JAKARTA – Memori hari ini, enam tahun yang lalu, 24 November 2018, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto menegaskan Indonesia butuh empat juta wirausaha baru. Jumlah itu diungkapnya dalam rangka membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sebelumnya, wirausaha adalah bidang yang terbatas di Indonesia. Perkembangannya tak banyak. Jauh di antara rata-rata jumlah wirausaha dari negara maju. Kondisi itu cukup kontras dengan jumlah penduduk Indonesia yang kini mencapai 260 juta.
Pembukaan lapangan pekerjaan di Indonesia tak pernah masif. Narasi itu karena tak banyak generasi penerus bangsa yang memilih karier sebagai wirausaha. Kebanyakan orang-orang di daerah justru ingin menyandarkan mimpinya jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) saja.
Pandangan itu semakin jauh dari terciptanya pembukaan lapangan kerja skala besar. Pemerintah pun kadang kala tak mau pusing. Mereka memadukan kondisi lapangan kerja terbatas sembari memberikan solusi untuk bekerja ke luar negeri.
Opsi itu memang membantu rakyat Indonesia mencari pekerjaan, tapi tak bisa dikatakan sebagai solusi jangka panjang. Apalagi, jika pekerjaan yang diambil pekerja migran Indonesia hanya berada ditataran low level bukan terampil.
Indonesia butuh membangun di negera sendiri. Pemerintah pun harusnya dapat membangun sesuai amanat UUD 1945 menjamin kesejahteraan rakyatnya. Namun, bagaimana pun hal itu masih jauh dari harapan.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Danang Girindrawardana sampai angkat bicara. Ia mengungkap bahwa jumlah wirausaha di Tanah Air saat ini baru mencapai 3,1 persen dari total penduduk usia produktif.
Suatu jumlah yang terlampau sedikit dibanding wirausaha di negara lainnya yang rata-rata mencapai 14 persen. Indonesia masih kurang di sana-sini. Pun pendidikan menjadi wirausaha tak banyak. Sebab, modal niat saja takkan cukup.
"Angka wirausahawan kita terakhir hanya 3,1 persen dari jumlah masyarakat di usia produktif Indonesia. Berbeda dengan jumlah di negara-negara maju yang bisa mencapai 14 persen. Artinya, masih ada gap yang jauh diantara itu," ujar Danang sebagaimana dikutip laman CNN Indonesia, 19 Oktober 2018.
Fakta itu membuat Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto tergerak pada 24 November 2018. Ia menyadari Indonesia hanya memiliki 3.1 persen wirausaha. Jumlah itu sebenarnya sudah cukup. Suatu jumlah yang dianggap telah melebihi standar Internasional yang hanya dua persen.
BACA JUGA:
Namun, Indonesia punya misi untuk menjadi bangsa besar. Misi itu jadi pembeda. Airlangga pun mengunggap Indonesia setidaknya butuh memiliki empat juta wirausaha baru. Jumlah itu diangkapnya sebagai bagian untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dari negara-negara lainnya.
Airlangga pun berusaha menyerukan kepada menteri lainya untuk berfokus hadirnya pengusaha di berbagai bidang. Semua upaya itu dilakukan untuk meningkat daya saing dan produktivitas Indonesia. khususnya, di era digital.
Aksi meningkatkan wirausaha tak bisa ditunda-tunda. Urgensinya tinggi. Bisa untuk membuka laman pekerjaan dan membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang.
"Maka itu, agar Indonesia menjadi negara maju, pemerintah terus memacu pertumbuhan wirausaha termasuk industri kecil dan menengah (IKM), sekaligus meningkatkan produktivitas dan daya saingnya di era digital," kata Airlangga sebagaimana dikutip laman tempo.co, 24 November 2018.