JAKARTA – Memori hari ini, 23 tahun yang lalu, 15 November 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerima anugerah gelar warga kehormatan Brimob. Apresiasi itu diberikan karena SBY telah banyak berkontribusi untuk perkembangan TNI dan Polri.
Sebelumnya, SBY memiliki karier gemilang sebagai prajurit. Ia termasuk sebagai lulusan Akmil terbaik. Langkah itu membuatnya tumbuh jadi prajurit yang andal. Sekalipun kemudian ia masuk ke dalam gelanggang politik. Ia tak lupa memperjuangkan hak TNI dan Polri.
SBY memang bercita-cita menjadi prajurit. Ia mengarahkan seluruh pikirannya untuk dapat masuk Akmil dan berhasil. SBY kemudian mampu menyerap segala macam ilmu dengan baik. Ia jadi yang paling menonjol.
Kondisi itu membuatnya jadi lulusan Akmil terbaik 1973. SBY pun berhak menyandang anugerah Adhi Makayasa. Kehidupan SBY sebagai prajurit dimulai. Ia bersedia ditempatkan di mana saja. Ia pernah mengarungi hidup jadi bagian dari Operasi Seroja di Timor Timur (kini: Timor Leste).
Belakangan SBY pun mulai masuk gelanggang politik. Kariernya mentereng pada era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). SBY dipercaya menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi, kemudian Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan Indonesia (Menkopolkam).
BACA JUGA:
Kehadiran SBY jadi bagian dari jajaran menteri era Gus Dur dianggap punya manfaat besar. Gus Dur melihat SBY sebagai sosok yang pintar dan cerdas. SBY mampu bertindak sebagai mentor dari banyak menteri lain. Khususnya, Mahfud MD yang pernah menjabat Menteri Pertahanan era 2000-2001.
SBY pun tak pelit Ilmu. Ia terbuka dengan siapa saja. kondisi itu membuat SBY mulai banyak mendapatkan simpati. Apalagi, pada era Megawati Soekarnoputri. nama SBY dielu-elukan sebagai calon pemimpin Indonesia di masa depan.
Puncaknya, SBY muncul sebagai pemenang dalam Pilpres 2004. Ia pun menjadi Presiden Indonesia yang baru.
“Demikianlah empat hari setelah itu saya dilantik menjadi Menteri Pertahanan, sedangkan Pak Yudhoyono jadi Menkopolkam. Sejak itulah saya sering berhubungan dan banyak belajar dari Pak Yudhoyono, bukan hanya dalam masalah militer dan pertahanan, melainkan juga tentang cara berhubungan dan berteman dengan orang lain.”
“Saya terkesan atas keramahan dan kehangatannya. Pak Yudhoyono selalu berusaha menyembunyikan kenyataan bahwa dia tahu orang lain tidak tahu, sehingga orang lain itu tidak pernah merasa direndahkan atau dibikin tersipu karena ketidaktahuannya diketahui oleh Pak Yudhoyono,” ujar Mahfud MD dalam buku Gus Dur: Islam, Politik, dan Kebangsaan (2010).
Eksistensi SBY sebagai pemimpin Indonesia tak membuatnya lupa daratan. Ia terus peduli kepada institusi yang membesarkan namanya: TNI. Bahkan, kepedulian SBY tak hanya kepada TNI, Polri pun ikut dikembangkannya.
SBY ingin keduanya bersinergi mendukung Indonesia jadi bangsa besar. Manfaatnya pun dirasakan banyak pihak. Puncaknya, SBY diapresiasi oleh Brimob di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, pada 15 Oktober 2013. Brimob pun menganugerahkan SBY gelar warga kehormatan Brimob. Apresiasi itu diberikan karena SBY punya andil besar dalam mengembangkan Polri.
"Beliau kan panglima tertinggi dan beliau kan Presiden. Sudah banyak jasa-jasanya untuk membangun kesatuan, di TNI maupun Kepolisian. Tentu wajar kan beliau mendapat warga kehormatan itu. Contohnya pengembangan satuan. Dibandingkan sejak sebelum beliau kan sekarang memang besar. Pengembangan satuan baik secara dukungan SDM, pendidikan, sarpras, kan selama jabatan beliau.”
"Jadi ada kuantitatif ada kualitatif. Pendidikan sudah banyak sekarang. Kesempatan kita untuk tugas keluar pun (lebih banyak) zamannya beliau Presiden. Satuan yang besar itu bukan karena jumlahnya besar, tapi soliditas dan profesional, tentunya berdasar faktor moral," pungkas Kepala Brimob Polri, M Rum Murkal sebaimana dikutip laman Okezone, 15 November 2013.