Halusinasi LSD Pertama di Dunia Dialami Penciptanya Albert Hoffman dalam Sejarah Hari Ini, 16 April 1937
Pencipta LSD, Albert Hoffman (Sumber: Commons Wikimedia)

Bagikan:

JAKARTA - Albert Hofmann tiba-tiba mengalami halusinasi luar biasa. Ia tengah bekerja di laboratorium farmasi, Sandoz kala itu, ketika ia tak sengaja mengonsumsi LSD-25, obat sintetis yang ia buat pada 1937. Inilah halusinasi atau 'trip' LSD pertama di dunia.

Pada 1938, Hoffman menciptakan LSD-25 sebagai bagian dari penelitian tentang nilai obat dari senyawa asam lisergat. LSD kemudian secara resmi dikenal sebagai asal lisergat dietilamida.

Mengutip History, Hofmann lalu menceritakan pengalamannya. Ia menjelaskan secara rinci bagaimana ia merasakan suatu sensasi luar biasa seperti adanya imajinasi dan mimpi yang saat itu membuatnya tidak nyaman.

Ilustrasi LSD trip oleh Johnny Depp sebagai Raoul Duke dalam Fear and Loathing in Las Vegas (Sumber: IMDB)

“Jumat lalu, 16 April 1943, saya terpaksa menghentikan pekerjaan saya di laboratorium pada siang hari dan pulang ke rumah karena dipengaruhi oleh kegelisahan yang luar biasa, ditambah dengan sedikit pusing. Di rumah saya berbaring dan tenggelam dalam kondisi yang tidak menyenangkan," kata dia.

"Seperti mabuk yang ditandai dengan imajinasi yang sangat terstimulasi. Dalam keadaan seperti mimpi, dengan mata tertutup (karena saya merasakan siang hari menyilaukan tidak menyenangkan), saya merasakan gambar fantastis yang tidak terputus, bentuk luar biasa dengan permainan warna kaleidoskopik yang intens. Setelah sekitar dua jam, kondisi ini memudar.”

Hoffman telah menyintesis LSD selama lima tahun sebelumnya, dengan harapan bisa mengobati penyakit pernapasan. Namun obat tersebut tidak kunjung membuahkan hasil dalam penyembuhan penyakit pernapasan.

Pencipta LSD Albert Hoffman (Sumber: Commons Wikimedia)

Karena itu Hoffman kemudian berhenti menelitinya. Untuk menguji teori bahwa LSD mungkin ada hubungannya dengan reaksi aneh yang ia alami di laboratorium, Hoffman dengan sengaja mengonsumsi lebih banyak obat tersebut beberapa hari kemudian.

Kali ini pengalaman Hoffman lebih meresahkan. Tapi Hoffman telah mengantisipasi dengan meminta asisten laboratoriumnya untuk mengawal saat ia bersepeda pulang. Pilihan bijak karena kecemasan Hoffman betul-betul menjadi.

Saat pulang, Hoffman melihat tetangganya tampak seperti penyihir jahat. Hoffman berpikir dirinya menjadi gila. Seorang dokter dipanggil. Tapi sang dokter tak menemukan apa pun yang salah secara fisik dengan Hoffman. Hoffman kemudian berangsur-angsur membaik. Sensasi psikedelik yang luar biasa itu memudar.

"Kaleidoskopik, gambar-gambar fantastis melonjak dalam diri saya, bergantian, beraneka ragam, membuka dan kemudian menutup diri dalam lingkaran dan spiral, meledak dalam air mancur berwarna, menata ulang dan menghibridisasi diri dalam fluks konstan," dikutip dari Multidisciplinary Association for Psychedelic Studies.

LSD sebagai obat jiwa

LSD (Sumber: McGill.ca)

Hoffman dengan cepat sampai pada kesimpulan bahwa LSD dapat jadi alat yang ampuh untuk merawat orang dengan kondisi kejiwaan, meski ia tak dapat membayangkan ada orang yang menggunakannya untuk tujuan rekreasi. Pihak Sandoz setuju dan mematenkan LSD pada 1947, memasarkannya kepada psikiater untuk diberikan pada pasien sakit jiwa.

Perusahaan farmasi juga merekomendasikan agar terapis meminum obat tersebut sehingga mereka dapat lebih memahami pasien mereka. Selama periode 15 tahun yang dimulai pada 1950, penelitian tentang LSD dan zat halusinogen lainnya menghasilkan lebih dari seribu makalah ilmiah dan beberapa lusin buku.

LSD kemudian diresepkan sebagai pengobatan untuk lebih dari 40 ribu pasien, termasuk orang-orang seperti bintang film, Cary Grant. Banyak psikiater juga mulai menggunakan obat tersebut untuk rekreasi dan membagikannya dengan teman-teman.

Pada saat yang sama, badan-badan intelijen, seperti CIA mulai memelajari LSD sebagai senjata kimia potensial. Alasannya, seperti yang dikatakan seorang peneliti:

LSD mampu membuat seluruh kelompok orang, termasuk pasukan militer, acuh tak acuh terhadap lingkungan dan situasi, mengganggu perencanaan dan penilaian, bahkan menciptakan ketakutan, kebingungan dan teror yang tak terkendali.

Tekanan politis penggunaan LSD

Ditekan oleh pejabat publik yang resah melihat penyebaran LSD di tengah masyarakat umum, Sandoz berhenti memproduksinya pada 1965. Tapi sudah terlambat.

Didukung oleh orang-orang seperti psikolog Harvard, Timothy Leary, LSD terlanjur jadi komponen inti dari budaya tandingan pada 60-an. Sebagai tanggapan, pemerintah AS melarang obat tersebut pada 1966.

Penelitian tentang LSD yang cukup banyak berakhir pada 1980. Uang hibah telah mengering karena tidak ada yang mau dikaitkan dengan obat yang menjadi sasaran pejabat publik dan lembaga penegak hukum itu.

LSD (Sumber: Commons Wikimedia)

Namun, pada Maret 2014, hampir 40 tahun sejak ujiklinis terakhir pada LSD, Journal of Nervous and Mental Disease menerbitkan hasil studi, di mana 12 orang di Swiss --kebanyakan dari mereka adalah pasien kanker stadium akhir-- diberi LSD sebagai bagian dari terapi mereka.

Para peneliti ingin melihat apakah obat tersebut dapat membantu mereka menghadapi kematian yang telah menunggu. Salah satu pasien, seorang pria 67 tahun melaporkan bahwa ia bertemu dengan ayahnya yang telah lama meninggal dan terasing di suatu tempat di alam semesta.

Ia mengangguk. Ia juga memberi testimoni. LSD tak dapat menyelamatkannya dari kematian. Tapi LSD mampu membantu jiwanya menghadapi kematian.

*Baca Informasi lain soal PENGETAHUAN atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI Lainnya