JAKARTA - Memori hari ini, enam tahun yang lalu, 15 November 2017, Lukisan Salvator Mundi (juru selamat dunia) karya Leonardo da Vinci terjual 450,3 juta dolar AS atau hampir Rp7 triliun, dalam lelang di New York, AS. Karya Da Vinci kemudian jadi karya seni paling mahal di dunia.
Sebelumnya, citra Da Vinci sebagai seniman genius abad ke-16 tak terbantahkan. Karya-karyanya mengundang kekaguman seisi dunia. Dari Mona Lisa hingga The Last Supper. Karya-karyanya mampu menginsprasi banyak orang. Bahkan, karya Da Vinci banyak diperbincangkan dunia.
Leonardo da Vinci adalah seniman besar abad ke-16. Ia tak hanya mengeluti dunia lukis, tapi turut dikenal luas sebagai arsitek, ilmuwan, pematung, dan lain sebagainya. Semuanya bermuara karena Da Vinci memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Kuasa itu membuat Da Vinci terus belajar dan berkarya. Apalagi, sebagai pelukis. Karya lukisnya masuk dalam kategori fenomenal. Kehadiran lukisan macam Mona Lisa dan The Last Supper jadi bukti. Hasilnya gemilang. Nama Da Vinci mentereng di Italia, kemudian dunia.
Da Vinci bak ketiban durian runtuh. Ia kebanjiran pesanan untuk melukis. Ia banyak diminta melukis potret diri. Kadang kala diminta untuk membuat mural di gejera. Pekerjaan itu dilanggengkan dengan baik. Karya-karyanya mampu membawa Da Vinci sosok yang terpandang di lingkungannya.
Kebesaran Da Vinci pun tak lantas runtuh kala ia meninggal dunia. Nama Da Vinci terus dikenal hingga era kekinian. Karya Da Vinci dianggap simbol kemajuan seni lukis. Pun lukisan Da Vinci mampu jadi inspirasi banyak orang untuk berkarya.
Novelis Dan Brown, misalnya. Novelis kesohor itu pernah menjadikan lukisan Da Vinci , The Last Supper sebagai bagian dari ide penting novelnya The Da Vinci Code (2003). Karya itu jadi buruan di seisi dunia. Sekalipun Brown justru menyiratkan pemahaman yang kontroversi atas karya Da Vinci.
Kontroversi itu nyatanya membawa angin segar buat karya Dan Brown. The Da Vinci Code kemudian diadopsi ke layar lebar dan dan sukses pada 2006. Sisi baiknya yang lain adalah orang-orang jadi kembali membahas sosok Da Vinci.
“Pada karya agung lain Leonardo, The Last Supper, sejarawan rekaan Brown (Robert Langdon) menggunakan lukisan ini untuk meneguhkan teorinya yang membuat berang umat kristiani. Lukisan ini dibuat Leonardo di usia 43 tahun di dinding ruang makan Convent of Santa Maria del Grazie di Milan, Italia, saat ia menjadi pelukis upahan Ludovico Sforza, penguasa Milan saat itu. Di lukisan yang menggambarkan perjamuan terakhir Yesus dengan 12 muridnya itu.”
“Brown menunjuk sosok yang duduk di sebelah kiri Yesus (dari pandangan kita) sebagai Maria Magdalena. Bulkan Yohanes seperti selama ini dipercaya umat Kristiani. Alasannya, sosok itu berambut merah terurai, tangannya lembut mengatup dan dadanya tampak sedikit membusung, Pasti perempuan. Posisi duduk Yesus dan Yohanes, yang menurut Brown adalah Maria Magdalena, juga dianggap mewakili simbol huruf M Brown mengartikannya sebagai matrimonio, atau perikahan dalam bahasa Latin,” ungkap Kurie Suditomo dalam tulisannya berjudul Menjumput Ide dari Kuas Leonardo (2006).
Karya-karya Da Vinci pun terus jadi buruan kelektor, bahkan hingga hari ini. Barang siapa yang memiliki atau menyimpan lukisan Da Vinci akan mendapatkan rezeki bak ketiban durian runtuh. Juru lelang Jussi Pylkkanen, misalnya.
Ia mencoba melelang lukisan berupa rekaan wajah Yesus Kristus, Salvator Mundi karya Da Vinci di rumah lelang Christie’s, New York, AS pada 15 November 2017. Lukisan yang pernah hilang itu kemudian diburu orang kaya di seisi dunia. Buktinya ada orang kaya yang berani membayar mahal lukisan itu, 450,3 juta dolar AS. Rekor penjualan itu membuat lukisan Da Vinci jadi karya seni yang paling mahal di dunia.
“Penjualan tersebut menempatkan Salvator Mundi sebagai karya dengan harga tertinggi yang dijual secara pribadi atau di lelang. Sisanya termasuk Women of Algiers (Versi O) karya Pablo Picasso tahun 1955, terjual seharga 179,4 juta dolar AS, dan Reclining Nude tahun 1917. 18 karya Amedeo Modigliani, terjual seharga 170,4 juta dolar AS. Rekor penjualan pribadi diyakini mencakup 250 juta dolar AS untuk lukisan karya Paul Cézanne dan 300 juta dolar AS untuk lukisan Paul Gauguin,” ungkap Edward Helmore dalam tulisannya di laman The Guardian berjudul Leonardo da Vinci Painting Sells for $450m at Auction, Smashing Records (2017).