Bagikan:

JAKARTA - Kepemimpinan Budi Waseso (Buwas) sebagai pengayom masyarakat tiada dua. Ia mampu bekerja dengan baik sesuai instruksi atasannya. Namun, gebrakannya tak melulu mendatangkan prestasi, tapi juga kontroversi. Ide kontroversinya tercatat di mana-mana.

Mulai kepemimpinannya di Badan Narkotika Nasional (BNN) hingga Perum Badan Urusan Logistik (Bulog). Di Bulog, misalnya. Buwas pernah melanggengkan ide kontroversi menghadirkan beras ukuran kemasan sachet untuk rakyat Indonesia. Demi memerangi mafia pangan, katanya.

Polri telah menjadi jalan hidup seorang Buwas. Puncak prestasinya pun mulai terurai ke khalayak umum kala ia menjabat sebagai Kepala Bareskrim Mabes Polri. Sekalipun perannya tak begitu signifikan. Namun, siapa sangka prestasi Buwas makin mentereng saat ia memutuskan bekerja di luar barak (Polri).

Kesempatan itu didapatkan Buwas lewat Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2015. Jokowi melihat sosok Buwas mampu membawa BNN jadi lebih berprestasi. Tantangan itu diambil oleh Buwas. Ia kemudian mampu menjadi pimpinan BNN yang paling berprestasi.

Buwas menjadi pemimpin BNN yang mampu menggagalkan penyelundupan sabu-sabu satu ton dari Taiwan di Anyer, Banten. Tangkapan itu membuat namanya semakin melampung. Karenanya, tiap gerak-gerik Buwas kerap memancing perhatian banyak orang.

Komjen Budi Waseso yang menjabat sebagai Direktur Utama Perum Bulog. (Antara/Indra Arief Pribadi))

Utamanya, kala Buwas melontarkan ide ‘nyeleneh’ untuk membuat jera pengedar narkoba. Ia ingin membuat penjara khusus narkoba yang dipenuhi dengan buaya. Keinginan itu dilanggengkan Buwas karena melihat langkah sadis yang dilakukan Presiden Filipina Rodrigo Duterte (2016-2022) dalam memerangi narkoba.

Keinginan itu mendapatkan kecaman dari banyak pihak. Apalagi, Buwas menjadikan Duterte yang notabene telah melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) berat demi penegakan hukum penyalagunaan narkoba.

“Demi ketenangan di lingkungan Istana maka Komjen Pol Buwas dialih tugaskan jabatannya dari Bareskrim Polri menjadi Kepala BNN yang setingkat dengan jabatan Dirjen Eselon IA di Kementerian. Mengingat kinerja Komjen Pol Budi Waseso selaku Kepala Badan Narkoba Nasional (BNN) yang prestasinya sangat baik dalam menangani masalah narkoba, lalu Presiden Joko Widodo meningkatkan status BNN setingkat dengan Menteri.”

"Hal tersebut diraihnya kurang dari satu tahun sejak menjabat kepala Bareskrim Polri suatu prestasi luar biasa. Dinamika itu membuat Buwas jadi salah satu pemimpin BNN yang prestasi,” ungkap Monang Siahaan dalam buku Ahok Pun Digoyang dan Rupa-rupa Peristiwa (2016).

Mengepalai Bulog

Eksistensi Buwas di BNN akhirnya harus berakhir. Ia mengakhiri pengabdiannya di BNN dan juga Polri pada 2018. Namun, Buwas ingin tetap mengabdi bagi Indonesia. Ia siap ditempatkan di segala bidang. Sekalipun bukan sebagai penegak hukum.

Ia kemudian menerima tawaran pemerintah Indonesia untuk memasuki bidang baru. Ia diangkat sebagai direktur utama lembaga yang mengurus pangan Indonesia, Perum Bulog periode pertama 2018-2023 (kemudian Buwas terpilih kembali menjadi Dirut dalam periode dua). Khalayak umum pun menantikan aksi terbaru dari Buwas yang bersiap menghadapi mafia pangan.

Ide-ide untuk melangenggengkan Bulog turut dipikirkan olehnya. Semuanya supaya Bulog dapat membawa banyak manfaat bagi segenap rakyat Indonesia, bukan segenap pemodal. Buwas pun melanggengkan Bulog untuk membuat beras versi kemasan sachet isi 200 gram Mei 2018.

Ide itu dianggap Buwas cukup cemerlang. Langkah menyediakan beras kemasan kecil dianggap dapat memutus mata rantai mafia beras. Sebab, masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan beras untuk sekali makan (cukup untuk tiga porsi). Lagi pula, masyarakat tak harus langsung membeli beras yang notabene banyak berukuran lima sampai 10 KG.

Perum Bulog memproduksi kemasan beras premium ukuran 200 gram untuk sekali masak dan sekali makan yang dijual seharga Rp2.500 per sachet pada 2018. (Antara/Asep Fathulrahman)

Namun, realisasi ide Buwas dianggap kontroversial oleh banyak pihak. Buwas dan Bulog diminta untuk fokus memerangi mafia beras dan impor beras, dibanding sibuk menjual beras kemasan sachet yang belum memiliki pasar pasti.

Pun karena kehadiran beras kemasan sachet belum begitu populer di masyarakat. Beras yang diketahui bermerek Beras Kita kurang laku. Masyarakat masih sibuk berkutat dengan beras ukuran lebih besar untuk kebutuhan sehari-hari.

"Memotong mata rantai tadi dan sekarang saya membuat kemasan-kemasan itu udah ada di retail BUMN dan seluruh pasar retail lain hanya tersedia dengan berast 5-10 kilo beras mungkin akan nyusul saya kan buat beras renceng sachetan beras yang isinya 200 gram itu bisa dibeli dengan masyarakat minim dengan harga Rp 2.000 bisa makan dan beras akan tersedia dimana mana.”

"Sudah melalui Bulog lah jaringan Bulog kan tidak lagi saya tidak akan mengeluarkan beras curah karena itu nanti bisa didistribusikan lagi eceran pembeli dan masyarakat jadi mahal. Saya mungkin nanti juga, ada permainan permainan di lapangan tentang beras itu," cerita Buwas sebagaimana dikutip Detik.com, 9 Mei 2018.