JAKARTA – Sejarah 30 tahun lalu, ekonom Kwik Kian Gie pernah memperkenalkan istilah Habibienomics pada 4 Maret 1993. Istilah itu dicetuskan dalam tulisannya di media massa nasonal. Kwik menyebut ajian Habibienomics adalah konsep berpikir ala Habibie.
Konsep itu menitikberatkan penguasaan teknologi sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi Indonesia. Sebelumnya, Habibie dikenal sebagai sosok pembawa kemajuan. Ia mampu membawa abad baru bagi dunia kedirgantaraan dan teknologi di Indonesia.
Tiada yang tak dapat diraih Bacharuddin Jusuf (B.J) Habibie sebagai ahli kedirgantaraan di Jerman. Uang, popularitas, dan jaminan kehidupan nyaman telah didapat. Namun, Habibie belum puas. Ia memiliki sebuah mimpi yang belum tercapai. Ia ingin mengabdikan dirinya untuk Indonesia.
Pucuk dicinta ulam tiba. Ia dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk pulang membangun industri kedirgantaraan Indonesia. Habibie diberikan serangkaian jabatan mentereng sedari 1974. Soeharto awalnya meminta Habibie sementara menempati divisi baru Pertamina, Advanced Technology and Aeronautical Tecnology Division (ATTP).
Selanjutnya Habibie lalu diberi kuasa memimpin Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang kemudian belakangan dikenal sebagai PT. Dirgantara Indonesia. Hasilnya gemilang. Kecakapan Habibie memimpin IPTN membuat nama Industri kedirgantaraan Indonesia bersinar di mata dunia.
Prestasi itu membuat Soeharto senang bukan main. Ia kemudian memberikan tantangan Habibie untuk menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek). Pertimbangan Soeharto sederhana. Bangun kedirgantaraan saja bisa, bangun industri teknologi apalagi. Habibie tak gentar. Sebab, ia melihat penguasaan teknologi dapat berkontribusi besar bagi pembangunan ekonomi Indonesia.
“Bagi B.J. Habibie, apa yang telah disumbangkannya kepada bangsa dan negara, sudah terbukti seperti ditulis seorang wartawan asing bahwa Habibie membawa abad teknologi ke Indonesia. Dulu Indonesia punya menteri untuk industri penerbangan, mempunyai direktur jenderal industri penerbangan, punya Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).”
“Namun, semuanya belum ada yang membuktikan membuat industri pesawat terbang komersial dan memproduksinya secara serius. B.J. Habibie waktu itu memulainya hanya sebagai penasihat teknologi tinggi perusahaan minyak Pertamina, telah membuktikan kepada putra-putri Indonesia bahwa Indonesia bisa memasuki abad teknologi canggih,” ungkap A. Makmur Makka dalam buku Mr. Crack dari Parepare (2008).
Keberhasilan Habibie dalam mengembangkan dunia kedirgantaraan dan teknologi Indonesia diakui banyak pihak. Konsep pembangunan ekonominya dibicarakan ke mana-mana. Kwik Kian Gie (kemudian jadi Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri 1999-2000) turut mengomentari konsep ekonomi Habibie.
Opini Kwik Kian Gie pun muncul dengan judul Konsep Ekonomi Prof. Habibie. Artikel itu ditulisnya dalam Surat Kabar Harian Kompas pada 4 Maret 1993. Baginya, konsep Habibie cukup masuk akal untuk menjadikan kemajuan teknologi sebagai penggerakan pembangunan nasional.
BACA JUGA:
Kwik Kian Gie menyebut konsep itu dengan istilah Habibienomics. Nyatanya, istilah yang diperkenalkan Kwik menjadi beken di mana-mana. Bahkan, hingga hari ini. Habibienomics disebut Kwik dapat menjadi alat yang mampu mengejar ketertinggalan Indonesia dari negara maju.
“Konsep Habibienomics diperkenalkan pertama kali oleh ekonom Kwik Kian Gie tahun 1993 pada sebuah tulisan atau opini yang dimuat di salah satu surat kabar nasional yang merupakan pemikiran dari B.J. Habibie,” ungkap pengamat ekonomi dari Universitas Sam Ratulangi sebagaimana dikutip laman Antara, 12 Desember 2019.