Bagikan:

JAKARTA - Memori hari ini, 20 tahun yang lalu, 7 Oktober 2003, Arnold Schwarzenegger terpilih sebagai Gubernur California, Amerika Serikat (AS) yang baru. Popularitas Arnold sebagai binaragawan dan selebritas ada di baliknya. Daya tarik itu membuat mayoritas warga California memilihnya dalam Pemilu California 2003.

Sebelumnya, pesohor yang terkenal lewat ungkapan Hasta La Vista, Baby adalah pekerja keras. Ia memberanikan diri merantau dari kampung halamannya di Austria ke AS. Dedikasi itu membuatnya meraih kesuksesan.

Usaha takkan mengkhianati hasil. Itulah narasi yang cocok kala menggambarkan kehidupan seorang Arnold Schwarzenegger. Ia lahir di Graz, Austria. Arnold adalah seorang putra dari polisi desa. Namun, kehidupan polisi desa jauh dari kemewahan.

Kehidupan serba kekurangan jadi ‘makanan’ sehari-hari. Pun Arnold hidup di rumah yang sederhana. Tanpa kulkas dan telepon. Namun, Arnold tak menganggapnya sebagai masalah. Alih-alih pasrah, kondisi itu membuat semangatnya meninggi.

Ia pun mengikuti jejak langkah orang banyak yang menganggap kehidupan lebih baik tersaji di AS. Kehidupan membawanya berangkat AS. Hidup di AS tak mudah. Satu-satunya yang ia miliki adalah semangat. Kala itu, Arnold tertarik melihat orang-orang unjuk kekuatan mengangkat besi.

Arnold Schwarzenegger saat menjadi juara binaraga Mr. Olympia pada 1974. Sebagai binaragawan, dia tujuh kali menjuarai ajang tersebut serta tiga kali juara Mr. Universe. (Wikimedia Commons) 

Ia pun memutuskan untuk terjun ke dunia binaraga. Nyatanya, Arnold menyukai aktivitas itu. Ia menekuni dunia binaraga dengan penuh keseriusan. Saban hari digunakannya untuk berlatih. Hasilnya gemilang.

Otot-otot tubuhnya terbentuk. Dewi Fortuna pun datang. Arnold mampu meraih gelar Mr. Universe, Mr. World, dan Mr. Olimpia. Bersamaan dengan itu, Arnold mulai mendapat tawaran main film pada tahun 1970-an.

Ia mulai terjun ke dunia hiburan hingga kariernya melejit dalam film The Terminator 2 (1991). Kesuksesan itu karena Arnold sendiri mau berkerja keras mempromosikan filmnya ke luar AS. Sikap itu berbeda dengan bintang film AS pada zamannya yang tak mau keluar Negeri Paman Sam.

“Pada masa manakala banyak bintang tidak berpikir untuk meninggalkan Amerika Serikat guna mempromosikan sebuah film, ia berkeras agar dikirim ke negeri-negeri di seputar dunia. Dia keluar dengan semangat, energi, dan kegembiraan dan dia berbicara dengan siapa saja dan semua orang yang akan berhenti cukup lama untuk mendengar kisahnya tentang pembuatan Conan the Barbarian hingga Terminator.”

“Tidak ada satu aktor pun di AS yang sebaik Arnold dalam mempromosikan sebuah film. Itu benar baik karena kemampuannya dalam mempromosikan dan kesediaannya untuk pergi ke sana. Tidak ada orang seperti itu yang akan pergi ke luar negeri dan benar-benar mendorong film. Dia benar-benar tahu cara menjual film sehingga orang-orang ingin melihat filmnya,” terang Laurence Leamer dalam buku Fantastic: The Life of Arnold Schwarzenegger (2006).

Arnold Schwarzenegger tampil sebagai karakter robot Terminator dalam film laris The Terminator pada 1984. (Wikimedia Commons) 

Karier Arnold dalam dunia hiburan kian melejit. Bahkan, ia dianggap salah satu legenda hidup aktor laga dunia. Seisi AS mengenalnya. Pun popularitas itu kemudian manfaatkan Arnold untuk terjun ke dalam dunia politik pada era 2000-an. Ia menjadi bagian dari Partai Republik.

Nama Arnold kemudian muncul sebagai calon kuat Gubernur California dalam Pemilu 2003. Hasilnya sudah ditebak. Popularitas Arnold mengalahkan calon-calon yang lain dengan mudah. Sekalipun calon-calon yang lain lebih unggul lewat gagasan.

Namun, Arnold hanya butuh popularitas untuk mengalahkan mereka. Alhasil, Arnold secara resmi terpilih sebagai Gubernur California pada 7 Oktober 2003. Dia mengalahkan mantan bintang film dewasa, Mary Carey dan mantan aktor cilik Gary Coleman.

“Jika ide tentang rakyat adalah ide tentang pasar, dan pemilihan umum jadi toko kelontong besar, demokrasi akan memilih seorang Arnold Schwarzenegger. Laris, laris, praktis! Itu mungkin teriak penjajah dalam politik di sebuah zaman ketika media akhirnya menyederhanakan segala hal. Pilihlah dia. Tak perlu program. Tak perlu sebuah lembaga yang mengelola seleksi kepemimpinannya.”

“Tak perlu orang ramai tahu adakah mutunya telah teruji untuk memimpin sebuah masyarakat yang, sebagaimana lazimnya, penuh dengan konflik. Yang perlu adalah apa yang dalam pemasaran dan periklanan disebut brand-name, atau merek, atau logo, yang mudah dikenal. Praktis: tidak perlu menelisik dan mencari-cari lagi,” ungkap Sastrawan Goenawan Mohamad dalam tulisannya di Majalah Tempo berjudul Schwarzenegger (2003).