Bagikan:

JAKARTA - Kekakuan kerap hadir dalam kontestasi politik di Indonesia. Segenap partai dengan ideologi – nasionalis, agamis, hingga Pancasilais—beraninya andalkan figur veteran. Mereka bak mesin pencetak suara. Kondisi itu membuat keterwakilan anak muda pada pentas politik jadi mimpi di siang bolong.

Semuanya berubah kala Partai Solidaritas Indonesia (PSI) hadir. PSI siap mewakili anak muda untuk memenangkan Pemilu 2019. Alih-alih menang, PSI gagal total. Kegagalan itu membuat PSI dijuluki Partai Satu Koma.

Politik adalah sebuah tugas mulia untuk mewujudkan kebahagiaan bagi semua orang. Itulah pandangan PSI yang lahir setelah rangkumnya Pemilu 2014. Presenter kesohor, Grace Natalie dan aktivis Muhammadiyah, Raja Juli Antoni ada di baliknya.

Keduanya menginginkan adanya reformasi partai politik supaya lebih memerhatikan hajat hidup rakyat Indonesia. Partai pendatang baru itu mencoba membuka jalan ikhtiar untuk memajukan anak muda ke panggung politik.

Logo Partai Solidaritas Indonesia (PSI), partai politik yang sempat dijuluki Partai Satu Koma usai Pemilu 2019. (Wikimedia Commons)

Sesuatu yang jarang sekali diangkat oleh partai lainnya. Gebrakan coba dilakukan. PSI pun mulai memanaskan mesin politiknya untuk menatap Pemilu 2019. PSI mencoba mengajak anak muda berprestasi di seluruh Nusantara untuk berpartisipasi sebagai kader.

Syukur-syukur mereka nantinya dapat mewakili kepentingan PSI dan anak muda di gelanggang parlemen Senayan. Narasi itu membuat PSI gencar menyeleksi Caleg dengan cara transparan dan terbuka. Mereka yang terpilih lalu disiarkan lewat media sosial yang dimiliki PSI.

Khalayak umum jadi dapat mengetahui rekam jejak calon wakil rakyat dari PSI. Pun PSI mencoba mengedepankan keterwakilan wanita sebagai caleg. Bahkan, caleg wanita mencapai angka 45 persen, sedang pria 65 persen. Sebuah hal yang takkan ditemukan di parpol lainnya.

Momentum yang ditunggu-tunggu pun tiba. PSI berhasil terdaftar sebagai salah satu peserta Pemilu 2019. PSI mendapat nomor urut 11. PSI percaya diri bahwa mereka dapat menembus parliamentary threshold yakni empat persen suara.

“PSI adalah partai politik pendatang baru di tahun politik ini, mengusung tema gerakan anak muda, ini adalah partai dengan platform milenial. Dipimpin oleh presenter kenamaan, Grace Natalie dan Sekretaris Jenderal Aktivis Muhammadiyah, Raja Juli Antoni. Meskipun, dalam wujud pandangan politik PSI tidak tampak lain dengan partai-partai mapan yang jauh lebih kenyang asam garam politik Indonesia.” ungkap Dedi Kurnia Syah Putra dalam buku Political Social Responsibility (2018).

Partai Satu Koma

Boleh jadi kepercayaan diri PSI meninggi. Mereka yakin segenap rakyat Indonesia akan memilih PSI. Nyatanya, jauh panggang dari api. Kampanye populis dengan embel-embel mewakili anak muda tak bertaji dalam kontestasi politik Pemilu 2019.

Alih-alih dapat menembus menembus parliamentary threshold empat persen suara, PSI dalam hasil resmi KPU hanya mampu meraih suara 1,89 persen. Perolehan suara itu membuat keinginan PSI masuk parlemen jadi mimpi di siang bolong.

PSI lalu mengaku kalah dan menghormati proses demokrasi dalam Pemilu 2019. Kekalahan PSI jadi bahan olok-olokan politisi lainnya. Banyak yang menganggap PSI sedari awal kemunculannya sudah bermulut besar. PSI menganggap partai yang sudah ada sudah tak cocok dengan selera zaman.

Hanum Rais ikut merespon kekalahan PSI. Putri dari politisi sekaligus tokoh reformasi, Amien Rais itu bak mengejek PSI dengan menyebut partai anak muda itu Nasakom pada 24 April 2019. Nasakom yang dimaksud Hanum bukan berarti merujuk ke ideologi Nasakom – nasionalis, agama, komunis-- ala Bung Karno.

Kicauan Hanum Rais yang berbalas komentar dari kader PSI, Tsama Amany. (Twitter/@tsamaraDKI)

Nasakom yang dimaksud adalah partai Nasib Satu Koma. Sindiran itu membekas bagi kader-kader PSI. Bahkan, khalayak umum kemudian mulai menjuluki PSI sebagai Partai Satu Koma yang merujuk kepada suara yang diraih pada Pemilu 2019.

Sindiran Partai Satu Koma kemudian bergelora di ruang publik hingga media sosial. Kader PSI pun mulai geram dengan julukan tersebut. Belakangan kekalahan PSI dalam Pemilu 2024 bak membentuk pola sama. Suara yang diraih PSI hanya mencapai 2,8 persen. Boleh jadi julukan Partai Satu Koma kemudian berganti ke Partai Dua Koma? Wallahualam.

“Mbak boleh hina kami apa pun. Tapi satu hal penting: kami akan selalu jaga kepercayaan tiga juta rakyat Indonesia dengan terus memegang idealisme kami. Tidak akan pernah kami melakukan pembodohan publik dengan kebohongan. Lebih baik kalah dengan integritas dibanding berbohong. Itu sikap,” balas kader PSI, Tsamara Amany dalam kicauannya di Twitter, 24 April 2019.