JAKARTA - Jika mendengar nama Adolf Hitler, sulit untuk tidak membayangkan kekejaman dan kekerasan yang meliputi sepak terjangnya. Adolf Hitler adalah pemimpin Nazi Jerman yang tak terbantahkan sejak 1921. Darimana akar kekejaman Adolf Hitler bermula?
Pada 1923, Hitler ditangkap dan dipenjara karena mencoba menggulingkan pemerintah Jerman. Namun, proses peradilan justru memberinya ketenaran dan pengikut.
Hitler menggunakan waktunya di penjara untuk mendikte ide-ide politiknya dalam sebuah buku, Mein Kampf. Tujuan ideologis Hitler, termasuk perluasan wilayah, konsolidasi negara murni ras, dan penghapusan orang Yahudi Eropa dan musuh Jerman lainnya.
Jika dilihat ke belakang, sikap yang jauh dari kata manusiawi Hitler ini merupakan buah dari didikan sang ayah. Hitler lahir pada 20 April 1889 di Braunau am Inn, perbatasan Austria-Jerman.
Ayahnya, Alois Hitler adalah petugas bea cukai. Sementara, ibunya, Klara Hitler berasal dari keluarga petani miskin. Secara finansial, keluarga Hitler hidup dengan nyaman.
Alois adalah karakter yang mendominasi. Dan Adolf muda sering mendapati dirinya menjadi sasaran temperamen sang ayah. Melansir Spartacus Education, Alois adalah sosok yang otoriter, sombong, mendominasi, agresif dan kejam.
Jurnalis asal Jerman, Konrad Heiden mengatakan ayah Hitler adalah pria tua pemarah yang telah berjuang dengan sengit dalam hidup. Ia kerap membuat pengorbanan yang paling sulit. Dan pada akhirnya segala sesuatunya tidak berjalan sesuai dengan keinginan.
Alois sangat ingin putranya sukses dalam hidup. Ia tidak segan memukuli Adolf jika tak melakukan apa yang diperintahkan. Lewat buku He Was My Chief: The Memoirs of Adolf Hitler's Secretary yang ditulis Christa Schroeder, Hitler pernah bercerita: Setelah membaca buku dari Karl May, pria pemberani tidak akan menunjukkan tanda-tanda kesakitan, saya memutuskan untuk tidak mengeluarkan suara apa pun saat saya dipukuli.
Setelah itu Adolf menghitung pukulan yang ia dapat dari ayahnya. Dengan bangga Adolf mengatakan kepada ibunya: Ayah memukul saya 32 kali dan saya tidak menangis.
Di masa anak-anak, Adolf Hitler sering sakit dan ibunya menjadi terlalu protektif. Ia khawatir kehilangan anak lagi. Oleh sebab itu, Adolf sangat menyayangi ibunya. Dia mengatakan bahwa salah satu kenangan paling bahagia adalah tidur dengan sang ibu di ranjang besar ketika ayahnya pergi.
Hubungan antara Hitler dan Alois yang buruk berakhir setelah Alois meninggal pada 3 Januari 1903. Saat itu Adolf berusia 13 tahun dan dibesarkan oleh sang ibu.
Ibunya membesarkan Hitler dengan memanjakannya. Seperti suaminya, dia ingin Adolf berprestasi di sekolah. Usahanya membujuk Adolf tidak seberhasil tindakan kasar suaminya. Adolf terus mendapatkan nilai yang buruk. Kelembutan sang ibu tidak membuat Adolf menunjukkan minat yang nyata pada studinya.
Laporan sekolah terakhirnya, tertanggal 16 September 1905, menunjukkan nilai "cukup" dalam bahasa Jerman, kimia, fisika, geometri dan gambar geometris. Dalam geografi dan sejarah dia "memuaskan". Namun, gambar tangannya yang bebas digambarkan sebagai "luar biasa".
Kejam terhadap saudara perempuan
Sikap keras sang ayah menurun pada Adolf. Dua sejarawan, Timothy Ryback dan Florian Beierl menemukan sebuah jurnal yang ditulis saudara perempuan Adolf Hitler, Paula Hitler. Jurnal tersebut memberikan wawasan yang luar biasa tentang sifat disfungsional keluarga Führer.
Mengutip The Guardian, Dr Ryback adalah kepala Institut Sejarah Kontemporer Obersalzberg Jerman, yang mendedikasikan hidupnya melakukan penelitian tentang Hitler. Sementara, Beierl telah menulis beberapa buku tentang pemimpin Partai Nazi dan kanselir Reich Ketiga.
Jurnal milik Paula Hitler, yang digali di lokasi rahasia di Jerman mengungkap bahwa saudara laki-lakinya adalah tukang bully di masa remajanya. Adolf juga tak segan memukuli Paula.
Menceritakan kenangan paling awal masa kecilnya, ketika dia berusia sekitar delapan tahun dan Adolf berusia 15 tahun, Paula menulis: Sekali lagi saya merasakan tangan saudara laki-laki saya mendarat di wajah saya.
Mereka mengatakan bahwa tes ilmiah telah memverifikasi keaslian dokumen tersebut. Paula Hitler, yang selalu dianggap sebagai pihak yang tak bersalah di Keluarga Hitler, bertunangan dengan salah satu dokter eutanasia paling terkenal di Holocaust.
"Adolf adalah kakak laki-laki dan sosok ayah. Dia sangat ketat dengan Paula dan kerap menamparnya. Tapi Paula membenarkannya, karena dia percaya itu untuk kebaikan pendidikannya," ujar Dr Ryback.
Sikap keras Adolf terus bertahan hingga ia dewasa dan watak yang tidak bisa dihilangkan darinya. Bahkan meskipun kini ia telah tiada, kekejamannya dengan Holocaust dan pembantaian Yahudi besar-besaran, meninggalkan luka bagi banyak pihak hingga kini.
*Baca Informasi lain soal SEJARAH DUNIA atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.