Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, enam tahun yang lalu, 2 Januari 2018, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pengoperasian Kereta Api Bandara Soekarno-Hatta. Kehadiran kereta bandara dianggapnya sebagai suatu bentuk sumbangsih pemerintah menghadirkan akses yang nyaman dari dan ke bandara.

Sebelumnya, keinginan memiliki Kereta Api Bandara Soekarno-Hatta dicetus pada era Ignasius Jonan jadi orang nomor satu di KAI. Proyek itu terkendala beberapa hal, dari izin hingga pembebasan lahan.

Keinginan memiliki Kereta Api Bandara Soekarno-Hatta tercetus pada 2011. Ignasius Jonan ada di baliknya. Direktur Utama KAI itu ngotot menghadirkan kereta dari dan ke bandara karena banyak manfaat. Antara lain menurunkan konsumsi BBM, hemat waktu, dan menurunkan tingkat polusi.

Narasi itu bukan pepesan kosong belaka. Jonan merasa akses dari dan ke bandara di dominasi oleh kendaraan roda dua dan bus. Jonan tak ingin berlama-lama supaya pilihan moda transportasi jadi beragam. Proyek kereta bandara pun digodok pada akhir 2013.

Jauh panggang dari api. Pembangunan kereta bandara terkendala izin dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Perhubungan. Masalah itu sempat dirangkumkan. Namun, masalah lain muncul. Urusan pembebasan lahan belum beres pada 2015.

Penampakan kereta api Bandara Soekarno-Hatta yang diresmikan penggunaannya oleh Presiden Jokowi pada 2 Januari 2018. (PT INKA)

Mimpi jonan pun dilanjutkan oleh penerusnya di KAI, Adi Sukmoro. Ia mencoba menjadikan proyek kereta bandara sebagai prioritas. Pun proyek itu didukung penuh oleh Presiden Jokowi.

Adi Sukmoro optimis bahwa pembangunan akan segera selesai pada pertengahan tahun 2017. Kereta Api Bandara Soekarno-Hatta rencananya akan dijadikan contoh bagi pembangunan kereta bandara di belahan Nusantara lainnya.

“Jika moda angkutan ini jadi beroperasi, Bandara Soekarno-Hatta menjadi bandara kedua yang terhubung dengan rel kereta. Saat ini baru Bandara Kualanamu di Sumatera Utara yang sudah terhubung dengan moda angkutan berbasis rel.”

“Setelah Bandara Soekarno-Hatta, sistem serupa akan diterapkan di Bandara Padang, Yogyakarta, dan Solo. Kereta Bandara Soekarno-Hatta diproyeksikan bisa mengangkut 33,9 ribu penumpang per hari atau 20 persen dari rata-rata jumlah penumpang pesawat,” terang Praga Utama dan Joniansyah dalam tulisannya di koran Tempo berjudul Tiket Kereta Bandara Bisa Melampaui Rp100 Ribu (2017).

Hasilnya gemilang. Kereta Bandara Soekarno-Hatta sudah diuji coba pada akhir Desember 2017. Pun kemudian Presiden Jokowi turut meresmikan langsung pengoperasian Kereta Api Bandara Soekarno-Hatta pada 2 Januari 2018.

Peresmian itu kemudian dianggap langkah maju. Suatu gebrakan dari pemerintah untuk menyediakan pilihan moda transportasi dari dan ke bandara yang bermanfaat. Sekalipun pengoperasiannya belum menyentuh Stasiun Manggarai (masih sebatas Stasiun Sudirman Baru: BNI City) sebagaimana rencana awal.

“Pada awal pengoperasian, KA Bandara Soekarno-Hatta akan melayani penumpang dari Stasiun Sudirman Baru, Stasiun Duri, Stasiun Batu Ceper, dan Stasiun Bandara Soekarno-Hatta. Setiap harinya disiapkan 42 (empat puluh dua) perjalanan KA dengan headway 60 (enam puluh) menit. Jadwal keberangkatan dari Stasiun Sudirman Baru mulai pukul 03.51 WIB dan keberangkatan akhir pukul 21.51 WIB. Jadwal keberangkatan dari Stasiun Bandara Soekarno-Hatta mulai pukul 06.10 WIB dan berakhir pukul 23.10 WIB.”

“Untuk mengangkut penumpang dari dan ke Bandara Soekarno-Hatta, pada awal pengoperasian disiapkan 3 trainset kereta. Setiap trainset terdiri dari 6 kereta dengan 272 kursi pada setiap rangkaian, sehingga dalam 1 hari dapat diangkut kurang lebih 11.000 penumpang. Di setiap kereta juga dilengkapi priority seat bagi penyandang disabilitas, pendingin udara, layar TV LED untuk hiburan dan memberikan informasi posisi kereta,” tertulis dalam laman Direktorat Jenderal Perkeretaapian, 2 Januari 2018.