Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, delapan tahun yang lalu, 25 November 2016, Majelis Ulama Indonesia (MUI) ajak umat Islam untuk bijak dalam bermain media sosial (medsos). MUI menganggap bermain medsos bisa jadi malapetaka jika tak digunakan untuk kebaikan.

Sebelumnya, bermain medsos punya sisi positif negatif. Positifnya orang-orang dapat membuka koneksi dan pertemanan. Negatifnya orang-orang terjebak dalam kebebasan. Mereka mencoba mempertontonkan aksi saling hujat hingga menembarkan kebencian satu sama lain.

Kehadiran ragam medsos – Facebook, Twitter/X, Instagram, hingga Telegram—punya keseruannya masing-masing. Banyak orang merasakan manfaat langsung dari medsos. Mereka jadi dapat punya teman banyak dan membangun jaringan.

Ada juga medsos jadi sarana eksplorasi diri. Keuntungan besar lainnya adalah medsos dapat memangkas jarak dan waktu. Khalayak umum hanya butuh sebuah perangkat cerdas dan dapat menjejahi banyak hal dalam medsos.

Kondisi itu memancing orang-orang untuk mencoba memanfaatkan medsos untuk kebaikan. Mereka mencoba menjadikan medsos sebagai etalase karya-karya, dari gambar hingga lukisan. Mereka pun dapat berjumpa dengan calon pelanggan potensial yang ingin menggunakan jasanya.

Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Pusat, Cholil Nafis. (ANTARA)

Medsos memang banyak membawa kebaikan. Namun, tak sedikit pula dampak negatif dari media sosial. Dampak negatif muncul ke mana-mana. Penggunaan bahasa pergaulan kadang kala jadi kebablasan. Banyak bahasa yang tak layak diungkap diperdengarkan.

Mereka mencoba mengomentari apa saja. Hasilnya aksi saling hujat muncul. Belakangan banyak pula yang datang untuk saling menebar kebencian. Alih-alih mencari pertemanan baru, aksi itu membuat mereka memunculkan permusuhan di mana-mana.

Belakangan malapetaka bisa datang bermain media sosial. Oleh sebab itu, penggunaan medsos kepada anak-anak dan remaja harus diawasi oleh orang tua.

"Jangan sampai terjadi penggunaan bahasa medsos menimbulkan kebencian,perpecahan, mengadudombakan, menjelek-jelekan serta menghina," kata pengamat pendidikan Tuti Tuarsih sebagaimana dikutip laman ANTARA, 8 November 2016.

Belakangan kebebasan bermain medsos mulai dianggap kebablasan. MUI pun angkat bicara pada 25 November 2016. Mereka mengajak seluruh umat Islam untuk bijak dalam bermain medsos. MUI meyakini kehadiran medsos penting.

Namun, penggunaannya tak boleh sembarang. Pengguna medsos harus memiliki tanggung besar supaya medsos jadi media untuk menebar kebaikan, bukan kebencian. MUI ingin supaya medsos digunakan untuk membangun citra positif.

Jika Medsos dibangun dengan citra negatif, maka hasilnya akan membawa banyak mudarat ketimbang manfaat. Apalagi, UU ITE masih berlaku. Artinya setiap orang bisa terancam masuk penjara karena berkomentar sembarang di medsos.

"Tapi medsos akan jadi malapetaka kalau tidak dapat menggunakan dengan baik. Ada yang berakibat buruk bahkan ada yang berurusan hukum. Dia dijadikan tersangka bahkan di penjara gara-gara medsos. Kita lihat dari yang terbawa kasus hukum. Teman-teman yang jadi tersangka gara-gara UU ITE.”

"Oleh karena itu, edukasi kita melalui dakwah, ini yang ingin kita sampaikan melalui acara ini. Ayolah aware. Sekarang saja kondisi jadi agak hangat, seperti kata presiden. Kondisi ini kan gara-gara medsos. Revolusi atau konflik yang di Suriah juga gara-gara medsos," ujar Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Pusat, Cholil Nafis dikutip laman detik.com, 25 November 2016.