JAKARTA - Isu gerakan islam fundametalis, Taliban, kembali ramai di Indonesia. Novel Baswedan, penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menilai isu tersebut selalu muncul untuk mengganggu kerja pengusutan korupsi.
Selain Taliban, gerakan radikal jihad lain yang sering muncul dan menggegerkan Indonesia ialah ISIS dan al-Qaeda. Ketiga gerakan ini sama-sama melancarkan aksi terorisme. Mereka mengusung misi jihad “membersihkan dunia dari ancaman (budaya lain, khususnya budaya barat)”.
Meski terlihat hampir sama, tiga kelompok radikal ini memiliki perbedaan, melansir dari Forces.net.
Taliban
Meskipun Taliban dan al-Qaeda sama-sama menerapkan ajaran-ajaran Islam Sunni, praktik yang menekankan pada interpretasi literal Al-Qurna, keduanya memiliki perbedaan dalam prinsip. Prinsip kelompok Taliban berasal dari cara hidup Pasthun, suku tradisional di Afghanistan.
Di awal kemunculannya, Taliban mengusung visi ingin memulihkan perdamaian dan keamanan lewat hukum syariah di daerah Pashtun.
Kelompok Taliban mulai terkenal ketika musim gugur 1994. Kelompok ini memegang kekuasaan Afghanistan selama 5 tahun, 1996 – 2001.
Dalam bahasa Arab, kata ‘Talilban’ mempunyai arti ‘mahasiswa’. Sebuah spekulais mengatakan kelompok ini awal muncul mengajarkan variasi ketat Islam Sunni, lewat seminari keagamaan.
Taliban mengatur undang-undang sangat otoriter. Seperti perempuan di atas 10 tahun tidak boleh menonton televisi, mendapat pendidikan, dan menggunakan media sosial.
Al-Qaeda
Al-Qaeda lebih menerapkan ajaran Wahhabisme, bentuk ekstrim dari Islam Sunni. Kelompok al-Qaeda didirikan pada tahun 1988 di Pakistan. Pendirinya adalah Osama Bin Laden dan Mohammada Atif.
Prinsip jihad yang mereka pegang adalah “Jihad defensif”. Jika ada seorang muslim yang melawan atau membelot, muslim tersebut dicap sebagai lawan Islam. Taliban memandang negara-negara barat sebagai lawan Islam.
Dalam bahasa Arab, ‘al-Qaeda’ mempunyai arti ‘fondasi’. Kelompok ini meyakini harus mengumpulkan dan menggerakan Islam menggunakan jihad.
BACA JUGA:
ISIS
ISIS didirikan pada tahun 2014 dengan slogan Negara Islam. ISIS muncul beberapa minggu setelah penangkapan Mosul, saat komandan Taliban membelot dan memilih mengabdi kepada Abu Bakr al-Baghdadi.
Kelompok ISIS melakukan praktik-praktik yang lebih ekstrim daripada Taliban. Taktik perang ISIS lebih condong seperti pasukan militer biasa. Sementara Taliban dan al-Qaeda menggunakan strategi perang gerilya.
ISIS juga melancarkan doktrin dengan teknologi yang lebih modern. Mereka memanfaatkan media sosial, yang mana tidak dilakukan oleh kelompok teroris sebelumnya.
ISIS menggunakan Twitter, YouTube, dan WhatsApp untuk melakukan propaganda, menghasut anak-anak muda agar bergabung dengan mereka dan berjihad memerangi budaya barat.