Peterpan Jadi NOAH: Sebuah Nama, Sebuah Cerita
Formasi Peterpan (Lukman, Ariel, Uki, dan Reza) setelah memecat Indra dan Andika pada 2008. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Pecinta musik Tanah Air telah akrab dengan nama Peterpan. Band yang digawangi Ariel (vokal), Indra (bass), Lukman (gitar), Andika (keyboard), Uki (gitar), dan Reza (drum) punya penggemar bejibun. Lagu-lagunya pun digemari banyak kalangan. Dari tua hingga muda.

Kejayaan itu kemudian terganggu. Keluarnya Andika dan Indra jadi musabab. Nama Peterpan pun terancam tak lagi digunakan. Namun, mengganti nama band bukan perkara mudah. Ajian itu bak mengulang kejayaan band dari nol. Semuanya berubah kala sebuah nama digulirkan: NOAH.

Sebuah nama, sebuah cerita. Begitulah yang diamini oleh punggawa Peterpan. Narasi itu dikembangkan karena jauh sebelum nama Peterpan muncul, personelnya justru tengah sibuk. Semuanya larut dalam proses kreatif menciptakan lagu dan manggung sana sini.

Tiada yang sempat menciptakan sebuah nama. Namun, Andika datang bak juru selamat. Ia yang baru saja mengantarkan ibunya dari Jakarta ke Bandung lewat Puncak, datang dengan percaya diri. Ia bercerita dalam perjalanan pulang melihat ada restoran sate kelinci bernama Peterpan.

Rekaman ingatan itu lalu diusulkan Andika sebagai nama dari bandnya. Alih-alih mendapat penolakan, nama itu disetujui seluruh rekan-rekannya. Semenjak itu nama Peterpan menjadi saksi perjalanan Ariel, Indra, Lukman, Andika, Uki, dan Reza menaklukkan belantika musik Indonesia.

Formasi Noah (Lukman, Ariel, dan David) terbaru setelah ditinggal Uki dan Reza. (musica.id)

Peterpan bak ketiban durian runtuh. Lagunya Mimpi yang Sempurna meledak di pasaran. Lagu itu masuk dalam album kompilasi bertajuk Kisah 2002 Malam (2002) milik Musica Studio’s. Hasilnya mengagumkan. Angka penjualan album mencapai 150.000 kopi.

Kesuksesan itu membuat Musica kepincut mengontrak Peterpan. Kesempatan itu tak disia-siakan Ariel dan kawan-kawan. Album Taman Langit (2003) pun tercipta. Semua lagu-lagu andalan di album itu kesohor di seantero negeri. Dari Topeng hingga Semua Yang Terdalam.

Kesuksesan itu diikuti pula oleh album lainnya. Antara lain Bintang di Surga (2004), OST Alexandria (2005), Hari yang Cerah (2007), hingga Sebuah Nama, Sebuah Cerita (2008). Tak semua penggarapan album berjalan mulus.

Proses pembuatan album Hari yang Cerah justru yang paling berat. Sebab, Ariel, Lukman, Reza dan Uki harus memecat Indra dan Andika karena ketidaksamaan visi. Sebagai tanggung jawab moral, nama Peterpan mulai ditinggalkan. Album Sebuah Nama, Sebuah Cerita jadi album terakhir mereka menggunakan nama Peterpan.

“Andika memang mengklaim dia yang nentuin nama. Kalau kesepakatannya diganti nggak apa-apa. Album berikutnya, kita masih terikat kontrak sehingga masih pakai nama Peterpan. Setelah itu, kita akan baru ganti nama. Nanti kalau fans keberatan, kita akan omongin lagi,” Ariel dikutip Wendy Purtanto dalam buku Rolling Stone Music Biz (2009).

Kelahiran NOAH

Ariel, Lukman, Uki, dan Reza pun putar otak mempersiapkan nama baru untuk mengganti Peterpan. Mereka pun beride untuk memperkenal logo band baru di album Sebuah nama, Sebuah Cerita. Logo band menyerupai gambar bulu itu bersanding dengan nama Peterpan.

Sosialisasi juga dilanggengkan mereka lewat situs resmi dan merchandise terbaru. Narasi logo gambar bulu itu dianggap sukses. Apalagi, inspirasi Ariel dan kawan-kawan tak main-main. Mereka mencoba mengadopsi kesuksesan Nike.

Merek sepatu ternama dunia itu sukses menghilangkan nama produk karena logonya sudah dikenal khalayak luas. Masalah muncul. Nama Peterpan terus didengungkan penggemarnya. Ariel dan kawan-kawan mencoba mempercepat urusan mencari nama baru. Pun di tengah proses itu, David (keyboard) masuk jadi anggota baru.

Usaha pencarian nama itu tak sebentar. Apalagi Ariel harus mendekam di penjara karena skandal video syur. Pemilihan nama pengganti Peterpan pun mengerucut jadi dua, Raokin dan NOAH. Ariel meminta Herry Sutresna alias Ucok Homicide membuat logo alternatif untuk Raokin dan NOAH.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Selepas bebas, Ariel mulai membicarakan lagi nama yang cocok pada 2012. Semuanya sepakat nama NOAH jadi pilihan. Ariel dan kawan-kawan memahami nama NOAH pernah dikritik oleh Musica karena dianggap merujuk kepada nabi.

Grup musik NOAH menjadi salah satu penampil dalam Synchronize Fest 2023 hari ketiga di Gambir Expo Kemayoran, Jakarta Pusat pada Minggu (3/9/2023). (Antara/Farhan Arda Nugraha)

Namun, mereka menyakini bahwa pilihan nama NOAH mewakini warga musik mereka yang mengacu pada makna to comfort. Semenjak itu Ariel dan kawan-kawan bak mengulang sekali lagi kejayaan-kejayaan yang pernah diraih Peterpan sebelumnya. NOAH pun dikenal di seantero negeri.

“Esok harinya 2 Agustus 2013, sekitar pukul 12:00 para personel NOAH meluncur ke Jakarta. Tiba di Musica pukul 15:00, Ariel segera ke lantai 2. Dia hendak menjelaskan kepada pihak Musica, terutama Ibu Acin (Indrawati Widjaja), soal pilihan nama NOAH.”

“Sama seperti kawan-kawannya, Ariel menjelaskan kepada Bu Acin bahwa nama NOAH tidak berhubungan dengan sosok nabi. Mereka lebih mengacu pada makna to comfort yang dinilai sesuai dengan konsep musik mereka. karena keputusan sudah diambil dan konferensi pers tinggal dua jam lagi, Bu Acin hanya bisa mengangguk-angguk setuju,” ujar Candra Gautama dalam buku NOAH 6.903 mil: Cerita di Balik Konser Dua Benua Lima Negara (2013).

Terkait