JAKARTA - Anies Baswedan percaya diri dapat mengatasi urusan banjir Jakarta. Gubernur DKI Jakarta era 2017-2022 itu ikut putar otak mencari solusi. Siasat baru digulirkan. Proyek Sejuta Sumur Resepan, namanya. Segala penjuru Jakarta kebagian jatah dibuatkan sumur resapan.
Masalah muncul. Anies dianggap gegabah ‘mendewakan’ satu solusi saja. Langkah membuat sumur resepan tak banyak berguna. Tiap hujan intensitas tinggi mengguyur Jakarta banjir senantiasa hadir.
Tiap pemimpin Jakarta punya ajian masing-masing menanggulangi urusan banjir. Bahkan, ajiannya kerap dilabeli sebagai yang terbaik. Joko Widodo (Jokowi)- Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pun pernah memiliki keyakinan dapat membuat banjir minggat dari Jakarta.
Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta era 2012-2017 itu menyiapkan sederet langkah, dari pencegahan hingga penanganan banjir. Keduanya meyakini menanggulangi banjir Jakarta tak dapat dengan 'mendewakan' satu langkah saja. Sederet langkah pencegahan dan penanggulangan disiapkan.
Jokowi-Ahok ingin menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH), Ruang Terbuka Biru (RTB), hingga normalisasi Kali Ciliwung. Ahok juga menambah langkah itu dengan membentuk petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) di tiap kelurahan.
Upaya itu berjalan masif. Namun, banjir tetap mampu hadir di Jakarta. saban hujan gede, kedua pemimpin Jakarta itu kerap tak bisa tidur memikirkan kapan banjir dapat surut. Nakhoda DKI Jakarta yang baru Anies Baswedan tak mau kalah.
Ia yakin kepemimpinannya dapat menyelesaikan masalah banjir Jakarta. Ia ingin tampil beda dengan pemimpin DKI Jakarta sebelumnya. Ia menolak melanjutkan proyek normalisasi Kali Ciliwung. Anies justru tertarik dengan siasat baru.
Anies dengan percaya diri mencanangkan proyek pembangunan 1,8 juta sumur resapan atau yang juga dikenal sebagai drainase vertikal sedari 2018. Sebuah solusi yang diyakini jitu. Anies menyanjung sumur resapan sebagai solusi yang mampu menyerap air hujan.
Sumur resapan pun dapat memelihara kualitas tanah dan mengisi cadangan air tanah. Alias, sekali membangun, tiga manfaat dapat dirasakan oleh seisi Jakarta. Anies tak lupa melengkapi langkahnya dengan mengimbau warga Jakarta untuk membangun sumur resapan secara mandiri.
“Anies menekankan pentingnya setiap warga bertanggung jawab memastikan air tidak melimpah ke jalanan. Selain dengan disiplin tidak membuang sampah sembarangan, ia turut mengimbau agar semakin banyak dibangun sumur resapan.”
“Diameternya bisa mulai dari 60 sentimeter hingga satu meter dan diletakkan di pekarangan. Properti seperti sekolah, gedung perkantoran, dan apartemen yang memiliki halaman luas diharapkan bisa menggalakkan pembuatan sumur ini,” ujar Laraswati Ariadne Anwar dalam tulisannya di Harian Kompas berjudul Gubernur DKI Jakarta Imbau Warga Membuat Sumur Resapan (2020).
Tak Banyak Berguna
Proyek pembangunan sumur resapan pun dimulai. Anies dan Pemerintah DKI Jakarta menyakini proyek ini akan membawakan hasil signifikan. Nyatanya, jauh panggang dari api. Kehadiran sumur resapan tak banyak berguna.
Kondisi itu bukan karena sumur resapan yang baru dieksekusi hanya mencapai ribuan – jauh dari target 1,8 juta. Semua bermuara pada proyek sumur resepan yang sejatinya bukan solusi utama mencegah banjir Jakarta. Negara lainnya bahkan tak ada yang 'mendewakan' solusi drainase vertikal untuk menangkal banjir.
Pembangunan sumur resapan ala Anies mendapatkan kritikan dari sana-sini. Pembangunan sumur resepan yang serampangan jadi yang paling disorot. Laporan terkait serampangannya pembangunan mengganggu pengendara motor/ mobil berseliweran di media sosial.
Kondisi itu diperparah dengan kehadiran ribuan sumur resapan yang tak banyak membantu kala hujan terus mengguyur Jakarta. Banjir tetap saja menyapa Jakarta seperti sedia kala. Kondisi itu membuat program sumur resapan hanya buang-buang anggaran.
Empunya kuasa diminta untuk menimbang ulang rencana itu. Alih-alih memaksa diri membangun sejuta sumur resepan, pemerintah DKI Jakarta dapat bertindak lebih optimal mencegah banjir dengan menjalankan proyek normalisasi Kali Ciliwung dan sejenisnya.
BACA JUGA:
“Sumur resapan hanya salah satu cara dalam menangani banjir, tapi bukan yang utama. Pemerintah tidak bisa mengandalkan jutaan sumur resapan untuk menampung curahan air hujan tinggi karena kapasitasnya sangatlah kecil.”
“Misalkan satu juta sumur resapan Jakarta dapat menampung sekitar dua miliar liter air. Bila curah hujannya merata 1 milimeter, air yang tumpah sekitar 661,5 juta liter. Dengan lemikian, semua sumur resapan hanya mampu menampung curah hujan hingga 3 milimeter. Padahal curah hujan terendah di DKI tahun ini saja mencapai 12,1 milimeter dan tertinggi seribu milimeter lebih,” tertulis dalam laporan Majalah Tempo berjudul Salah Sasaran Sumur Resapan (2021).