JAKARTA – Sejarah hari ini, 40 tahun yang lalu, 27 Desember 1983, Pemimpin besar umat Katolik, Paus Yohanes Paulus II memaafkan orang yang pernah ingin membunuhnya, Mehmet Ali Yahya Agca. Aksi itu membuat seisi dunia kagum dengan aksi Paus.
Seisi dunia seakan diajarinya terkait nilai tertinggi pengampunan. Sebelumnya, percobaan pembunuhan telah dilakukan Agca di Lapangan Santo Petrus Vatikan. Empat peluru diletuskan ke arah Paus. Dua di antaranya mengenai bagian perut dan tangan kiri.
Seisi dunia berduka pada 13 Mei 1981. Kedukaan itu didasari oleh terjadinya upaya percobaan pembunuhan kepada Paus Yohanes Paulus II. Pemimpin besar umat Katolik itu sebelumnya tak punya firasat buruk apa-apa.
Ia menjalankan kewajibanya untuk menjalankan audiensi umum di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Ia yang menggunakan kendaraan terbuka tampak menyalami umat Katolik yang berada di lokasi. Paus Paulus bahkan sempat menggendong gadis kecil. Namun, malang tak dapat ditolak.
Paus justru jadi target percobaan pembunuhan. Pistol pun diarahkan kepadanya dari sosok misterius. Empat buah tembakan dilepas. Dua tembakan berhasil mengenai Paus. Satu pada bagian perut. Satunya lagi di tangan kiri.
Paus pun ambruk. Lalu penembak yang kemudian diketahui warga berkebangsaan Turki bernama Mehmet Ali Yahya Agca ditangkap. Paus dilarikan ke Rumah Sakit Gemelli Roma. Sedang Agca diamankan petugas berwajib.
Peristiwa itu mengagetkan seisi dunia. Kekejian lewat upaya percobaan bunuh diri dikutuk di sana-sini. Pemimpin dunia pun angkat bicara. Mereka terkejut dan mengecam pembunuh. Dunia tak pernah menyangka orang yang tak ada hubungannya politik dan perang jadi target percobaan pembunuhan.
“Para pemimpin dunia dan gereja hari ini mengungkapkan keterkejutan dan kemarahan mereka atas berita penembakan Paus Yohanes Paulus II di Roma. Ratu Elizabeth II mengatakan bahwa dia merasa ngeri dan sangat terkejut: Pangeran Philip dan saya mengirimkan doa kami untuk kesembuhannya.”
“Perdana Menteri Inggris, Margaret Thatcher dan Uskup Agung Canterbury, Dr. Robert Runcie, juga menyampaikan ekspresi keterkejutan dan kekecewaan mereka atas upaya pembunuhan tersebut. Paus telah mengumumkan rencana untuk mengunjungi Inggris, Skotlandia dan Wales pada tahun 1982. Perdana Menteri Charles Haughey dari Irlandia mengatakan bahwa ia sangat terkejut. Kunjungan Paus ke Irlandia pada tahun 1979 dikenang dengan jelas di sana,” ujar Frank J. Prial dalam tulisannya di surat kabar The New York Times berjudul Leaders Around the World Voice Scock and Anger (1981).
BACA JUGA:
Kebencian terhadap Agca terus mengemuka. Kecaman pun datang dari mana-mana. Namun, secara tak terduga Paus mendatangi Agca di Penjara Pebibbia, Roma, Italia pada 27 Desember 1983. Paus pun berjumpa dengan penembaknya.
Peristiwa itu membawa kehebohan. Semuanya karena Paus bertindak bijak. Ia menyatakan memaafkan Agca dan memberikan ampunan. Pun Paus tak peduli alasan Agca melakukan upaya percobaan pembunuhan. Agca pun mencium tangan Paus. Keduanya kemudian berpisah dengan suasana haru.
“Selama 21 menit, Paus duduk bersama orang yang pernah ingin pembunuhnya, Agca. Keduanya berbicara dengan lembut. Sekali dua kali Agca tertawa. Paus memaafkannya atas penembakan tersebut. Di akhir pertemuan, Agca mencium cincin Paus atau menempelkan tangan Paus, ke keningnya sebagai tanda hormat Muslim,” terang Lance Morrow dalam tulisannya di majalah Time berjudul Pope John Paul II Forgives His Would-Be Assassin (1984).