Pesawat Tempur Sukhoi Jadi Kado HUT TNI ke-58 dalam Memori Hari Ini, 5 Oktober 2003
Pesawat tempur buatan Rusia, Sukhoi yang dimiliki Indonesia. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, 20 tahun yang lalu, 5 Oktober 2003, Pemerintah Indonesia jadikan empat pesawat Sukhoi buatan Rusia sebagai hadiah Hari Ulang Tahun (HUT) TNI ke-58. Pesawat tempur Sukhoi itu antara lain dua buah Sukhoi tipe Su-27 SK dan dua jet Su-30 MK.

Sebelumnya, Indonesia pernah kepincut dengan pesawat tempur Sukhoi di era 1990-an. Semuanya berubah kala kritis moneter hadir. Keinginan itu baru terealisasi saat Indonesia dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri.

Pemeliharaan dan peningkatan alutsista tak dapat dianggap remeh. Sebab, alutsista adalah bagian penting yang akan menunjang profesionalisme prajurit TNI. Dalam Angkatan Udara (AU), misalnya. Kehadiran alutsista baru sangat dibutuhkan.

Apalagi, tiada yang mampu menebak kapan perang bergulir. Pemerintah Orde Baru pun sempat punya rencana menambah alutsista berupa pesawat Sukhoi pada era 1990-an. Keinginan itu dilanggengkan karena Indonesia tengah diembargo oleh Amerika Serikat (AS).

Namun, pembelian pesawat Sukhoi tak pernah terjadi. Alih-alih sampai membayar, Indonesia justru duluan diterpa badai kritis moneter di era 1997-1998. Kondisi itu membuat pemerintahan yang ada lengser.

Pesawat tempur Sukhoi SU-30MKK yang ditempatkan di Lanud Hasanuddin, Makassar untuk memperkuat Skadron 11 TNI AU sedang menjalani perawatan di Lanud Iswahjudi, Madiun pada 4 September 2018. (Antara/Siswowidodo)

Keinginan membeli Sukhoi pun tak terealisasi. Namun, pemerintahan Presiden Megawati mengubah segalanya. Anak dari Soekarno itu tak merasa takut jika membuka kontak dan kerja sama dengan Rusia. Sebab, ayahnya dulu dikenal akrab dengan pemimpin Rusia yang dulunya dikenal sebagai Uni Soviet.

Perjalanan dinas ke Rusia pun dilanggengkan. Perjalanan itu dimanfaatkan oleh Megawati untuk menjalin ragam kerja sama dan pembelanjaan alutsista pada April 2003. Hasilnya Rusia-Indonesia sepakat menjalankan kerja sama dan melanggengkan transaksi mencapai 192 juta dolar AS.

Indonesia pun membeli empat buah pesawat tempur Sukhoi dari Rusia. Pun Indonesia setelahnya ikut mendatangkan pilot dan teknisi untuk mempelajari seluk beluk pesawat Sukhoi.

“Namun, di awal transaksi, Indonesia akan membayar 12,5 persennya, yaitu sekitar 26 juta dolar AS. Menurut berbagai pemberitaan Rusia, transaksi ini akan lunas dalam kurun waktu 18 bulan. Keempat pesawat tersebut siap dikirim ke Indonesia dan akan tiba pada September 2003. Untuk mempersiapkan pembelian tersebut, TNI AU telah melatih 14 penerbang Sukhoi dan 26 teknisi pesawat Sukhoi.”

“Pada Juli 2003, mereka dijadwalkan telah mahir menerbangkan dan melakukan perawatan pesawat dan helikopter Rusia tersebut. Beberapa pemberitaan juga menyebutkan bahwa di antara transaksi senilai 192 juta dolar AS itu, Rusia akan melakukan ekspor metal, bahan-bahan kimia, dan pupuk senilai 30,7 juta dolar AS,” terang Henny Saptatia dalam buku Megawati dalam Catatan Wartawan: Bukan Media Darling Biasa (2017).

Sukhoi SU-30MKK milik TNI AU sedang melakukan pengisian bahan bakar di udara dari pesawat tanker Hercules C-130. (Puspen TNU AU)

Keempat pesawat Sukhoi berhasil diboyong ke Indonesia. Pemerintah Indonesia sengaja memperkenalkan Sukhoi tersebut sebagai kado untuk HUT TNI ke-58. Pucuk dicinta ulam tiba. Empat pesawat itu diperkenalkan di Markas Komando Wilayah Timur Surabaya pada 5 Oktober 2003.

Pameran atraksi pesawat Sukhoi turut menambah meriah acara HUT TNI. Pilot TNI AU dengan lihai terbang melesat dan melakukan manuver yang mengundang perhatian dan decak kagum. Karenanya, Sukhoi sukses jadi kado berharga HUT TNI. Sekalipun pembelian itu mengundang pro dan kontra.

“Sebelum akhir masa kepresidenan Megawati, kontrak pembelian pesawat Sukhoi 30K telah direalisasi oleh Angkatan Udara. Kado hari jadi ke-58 bagi TNI tanggal 5 Oktober 2003 berwujud dua jet tempur Sukhoi tipe Su-27 SK dan dua jet Su-30 MK senilai 171 juta dolar AS serta dua helikopter serbu tipe Mi-35P senilai 21,9 juta dolar AS, atau total bernilai Rp1,7 triliun lebih.”

“Dalam kunjungan ke Rusia untuk menggolkan kontrak itu, turut serta putri bungsu Megawati dan satu-satunya anaknya dengan Taufiq Kiemas, yakni Puan Maharani. Ini kemudian menguatkan spekulasi bahwa Puan Maharani atau suaminya, Hapsoro alias Happy, ikut menikmati komisi sebesar Rp426,4 miliar dari kontrak yang ditandatangani di Moskow tanggal 24 April 2003,” ujar George Junus Aditjondro dalam buku Korupsi Kepresidenan (2006).

Terkait