Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, empat tahun yang lalu, 25 Maret 2020, anggota Kerajaan Inggris, Pangeran Charles dinyatakan positif tertular virus korona (COVID-19). Penularan itu dianggap wajar karena sebelumnya Pangeran Charles banyak menghadari kegiatan publik.

Sebelumnya, eksistensi virus dari Wuhan dianggap ancaman bagi seisi Inggris. Penularan COVID-19 yang cepat jadi musababnya. Pemerintah Inggris ambil sikap. Mereka mencoba membatasi keramaian di Inggris. Opsi lockdown ‘karantina wilayah’ jadi pilihan.

Mewabahnya pandemi COVID-19 membuat seisi dunia panik. Narasi itu terjadi karena dunia gagal mengantasipasi penularan virus korona. Virus yang mulanya hanya menyebar di Wuhan, China kemudian mulai menjalar ke seisi dunia karena pintu penerbangan internasional tak ditutup.

Inggris pun merasakannya. Negara maju itu tak luput dari terjangan ‘badai’ COVID-19. Alih-alih hanya membuat angka kematian meningkat, virus korona membuat segala sektor di Inggris kena masalah. Banyak usaha gulung tikar dan pengangguran muncul di mana-mana.

Birkhall, rumah di Balmoral Estate kompleks kediaan pribadi keluarga Kerajaan Inggris di Skotlandia, tempat Pangeran Charles melakukan isolasi mandiri setelah terinfeksi virus COVID-19. (Wikimedia Commons)

Pemerintah Inggris pun bersiasat. Mereka tak ingin hancur-lebur diterpa COVID-19. Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson pun mencoba melakukan karantina wilayah pada 23 Maret 2020.

Opsi itu diambil supaya angka penyebaran COVID-19 dapat menurun. Banyak sektor bisnis hingga perbankan diliburkan. Sekolah-sekolah mulai ditutup. Sebagai gantinya, pemerintah lalu meminta anak sekolah mulai mengadopsi belajar dari rumah. Suatu kondisi yang membuat orang tua kewalahan.

Opsi karantina wilayah selama 3 minggu pun buat kepanikan. Rakyat Inggris lalu berbondong-bondong ke pusat perbelanjaan untuk menyetok perbekalan. Beberapa barang jadi langka di pasaran macam tisu toilet. Kemudian, warga Inggris diminta untuk sebisa mungkin tetap berada di rumah.

"Orang tidak boleh bepergian, dengan cara apa pun, kecuali mereka benar-benar harus melakukannya. Orang London harus menghindari interaksi sosial kecuali benar-benar diperlukan, dan itu berarti mereka harus menghindari menggunakan jaringan transportasi kecuali benar-benar diperlukan," ujar Wali Kota London, Sadiq Khan sebagaimana dikutip Antara, 25 Maret 2020.

Pesan pemerintah yang mengimbau rakyat Inggris untuk tetap di rumah. (Unsplash/Caspar Rae)

Masalah muncul. Kepanikan rakyat Inggris kian menjadi-jadi kala anggota Kerajaan, Pangeran Charles dinyatakan positif mengidap COVID-19 pada 25 Maret 2020. Pengujian Prince of Wales itu dilakukan National Health Service (NHS).

Pihak Charles pun menyatakan bahwa tak dapat berspekulasi di mana Sang Pangeran tertular COVID-19. Semua karena Charles terlampau banyak menghadiri acara publik satu minggu ke belakang. Bahkan, dalam acara Pangeran Charles dan tamu undangan tak mengenakan masker.

Boleh jadi Pangeran Charles tertular COVID-19, tapi, istrinya, Camilla justru negatif. Keduanya tetap melakukan isolasi mandiri di Skotlandia. Kondisi itu tak mengubah keadaan. Rakyat Inggris tetap panik.

"Prince of Wales sudah dites virus corona, hasilnya positif. Beliau telah menunjukkan gejala-gejala ringan tapi tetap dalam kondisi sehat dan seperti biasa bekerja dari rumah selama beberapa hari terakhir ini.”

“Duchess of Cornwall, Camilla juga sudah menjalani tes tetapi tidak terkena virus. Tidak mungkin dipastikan dari siapa Charles tertular virus itu karena begitu banyak kegiatan publik yang beliau hadiri selama beberapa minggu terakhir ini dalam menjalankan tugasnya,” kata kata Clarence House, kantor rumah tangga Charles dalam penyataannya sebagaimana dikutip Antara, 25 Maret 2020.