JAKARTA - Media sosial dihebohkan dengan kemunculan kembali video propaganda Adolf Hitler dan Osama bin Laden. Klip video Hitler yang diterjemahkan menggunakan kecerdasan buatan (AI) ke dalam bahasa Inggris tersebut telah ditonton oleh puluhan juta pengguna di situs media sosial milik Elon Musk, platform X.
Dalam video tersebut, Hitler menyerukan "pemusnahan ras Yahudi". Yang mengejutkan, video tersebut justru menuai banyak komentar positif.
“Apakah kaum ‘Globalis’ psikopat memfitnah Hitler seperti mereka mencoba memfitnah Putin?” komentar salah satu pengguna di bawah video tersebut. "Sepertinya begitu."
Fenomena viral ini terjadi akibat kebijakan “kebebasan berbicara absolut” yang diterapkan Elon Musk pada platform miliknya. Ini mengikuti tren sebelumnya di kalangan pengguna TikTok Generasi Z yang membela Osama bin Laden atas serangan teroris 9/11.
Para ahli teori sosial mengaitkan kembali menghangatnya dukungan terhadap para tokoh tersebut dengan pergeseran generasi dan ketertarikan pada retorika otoriter dari musuh-musuh sejarah Amerika.
"Beberapa generasi telah berlalu sejak masa-masa sulit sebelumnya. Para elit melupakan hal itu dan mulai mengkonfigurasi ulang ekonomi dengan cara yang menguntungkan diri mereka sendiri," kata ahli ekologi yang menjadi sejarawan, Peter Turchin, kepada Financial Times. "Pertanyaannya adalah apakah akan ada wabah kekerasan makro."
“Saya mulai berpikir kita mungkin telah kalah dalam PDII,” komentar salah satu pengguna dengan akun terverifikasi X pada klip AI-Hitler. “Sepertinya orang-orang ini lebih mementingkan negara mereka di atas segalanya,” tulis yang lain.
Hitler adalah pemimpin Partai Nazi yang bertujuan untuk melenyapkan orang Yahudi Eropa dan musuh lainnya yang dianggap sebagai ancaman bagi Jerman Nazi. Anti-Semitismenya ini berujung pada Holocaust, di mana enam juta orang Yahudi terbunuh oleh rezim Nazi.
Software AI yang digunakan untuk menghasilkan video Hitler yang menghasut ini berasal dari startup kloning suara ElevenLabs. Perusahaan ini baru-baru ini menghadapi pengawasan ketika teknologinya digunakan untuk membuat panggilan robocall yang meniru Presiden Joe Biden.
BACA JUGA:
Reaksi terhadap video tersebut tentu saja melintasi berbagai ideologi politik. Banyak pengguna X lainnya ikut mengecam retorika rasis dan anti-Semit Hitler yang dibuat dengan AI, serta mereka yang mempromosikannya di platform tersebut.
“Orang yang mengatakan dia tidak akan pernah menikahi Taylor Swift karena dia terlalu tua dan itu membuat [Travis] Kelce gay adalah orang yang sama yang mempromosikan pidato AI Hitler,” kata peneliti keamanan siber @SwiftOnSecurity dalam sebuah posting, merujuk pada troll sayap kanan Owen Benjamin.
“Ini sama-sama menarik dan mengerikan, membuka pikiran monster sejarah,” tulis pengguna lain.
Platform media sosial lain, TikTok, menghadapi situasi serupa beberapa bulan lalu. Mereka mengecam pengguna yang mempromosikan surat keji yang ditulis oleh Osama bin Laden terkait dengan serangan 11 September dan berjanji untuk menghapus konten apa pun yang merujuk padanya.
“Konten yang mempromosikan surat ini jelas melanggar aturan kami tentang mendukung segala bentuk terorisme,” tulis TikTokPolicy dalam sebuah posting ke X, yang sebelumnya bernama Twitter. “Kami secara proaktif dan agresif menghapus konten ini dan menyelidiki bagaimana konten tersebut bisa masuk ke platform kami.”
Pihak TikTok mengklaim bahwa jumlah video di platform mereka “sedikit” dan “laporan tentang trennya [di platform] tidak akurat.”