JAKARTA – Memori hari ini, tujuh tahun yang lalu, 2 Maret 2017, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengundang petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) ke Balai Kota. Ahok pun berterima kasihnya atas cekatannya petugas berjuluk Pasukan Oranye surutkan banjir Jakarta.
Sebelumnya, kepemimpinan Ahok tak pernah ‘mendewakan’ satu solusi untuk menanggulangi banjir Jakarta. Ia mempersiapkan langkah pencegahan sekaligus penanganan banjir kala hujan tak kunjung berhenti.
Penanganan banjir kerap menjadi pekerjaan rumah setiap pemimpin Jakarta. Kondisi itu telah berlangsung lama. Siapa pun yang menjabat, niscaya penanganan banjir jadi salah satu prioritas utama. Urusan penanganan banjir pun senantiasa jadi janji kampanye calon pemimpin Jakarta jelang pemilu.
Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih 2012-2017, Joko Widodo (Jokowi) dan Ahok pernah menjanjikannya. Keduanya mencanangkan langkah tepat guna untuk menangulangi banjir Jakarta. Langkah itu terdiri dari langkah pencegahan dan penanganan kala banjir.
Ambil contoh dalam langkah pencegahan. Jokowi-Ahok menyiapkan langkah dari pembangunan banyak Ruang Terbuka Hijau (RTH), Ruang Terbuka Biru (RTB), hingga normalisasi Kali Ciliwung. Namun, urusan normalisasi Kali Ciliwung jadi yang paling sukar.
Pemerintah DKI Jakarta kerap dipaksa melakukan kebijakan kurang populer dalam mewujudkan rencana normalisasi Kali Ciliwung. Kebijakan itu memaksa Jokowi kemudian dilanjutkan Ahok sebagai orang nomor satu Jakarta untuk melakukan penggusuran.
Upaya itu jadi yang paling masuk akal. Semuanya karena urusan normalisasi adalah upaya mengembalikan kondisi lebar sungai. Barang siapa yang berada dan bertempat tinggal di bantaran kali akan digusur.
Kebijakan itu memicu deru protes. Ahok pun terpaksa harus menghadapi warga dengan ragam tuntutannya. Bahkan, pemerintah DKI Jakarta dianggap tak mengindahkan perintah pengadilan karena memaksa penggusuran terjadi di beberapa tempat macam Kampung Pulo.
“Rendahnya RTH disiasati Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Ahok dengan cara membeli kembali lahan agar bisa digunakan untuk membangun RTH. Selain RTH, Pemprov DKI bahkan berencana membangun Ruang Terbuka Biru (RTB), yakni membangun waduk untuk penampungan air.”
“Bagi Ahok, normalisasi sungai merupakan solusi rasional yang harus diambil. Untuk tujuan tersebut, tempat tingga warga yang menghuni kawasan bantaran kali terpaksa harus digusur, dan Ahok memberikan kompensasi tempat tinggal untuk mereka di rusun yang telah disediakan,” terang Rafif Pamenang Imawan dalam buku Sudah Senja di Jakarta (2020).
Alih-alih hanya menyiapkan upaya pencegahan banjir, Ahok pun menyiapkan upaya penanganan banjir Jakarta. Ahok bersiasat menghadirkan petugas PPSU di tiap wilayah pemukiman penduduk. Spesipik lagi di tiap kelurahan di Jakarta.
Mandat itu dipertegas dengan keluarnya Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 169 Tahun 2015 tentang Penanganan Prasarana dan Sarana Umum Tingkat Kelurahan. PPSU yang kemudian dikenal sebagai Pasukan Oranye hadir mempercantik Jakarta, khususnya penanganan kala banjir datang.
Mereka bekerja di tiap kelurahan dengan 3 sif selama 24 jam. Tiap kelurahan dapat memperkerjakan 40 hingga 70 petugas PPSU. Kehadiran begitu efektif. Apalagi, kala banjir menerpa segenap wilayah Jakarta pada Februari 2017.
Ahok sampai tak bisa tidur karena warganya kebanjiran. Namun, Pasukan Oranye muncul bak juru selamat. Mereka bekerja keras supaya banjir Jakarta cepat surut. Kadang mereka membersihkan sampah-sampah. Kadang pula mereka memperbaiki saluran air yang mampet.
Ahok pun mengaku bangga dengan Pasukan Oranye. Sebagai bentuk apresiasi, Ahok mengundang segenap Pasukan Oranye ke Balai Kota pada 2 Maret 2017. Ahok kemudian mengutarakan rasa terima kasihnya atas cekatannya PPSU dalam menyurutkan banjir Jakarta.
BACA JUGA:
"Saya ingat waktu mulai PPSU. Waktu itu lurah sering ngeluh kesulitan mencari warga yang mau kerjaan menjaga lingkungan. Saya buat SK pembuatan PPSU untuk rekrut orang di lingkungan. Jakarta bersih karena jasa saudara semua. Orang suka kata kan saya kerja sendiri, memang saya Superman? mana bisa (kerja sendiri). Dulu, kalau hujan saya deg-degan, cek CCTV segala macam. Sekarang PPSU (Pasukan Oranye), Pasukan Biru bekerja baik. Supaya bangga juga, semua alat berat dan truk di cat biru.”
"Saya imbau soal keamanan, saya nggak mau ada kecelakaan kerja. Walaupun ada BPJS dan asuransi, saya nggak mau kehilangan orang yang kita cintai. Yang nyelam juga nggak boleh kalau nggak pakai apa-apa, harus pakai kacamata dan baju. Saya takut ada luka, kalau luka kecil memang kelihatannya tidak apa-apa tapi kalau infeksi itu yang bahaya," ujar Ahok sebaimana dikutip laman Detik.com, 2 Maret 2017.