Peringatan 68 Tahun Konferensi Asia Afrika I dan Implementasi pada Masa Kini
Presiden Soekarno berpidato dalam pembukaan Konferensi Asia Afrika I di Gedung Merdeka, Bandung pada 18 April 1955. (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Bagikan:

JAKARTA – Bandung menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika I pada 18-24 April 1955. Perhelatan yang digelar di Gedung Merdeka tersebut diikuti oleh 29 negara, yang saat itu mewakili setengah dari jumlah penduduk dunia.

Tujuan konferensi adalah mempererat solidaritas, meninjau masalah-masalah hubungan sosial ekonomi dan kebudayaan, menjalin kerukukan antarumat beragama, memajukan perdamaian dan kerjasama dunia, mencanangkan gerakan politik untuk melawan kapitalisme, serta melawan kolonialisme negara-negara imperialis seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Ide perhelatan Konferensi Asia Afrika I dimunculkan dari lima Perdana Menteri negara Asia dalam pertemuan informal Konferensi Kolombo pada 1954, yaitu: Sir John Kotelawala (Sri Lanka), U Nu (Birma), Jawaharlal Nehru (India), Ali Sastroamidjojo (Indonesia), dan Mohammed Ali (Pakistan).

Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika I di Gedung Merdeka, Bandung 18-24 April 1955. (Dok. Arsip Nasional Republik Indonesia)

Oleh Presiden Soekarno, gagasan dari Konferensi Kolombo disambut dengan antusias. Bung Karno menyebut ide itu sebagai langkah untuk membangun solidaritas Asia Afrika melalui pergerakan nasional, menciptakan perdamaian dan melawan penjajahan, serta memperluas kerjasama tingkat regional.

“Dunia kita yang malang ini terpecah belah, dan ternyata rakyat dari semua negeri berada dalam ketakutan, kalau-kalau di luar kesalahan mereka, serigala-serigala peperangan akan lepas dari rantainya,” kata Presiden Soekarno dalam pembukaan Konferensi Asia Afrika I di Gedung Merdeka, Bandung pada 18 April 1955.

Presiden Soekarno menyampaikan pidato tersebut di hadapan 23 negara Asia dan enam negara Afrika, yaitu Liberia, Ethiopia, Libya, Mesir, serta Sudan dan Ghana yang saat itu belum merdeka. Tiga negara Afrika hadir sebagai peninjau, yaitu Aljazair, Maroko, dan Tunisia.

Deklarasi Bandung

Tak dapat dipungkiri, Konferensi Asia Afrika I memberikan dampak luar biasa terhadap negara-negara peserta dan maupun simpatisan yang saat itu baru merdeka dari penjajahan.

Konferensi tersebut menjadi tonggak penting dalam sejarah pergerakan kemerdekaan negara-negara di kawasan Asia dan Afrika.

Hasil terpenting dari Konferensi Asia Afrika I adalah Deklarasi Bandung. Isi deklarasi ini memuat prinsip-prinsip dasar yang dianggap penting bagi negara-negara di Asia dan Afrika, seperti prinsip perdamaian, kerjasama internasional yang saling menguntungkan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Situasi Gedung Merdeka, Bandung saat pelaksanaan Konferensi Asia Afrika I pada 18-24 April 1955. (Wikimedia Commons)

Konferensi Asia Afrika I merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah hubungan internasional, terutama dalam upaya memperkuat posisi negara-negara di Asia dan Afrika di dalam komunitas internasional. Konferensi ini telah memberikan pengaruh yang signifikan dalam hubungan antar negara di kawasan Asia dan Afrika, serta memberikan inspirasi bagi gerakan-gerakan kemerdekaan dan perjuangan sosial di seluruh dunia.

Dalam konteks saat ini, Konferensi Asia Afrika tetap relevan sebagai sebuah forum untuk mempromosikan kerjasama dan persahabatan antara negara-negara di kawasan tersebut. Masalah-masalah seperti kemiskinan, ketidakadilan sosial, dan ketertinggalan ekonomi masih menjadi tantangan yang dihadapi oleh negara-negara di Asia dan Afrika. Oleh karena itu, konferensi ini perlu terus diadakan dan dijaga keberlangsungannya agar dapat terus memberikan kontribusi positif bagi kawasan Asia Afrika dan dunia secara keseluruhan.

Implementasi Masa Kini

Implementasi dari prinsip-prinsip yang terkandung dalam Deklarasi Bandung yang disepakati dalam Konferensi Asia Afrika I masih terus berlangsung hingga saat ini. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Kerjasama ekonomi: Deklarasi Bandung menekankan pentingnya kerjasama internasional yang saling menguntungkan. Hal ini tercermin dalam upaya-upaya kerjasama ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara di Asia dan Afrika, seperti pembentukan kawasan perdagangan bebas ASEAN atau pengembangan program kerjasama ekonomi China-Afrika.

  2. Perdamaian dan keamanan: Konferensi Asia Afrika mengutuk segala bentuk kekerasan, kolonialisme, dan imperialisme. Prinsip-prinsip ini masih relevan hingga kini dalam upaya menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan Asia dan Afrika, terutama dalam menghadapi konflik-konflik yang terjadi di beberapa negara di kawasan tersebut.

  3. Hak asasi manusia: Deklarasi Bandung menekankan pentingnya penghormatan terhadap hak asasi manusia. Konferensi-konferensi di kawasan Asia dan Afrika masih sering membahas isu-isu hak asasi manusia, terutama dalam upaya meningkatkan perlindungan hak-hak minoritas atau kelompok-kelompok rentan.

  4. Kebudayaan dan identitas: Konferensi Asia Afrika juga menekankan pentingnya menjaga kebudayaan dan identitas masing-masing negara di kawasan Asia dan Afrika. Hal ini tercermin dalam upaya-upaya pelestarian budaya atau pengembangan seni dan budaya di beberapa negara di kawasan tersebut.

Konferensi Asia Afrika tetap memiliki peran penting dalam upaya mempromosikan kerjasama dan persahabatan antara negara-negara di kawasan Asia dan Afrika, serta memperkuat peran mereka dalam hubungan internasional. Pada masa kini, implementasi dari prinsip-prinsip yang terkandung dalam Deklarasi Bandung terus dilakukan dalam berbagai bidang, dan menjadi inspirasi bagi gerakan-gerakan kemerdekaan dan perjuangan sosial di seluruh dunia.