Sejarah Mangkraknya Proyek Kereta Api Cepat Malaysia
Poster High Speed Rail atau Kereta Api Cepat Malaysia, yang direncanakan menghubungkan Malaysia-Singapura namun akhirnya gagal direalisasikan. (Bernama)

Bagikan:

JAKARTA - Kemajuan transportasi mampu membawa banyak manfaat. Dari integrasi wilayah hingga peningkatan ekonomi. Malaysia pun menyadarinya. Negeri Jiran itu segera melanggengkan proyek Kereta Api Cepat (KAC) dijalankan di negerinya. High Speed Rail (HSR), namanya.

Proyek kereta peluru itu direncanakan akan menghubungkan Kuala Lumpur (Malaysia) hingga Jurong (Singapura). Malang tak dapat ditolak. Malaysia merasa investasi itu bawa kerugian besar, ketimbang untung. Alhasil, proyek HSR mangkrak.

Geliat kemajuan transportasi tak dapat dianggap remeh. Kemajuan transportasi dapat menjadi ujung tombak suatu negara dikenal sebagai bangsa yang besar. Ekonomi meningkat. Demikian pula kesejahteraan rakyat.

Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak pun kepincut. Ia ingin Malaysia-Singapura dapat dihubungkan dengan KAC. Pucuk dicinta ulam tiba. Proyek HSR pun diumumkannya pada September 2010. Proyek itu bahkan dimasukkan Najib Razak dalam Program Transformasi Ekonomi.

Sebuah rangkaian program yang dapat membawa Malaysia menjadi negara besar. Suatu negera yang memiliki penghasilan tinggi di Asia Tenggara. Ide proyek HSR dianggap pemerintah Malaysia telah matang.

Electric Train Service (ETS), kereta cepat yang beroperasi di Malaysia saat ini. (visitorsguide.com.my)

Proyek HSR digadang-gadang akan melalu tujuh buah stasiun di Malaysia sendiri dan sisanya stasiun yang berada di Singapura. Bandar Malaysia, Sepang-Putrajaya, Seremban, Melaka, Muar, Batu Pahat dan Iskandar Puteri, sebelum mencapai tujuan terakhirnya di Jurong East, Singapura.

Najib Razak berharap kota-kota yang dilalui oleh proyek HSR nantinya akan kecipratan keuntungan besar. Keinginan itu didasari karena KAC dapat memangkas jarak tempuh. Jika biasa jarak Kuala Lumpur-Jurong mencapai empat jam lebih dengan kendaraan pribadi atau bus, maka dengan KAC hanya butuh 90 menit.

Singapura pun mendukung Proyek HSR. Alhasil, proyek besar ini digarap oleh dua negara sekaligus: Malaysia dan Singapura. Namun, Malaysia mendapatkan porsi yang cukup besar dalam pembangunan. Semuanya karena banyak wilayah Malaysia yang dilewati KAC ketimbang Singapura.

“Proyek KAC Kuala Lumpur-Singapura itu bernilai 17 miliar dolar AS. la merupakan proyek infrastruktur KAC terbesar di kawasan Asia Tenggara, yang dapat memunculkan perbedaan dan memanaskan kembali, baik hubungan Malaysia-Singapura, maupun China-Jepang. Belakangan ini, China telah mengalirkan investasi miliaran dolar AS ke Malaysia dan PM Najib Razak telah memberikan 13 miliar dolar AS ke China untuk proyek (jalan) kereta api yang menghubungkan Semenanjung Malaysia Barat dan Timur.”

“Sedangkan Singapura mempunyai masalah dengan China dewasa ini, karena hubungannya dengan Taiwan dan sikapnya soal pulau-pulau di LCS (Laut China Selatan), yang dipersengketakan Beijing dengan beberapa negara ASEAN. Jepang sendiri memiliki sejarah yang panjang dalam keterlibatannya di pembangunan dan pengoperasian KAC di Asia Tenggara, dan menginginkan dapat mengurangi pengaruh China di kawasan ini,” terang Poltak Partogi Nainggolan dalam buku Indonesia dan Rivalitas China, Jepang, dan India (2018).

Batalnya Proyek HSR

Keinginan Najib Razak supaya Malaysia memiliki KAC tiada dua. Suara sumbang terkait Proyek HSR dianggap angin saja. Namun, semua berubah kala Mahathir Mohamad mengantikan posisi Razak sebagai PM Malaysia pada 2018.

Mahathir tak mau gegabah. Ia mencoba bersikap rasional. Ia dan jajaran mencoba menghitung ulang investasi KAC. Mahathir pun ambil sikap. Investasi Malaysia sehubungan dengan Proyek HSR yang perlintasannya mencapai 218 mil atau 350 kilometer dianggap merugikan, ketimbang untung.

Proyek besar itu dianggap mencederai Malaysia sendiri. Sebab, Malaysia sendiri memiliki utang luar negeri yang cukup besar. Pun proyek itu dinilai tak banyak menguntungkan Malaysia. Semuanya karena pembangunan lintasan rel banyak dilanggengkan di Malaysia.

Opsi menunda pembangunan diambil Mahathir pada September 2018. Bak jatuh tertimpa tangga. Kondisi itu kemudian diperparah oleh kehadiran pandemi COVID-19 yang membuat Malaysia dan Singapura terdampak secara ekonomi pada awal tahun 2020.

Potret kereta api cepat (Bullet Train) di Jepang atau dikenal sebagai Shinkansen model awal, yang mulai beroperasi pada 1964. (Wikimedia Commons)

Satu-satunya opsi yang paling masuk akal bagi kedua negara adalah membatalkan Proyek HSR. Mahathir tak sempat berdiri sendiri membatalkan Proyek HSR, sebab ia mengundurkan diri terlebih dahulu pada 24 Februari 2020. Akhirnya, kedua negara kemudian bersepakat membatalkan Proyek HSR di Kuala Lumpur pada 31 Desember 2020.

Malaysia diwakil PM, Tan Sri Muhyiddin Yassin dan Singapura diwakili PM, Lee Hsien Loong. Karenanya, Malaysia harus membayar ganti rugi yang tak sedikit kepada Singapura. Ganti rugi itu untuk mengganti biaya yang telah dikeluarkan Singapura dalam membangun infrastruktur. Pun KAC yang dimimpikan Najib Razak berakhir mangkrak.

"Pemerintah Malaysia dan Singapura ingin menyampaikan perkembangan berhubung proyek HSR, terutama mengenai tempoh penangguhan yang berakhir 31 Desember 2020. Kedua pemerintah melakukan beberapa perbincangan berhubung perubahan tersebut, namun gagal mencapai kata sepakat. Oleh karena itu, perjanjian HSR sudah batal pada 31 Desember 2020," kata Yassin sebagaimana dikutip Antara, 1 Januari 2021.