Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, 27 tahun yang lalu, 13 Desember 1996, diplomat ulung, Kofi Annan terpilih sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB. Keberhasilan itu karena Annan berhasil memperlihatkan kemampuannya dalam menangani banyak konfilk dengan keterampilan diplomasi tingkat tinggi.

Sebelumnya, hidup sebagai bagian dari bangsa terjajah, Ghana pernah dirasakan oleh Annan. Pengalaman itu membuat Annan peka dengan ragam konfik dunia. Bekal itu membuat kariernya sebagai diplomat ulung berkembang.

Manusia tak dapat memilih di mana mereka lahir. Kofi Annan, salah satunya. Ia lahir di Kumasi, Gold Coast (kini: Ghana) pada 8 April 1938. Kala itu negerinya sedang dijajah oleh Inggris. Namun, penjajahan bukan halangan bagi Annan berkembang.

Orang tuanya mampu membiayai Annan untuk meraih pendidikan. Annan tak menyia-nyiakan kesempatan bersekolah. Pucuk dicinta ulam tiba. Anan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di Amerika Serikat, kemudian Swiss.

Narasi itu membuatnya merangkai mimpi jadi diplomat. Ia membayang dunia yang penuh dengan kedamaian. Mimpi itu kemudian membawanya jadi bagian dari Organisasi Kesehatan Dunia bentukan PBB, WHO pada 1962.

Kofi Annan (tengah berjas terang) bersama Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Afsel Thabo Mbeki (ketiga dari kanan) dalam acara Peringatan 50 Tahun Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 24 April 2005. (Perpusnas)

Ia mulanya bertugas sebagai petugas administrasi. Kariernya kian melejit. Ia mampu meraih banyak jabatan prestisius di Sekretariat PBB. Semenjak itu Annan mulai dikenal sebagai diplomat ulung. Annan mulai banyak terlibat dalam segala macam konflik yang sulit dibicarakan.

Apalagi, kala ia terpilih sebagai wakil sekjen operasi penjaga kedamaian pada 1993-1995. Tindak-tanduk itulah yang membuatnya banyak turun tangan berdiplomasi untuk perdamaian. Keterampilan itu membuat nama Annan melejit. Ia mulai dikenal oleh banyak pemimpin bangsa di dunia.

“Annan mendapatkan pengalaman langsung pertamanya melakukan misi diplomasi dengan berjumpa Penguasa Irak, Saddam Hussein. Hal itu dilakukan kala ia dikirim ke Baghdad pada tahun 1990 untuk merundingkan pemulangan 900 staf internasional dan pembebasan sandera barat di Irak.”

“Setelah berakhirnya perang Teluk, ia memimpin tim PBB yang melakukan perundingan dengan Irak berdasarkan ketentuan resolusi dewan keamanan untuk meringankan sanksi sehingga memungkinkan penjualan terbatas minyak Irak untuk membayar obat-obatan. Pun dengan bantuan kemanusiaan lainnya ke Irak,” terang Hella Pick dalam tulisannya di laman The Guardian berjudul Kofi Annan Obituary (2018).

Keterampilan Annan dalam diplomasi pun dilirik oleh PBB. Banyak di antara anggota PBB mencalonkannya menjadi pemimpin organasasi kelas dunia itu. Keinginan itu akhirnya terwujud. Annan dicalonkan sebagai Sekjen PBB menggantikan Boutros Boutros-Ghali.

Penghormatan terakhir untuk jenazah Kofi Annan menjelang dimakamkan di Accra, Ghana pada 13 September 2018. Istrinya, Nane Lagergren tampak mengatupkan tangan disertai anggota keluarga yang lain. (UN Photo/Ben Malor)

Jalannya jadi Sekjen jadi nyata. Annand kemudian resmi terpilih sebagai Sekjen pada 13 Desember 1996. Sekalipun Ia pun baru menjadi orang nomor satu PBB satu bulan setelahnya. Kepemimpinan Annan pun membawa perubahan bagi PBB.

“Dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2001, Annan adalah orang Afrika kulit hitam pertama yang memimpin PBB, menjabat selama dua periode lima tahun berturut-turut yang dimulai pada tahun 1997 – satu dekade penuh gejolak yang menantang organisasi besar tersebut dan mendefinisikan kembali posisi PBB untuk mengubah dunia,” ujar Alan Cowell dalam tulisannya di laman The New York Times berjudul Kofi Annan, Who Redefined the U.N., Dies at 80 (2018).

Kofi Annan meninggal dunia dalam usia 80 karena sakit di Bern, Swiss pada 18 Agustus 2018. Jenazahnya dimakamkan di Accra, Ghana pada 13 September 2018.