Ramai Lagi Isu Radikal dan Taliban di KPK, Febri Diansyah: Masih Laku?
Febri Diansyah (Foto: Mahesa ARK/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Mantan Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Febri Diansyah angkat bicara soal ramainya isu lama terkait Taliban dan radikalisme yang menyerang komisi antikorupsi tersebut.

Dia menilai, isu ini muncul karena saat ini KPK sedang mengusut sejumlah kasus besar dari mulai suap pengadaan bansos COVID-19 hingga suap ekspor benur atau benih lobster.

"Isu Taliban dengan video tahun 2019 sebelum demo mahasiswa dimunculkan lagi. Berbarengan dengan mulai menghangatnya penanganan kasus korupsi Bansos COVID-19" kata Febri dikutip VOI dalam akun Twitter miliknya @febridiansyah, Senin, 25 Januari.

Adapun video Taliban yang dimaksudnya sempat diunggah oleh akun Twitter @mochamadarip pada Sabtu, 23 Januari. Dalam video itu, Febri menjadi orang yang dicatut sebagai anggota Taliban KPK dan disebut tengah menggembleng mahasiswa untuk melakukan tindakan anarkis saar demo menolak revisi UU KPK 2019 lalu.

"Ada apa ya, masih laku jualan isu Taliban di KPK?" ungkap pegiat antikorupsi tersebut menanggapi video yang beredar. Febri menduga isu Taliban ini selanjutnta bakal menyasar penyidik senior KPK, Novel Baswedan.

"Dan mungkin dikaitkan dengan penyidik-penyidik yang sedang menangani kasus korupsi besar. Misalnya, kasus korupsi benur ataupun korupsi Bansos COVID-19 yang sedang dtangani KPK," tegasnya.

Selanjutnya dia berharap agar semua pihak tetap menjaga komisi antirasuah tersebut. Apalagi, saat ini, KPK tengah bekerja untuk menangani kasus korupsi.

Selain itu, Febri juga mengingatkan sejumlah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan KPK. Dari mulai mencari buronan eks caleg PDI Perjuangan Harun Masiku hingga sejumlah kasus besar seperti BLBI yang harus diselesaikan.

"Tugas kita mengingatkan. Ada juga kasus BLBI dengan kerugian negara Rp4,58 Triliun. 2 tersangkanya masih DPO. Pengumuman tersangkanya sejak Juni 2019 dan sebentar lagi 2 tahun," ujarnya.

"Menurut UU KPK revisi, setelah 2 tahun ada peluang kasus-kasus korupsi SP3 atau penghentian penyidikan. Apa BLBI akan di-SP3?" imbuhnya.

Adapun soal isu Taliban ini sudah ditanggapi oleh penyidik KPK Novel Baswedan. Menurutnya, isu ini kerap digunakan oleh pendukung koruptor yang kepentingannya terganggu dengan kerja pengusutan korupsi yang dilakukan oleh lembaganya.

"Isu radikal-Taliban sudah sering digunakan oleh para pendukung koruptor padahal jelas itu isu tidak benar dan mengada-ada," tegas Novel kepada wartawan.

Dia menyebut, isu ini memang kerap digunakan oleh pendukung koruptor untuk menyerang KPK dan hal ini selalu terjadi ketika komisi antirasuah tersebut melakukan pengusutan kasus korupsi.