Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, lima tahun yang lalu, 9 Oktober 2018, Sistem integrasi transportasi Jak Lingko resmi beroperasi. Program itu digulirkan sehari setelah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengganti nama program One Karcis One Trip (Ok Otrip) jadi Jak Lingko.

Ia beranggapan nama Jak Lingko lebih mencerminkan beragamnya moda transportasi Jakarta. Syukur-syukur OK Otrip dapat menjadi garda utama warga Jakarta beralih ke transportasi umum. Sebelumnya, program Ok Otrip digulirkan pasangan Anies Baswedan, Sandiaga Uno sejak Pilgub DKI Jakarta 2017.

Adu ide dan gagasan dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 menyita pikiran warga Jakarta, kemudian Indonesia. Dua kandidat kuat Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta bertarung ide. Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat berhadapan dengan Anies Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno.

Masing-masing membawa ide terbaiknya dalam mengembangkan Jakarta ke arah lebih baik. Urusan mengurai kemacetan Jakarta, utamanya. Ahok-Djarot lebih menekankan kepada pembangunan Moda Raya Terpadu (MRT) dan Jalan Berbayar Elektronik (Electronic Road Pricing).

Sedang Anies-Sandi lebih mengininkan supaya seluruh transportasi umum yang ada di Jakarta bisa diIntegrasikan. Intergasi itu membuat warga Jakarta dapat mengakses seluruh transportasi yang ada dengan sebuah sebuah kartu dan harga yang terjangkau.

Kartu JakLingko yang menjadi salah satu moda transportasi umum di DKI Jakarta. (Instagram/@jaklingkoindonesia)

Sandi menyebut One Tiket One Trip (Oke Otrip) sebagai nama program tersebut. Anies-Sandi pun menang. Keduanya resmi menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang baru. Empunya kuasa lalu segera memperbaiki segala macam transportasi umum ada sesuai dengan janji kampanye.

Integrasi transportasi umum dilakukan. dari mengangdeng angkot hingga TransJakarta. Ok Otrip lalu diperkenalkan pada Desember 2017. Program Ok Otrip lalu mulai diuji coba awal Januari 2018. Uji coba selama Sembilan bulan berjalan lancar.

Ok Otrip dapat menganggap 283 armada melayani 44 rute (kini mencapai ratusan rute). Peminat Ok Otrip meningkat. Bahkan hampir mencapai ratusan ribu perhari. Pun harga yang dikeluarkan oleh penumpang lebih murah dibanding bawa kendaraan pribadi.

"Sebelum uji coba dilakukan, kami juga akan melakukan serangkaian agenda. Di antaranya soft launching yang kita lakukan hari ini (14 Desember 2017), lalu 22 Desember uji coba sistem one man one ticket dan pada tanggal 15 Januari 2018 mulai uji coba pengintegrasian empat trayek," ujar Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansah, sebagaimana dikutip Kompas.com, 14 Desember 2017.

Hasil uji coba program Ok Otrip mengagumkan. Pun tanggung jawab membesar Ok Otrip seluruhnya jadi tanggung jawab Anies. Semuanya segera dilanggengkan sejak Sandi mengundurkan diri untuk mengikuti kontestasi politik ke tingkat lebih tinggi sadari Agustus 2018.

Jak Lingko, sistem transportasi terintegrasi di DKI Jakarta. (Twitter/@PT_Transjakarta)

Anies pun mulai menyempurnakan integrasi yang ada, termasuk mencoba menganggandeng MRT, LRT, hingga KAI Commuter. Program Sandi yang dulunya bernama Ok Otrip kemudian diubahnya menjadi Jak Lingko pada 8 Oktober 2018.

Perubahan nama itu merujuk kepada cerminan tepat moda integrasi transportasi Jakarta yang beragam. Jak berarti Jakarta, Lingko berarti berjejaring yang terinspirasi dari sistem persawahan tradisional di Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Jak Lingko itu kemudian resmi berjalan sehari setelahnya, atau pada 9 Oktober 2018.

“Langkah yang diambil Anies sejauh ini ada pada pengaturan tarif kendaraan umum. Tarif antar mode transportasi dibuat seragam dengan cara memberikan insentif ekonomi yang diberlakukan per jam, baik bagi warga yang melakukan perjalanan dekat maupun jauh. Artinya tarif menaiki kendaraan umum dihitung bukan berdasarkan jarak, melainkan berdasarkan berapa lama warga berada di angkutan tersebut. Harga yang dipatok adalah Rp5.000 per tiga jam.”

“Program ini dikenal dengan nama Jak-Lingko, yakni program sistem transportasi yang terintegrasi (integrasi rute, manajemen, dan pembayaran) dengan melibatkan bus besar, bus medium, bus kecil, serta transportasi berbasis rel. Selain pemberian insentif ekonomi, tidak ada kebijakan lainnya, terutama yang bersinggungan dengan kendaraan roda dua,” terang Hikmat Budiman dalam buku Sudah Senja di Jakarta (2020).