JAKARTA – Memori hari ini, 10 tahun yang lalu, 1 Agustus 2014, Menteri Agama (Menag), Lukman Hakim Saifuddin mengungkap gerakan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) atau Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) bertentangan dengan Pancasila. Gerakan itu hanya menyuburkan paham radikal saja.
Sebelumnya, banyak di antara WNI yang bergabung dengan kelompok ISIS. Mereka berasal dari berbagai wilayah di Nusantara, dari Jawa Timur hingga Lampung. Mereka ikut-ikutan memperjuangkan negara Islam di Iraq dan Suriah.
Kehadiran ISIS di bawah pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi menguncang dunia pada 2013. Kelompok radikal itu bercita-cita menjadikan Irak dan Suriah sebagai negara Islam. Namun, untuk mencapai cita-cita itu mereka membenarkan kekerasan.
Banyak negara di dunia tak memberikan dukungannya terhadap ISIS. Anehnya, justru banyak warga dunia yang ingin bergabung dengan ISIS. Keinginan itu disinyalir muncul karena propaganda ISIS yang menyampaikan hal-hal positif terkait cita-cita negara Islam.
Barang siapa yang mau ke Suriah, niscaya akan disambut oleh ISIS. Biaya mereka akan diganti dan mereka dipastikan akan mendapatkan gaji tinggi. Propaganda itu disempurnakan dengan iming-iming surga dari keinginan berhijrah ke Suriah.
Hasilnya banyak warga dunia yang segera meninggal pekerjaan dan negaranya. Mereka lalu memboyong keluarganya menuju Suriah. Kondisi itu pun terjadi di Indonesia. Orang-orang dengan kelompok usia dari 20-30 tahunan banyak yang bergabung dengan ISIS di Suriah.
Mereka rata-rata berasal dari sejumlah daerah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Bima, Bengkulu dan Lampung. Mereka dapat ke Suriah dengan identitas sebagai mahasiswa atau petugas kemanusiaan. Pemerintah Indonesia pun was-was.
Mereka yang pergi ke Suriah dapat berpotensi pulang ke kampung halamannya menjadi kaum ekstrimis dan memaksa Indonesia menjadi negara Islam. Narasi itu membuat pemerintah Indonesia terus waspada kepada mereka yang telah bergabung ISIS.
"Ya badan intelijen keamanan polri sudah mendata, namun saya perlu koordinasi dengan badan intelijen Polri apakah data terebut bisa dibagikan kepada media atau menjadi informasi yang dikecualikan. Kita selalu memantau hal yang bisa kita cegah pada saat mereka kembali ke Indonesia, jangan sampai ada dampak negatifnya," kata Juru Bicara Kepolisian Indonesia, Ronny F. Sompie dikutip laman KBR, 26 Juli 2014.
Kekhawatiran kepada mereka yang pergi ke Suriah dan bergabung dengan ISIS muncul di mana-mana. Menag, Lukman Hakim Saifuddin pun angkat bicara pada 1 Agustus 2014. Ia mengungkap ISIS bukan sebagai perwujudan Islam yang damai.
Gerakan ISIS dianggap telah bertentangan dengan dasar negara Pancasila. Mereka bak memaksa suatu negara jadi negara Islam dengan menggunakan kekerasan. Ia menyebutkan juga barang siapa yang telah bersumpah dan berjanji setia kepada ISIS akan dapat kehilangan kewarganegaraannya.
Ia pun mengimbau aparat keamanan untuk menindak tegas mereka yang mengancam kedaulatan Indonesia. Kelompok itu diramalkan akan menjadi ancaman serius bagi Indonesia pada kemudian hari.
"Ideologi ISIS bertentangan dengan Pancasila. Mengatakan Pancasila sebagai thogut (berhala) yang harus diperangi itu sudah amat kelewat batas, Mereka ingin perjuangkan negara Islam di Iraq dan Suriah. Umat Islam Indonesia tak perlu terpengaruh dan ikut-ikutan," kata Lukman sebagaimana dikutip Kompas.com, 1 Agustus 2014.