasi. Presiden McKinley kemudian menyerahkan perjanjian itu ke Senat AS untuk diratifikasi.

Sebelum aneksasi, Hawaii diperintah dengan sistem monarki. Hawaii dipimpin oleh seorang ratu, yaitu Ratu Lili'uokalani.

Namun pemerintahan sebelumnya, yang dipimpin oleh saudara lelakinya, Raja David Kalakaua (1874-1891) terus berselisih dengan para pengusaha asal AS dan Eropa. Para pengusaha itu berbisnis di Hawaii, terutama di industri pertanian.

Pada akhir 1890-an, petani dan pengusaha kulit putih non-pribumi mengambil kendali atas sebagian besar tanah milik rakyat Hawaii. Mengutip Ensiklopedia, tujuan utama Raja Kalakaua adalah untuk melestarikan budaya Hawaii, yang bertentangan dengan tujuan AS dan Eropa.

Ekonomi Hawaii semakin mengandalkan perdagangan dengan AS. Perjanjian perdagangan akhirnya membantu pemilik perkebunan tebu mendominasi ekonomi lokal dan politik nasional. Melihat Raja David Kalakaua yang tidak jujur, tak dapat diandalkan, anti-Amerika, dan ingin tarif besar dihapus dari penjualan gula, sekelompok pengusaha AS dan Eropa menentang raja dengan milisi bersenjata.

Sebuah konstitusi baru diterapkan. Konstitusi Bayonet, namanya. Konstitusi itu ditandatangani oleh Raja Kalakaua, yang mana sebenarnya bertentangan dengan keinginannya.

Konstitusi Bayonet membatasi otoritas pemerintahan raja, memusatkan kekuasaan pada pemilik tanah kulit putih yang kaya dan menghilangkan banyak hak penduduk asli Hawaii. Ketika Ratu Lili'uokalani menerima kepemimpinan negaranya setelah kematian saudara laki-lakinya, dia berusaha untuk mengembalikan kekuasaan kepada penduduk asli Hawaii.

Pertemuan Anti Aneksasi (Sumber: Wikimedia Commons)

Ia juga berupaya melanjutkan hubungan persahabatan dengan para pemimpin bisnis dan politik Amerika dan Eropa. Namun, pada 16–17 Januari 1893, sekelompok petani tebu Amerika beserta pengusahanya, bersama dengan bantuan Menteri AS untuk Hawaii John Stevens dan Marinir dari AS, Boston, menggulingkan Lili'uokalani.

Digulingkannya Lili'uokalani sama saja menggulingkan monarkinya. Mereka lalu mendirikan pemerintahan baru yang dipimpin oleh Sanford Ballard Dole, seorang pengacara, hakim, dan mantan penasihat raja, serta juga dikenal sebagai cukong gula AS.

Tanpa persetujuan dari Departemen Luar Negeri AS, John Stevens mengakui pemerintah baru dan menyatakan Hawaii menjadi protektorat AS pada pada 1 Februari 1893. Ratu Lili'uokalani yang tidak diam saja atas penggulingan tersebut.

Mengutip Tirto, Ratu Lili'uokalani mendatangi Presiden AS saati itu, Grover Claveland. Namun hal tersebut tidak mengubah apa-apa dan hanya memberikan kekecewan.

“Ketika Grover Claveland mengetahui mayoritas penduduk Hawaii menentang kudeta, ia menentang pencaplokan dan meminta kedudukan Sang Ratu dikembalikan. Dole dan pemerintahan sementaranya mengabaikannya; pada 1894 mereka memproklamasikan Republik Hawaii Merdeka. Lili'uokalani pun sia-sia memprotes ke Amerika Serikat dan Inggris tetapi ia diabaikan; republik baru diakui oleh negara-negara asing,” tulis Claudia Gold dalam Queen, Empress, and Concubine (2010). 

Sang ratu juga sempat merancang plot pemberontakan di Hawaii. Namun aksinya gagal dan justru membuatnya menjadi tahanan rumah. Ia ditempatkan di bekas Istana Kerajaan Hawaii.

Ratu Lili'uokalani juga dipaksa mengakui Sanford Dole sebagai kepala negara Hawaii. Akhirnya pada 16 Juni 1897, perjanjian aneksasi ditandatangani dan 1898 Hawaii resmi "dicaplok" menjadi bagian AS.

Sanford Dole yang sebelumnya menjadi kepala negara, kemudian menjadi Gubernur Amerika pertama di Hawaii. Pada 1959, Hawaii menjadi negara bagian ke-50 AS.

Keadaan Hawaii 

Melansir Britannica, Hawaii menempati peringkat yang relatif rendah di antara negara bagian AS dalam hal pendapatan pribadi, produk pertanian yang dijual, nilai pengiriman manufaktur, penjualan ritel, dan deposito bank. Sebagian besar karena ketergantungannya pada impor.

Hawaii memiliki biaya hidup yang tinggi. Ketika populasi Hawaii meningkat, perumahan menjadi semakin sulit diperoleh dan harganya sangat mahal jika dibandingkan dengan biaya perumahan di banyak negara bagian daratan.

Bahan bangunan yang sebagian besar diimpor harganya mahal. Pada 2020, Hawaii memiliki tingkat pengangguran tertinggi.

Angka pengangguran naik ke angka yang memilukan menyusul perintah penutupan yang dikeluarkan oleh otoritas lokal pada Maret 2020 akibat COVID-19. Selain penutupan bisnis dan pembatasan pertemuan besar di seluruh negeri, Hawaii juga merupakan negara bagian pertama yang mengharuskan pelancong luar negara bagian untuk dikarantina pada saat kedatangan.

Hal tersebut dikombinasikan dengan kekhawatiran publik atas keselamatan penerbangan, melumpuhkan ekonomi Hawaii yang sangat bergantung pada pariwisata. Bandara Internasional Daniel K. Inouye Honolulu terlihat kosong. Banyak toko yang ditutup dan pengumuman pidato publik yang mengarahkan orang untuk dikarantina.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH DUNIA atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI Lainnya