JAKARTA – Sejarah hari ini, 36 tahun yang lalu, 25 Februari 1987, Presiden Soeharto meresmikan Pabrik Kondom Banjaran (kini: Pabrik Mitra Rajawali Banjaran). Peresmian itu dilakukan Soeharto sebagai bentuk komitmen pemerintahan Orde Baru (Orba) melanggengkan program Keluarga Berencana (KB).
Sebelumnya, Soeharto telah mencoba mengubah paradigma banyak anak banyak rezeki. Ia menganggap keluarga kecil dengan dua anak sudah lebih dari cukup. Ia pun mendukung penuh KB supaya kesejahteraan keluarga Indonesia terjaga.
Narasi banyak anak banyak rezeki sudah tak lagi relevan lagi pada era 1960-an. Penurunan angka kesejahteraan keluarga-keluarga di Indonesia ada di baliknya. Semuanya karena memiliki anak banyak membawa serangkaian masalah bagi kaum wanita.
Kaum wanita jadi yang paling sengsara. Angka ibu yang meninggal setelah melahirkan meninggi, utamanya. Belum lagi urusan membesarkan anak yang membutuhkan dana yang tak sedikit. Bagi orang mampu tiada masalah. Namun, bagi mereka yang hidup pas-pasan jadi masalah besar.
Permasalahan itu kemudian membuat Soeharto mendukung program KB yang dulunya tak didukung Orde Lama. Sebagai bentuk keseriusan, empunya kuasa mendirikan Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN).
Lembaga itu lalu berubah nama jadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 1970. Soeharto berharap masyarakat Indonesia mulai berpikir untuk memiliki anak paling banyak dua orang. Karenanya, Orba serius membiayai program KB.
“Pada tahun fisikal 1970/1971 pemerintah Indonesia memberikan bantuan sebesar 1,3 juta dolar AS untuk program KB tingkat nasional, diimbangi dengan bantuan para donor asing sebesar lebih dari tiga juta dolar AS. Bantuan ini meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 1976/1977 bantuan biaya yang digunakan untuk program KB sebesar 28,5 juta dolar AS dan pada tahun 1977/1978 naik lagi menjadi 34,3 juta dolar AS.”
“Memang, saya berpendapat, bahwa kelahiran perlu terus kita kendalikan melalui peningkatan dan perluasan pelaksanaan program nasional KB. Sedangkan tingkat kematian, terutama tingkat kematian anyi dan anak diharapkan dapat menurun dengan cepat berkat bertambah baiknya taraf kesahteraan sebagai hasil kemajuan pembangunan dan pelayanan kesehatan serta penyuluhan yang juga akan makin meluas,” ungkap Soeharto sebagaimana ditulis G. Dwipayana dan Ramadhan K.H. dalam buku Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya (1989).
Upaya menyukseskan program KB terus digulirkan Soeharto. Ia ikut pula mendukung berdirinya Pabrik Kondom Banjaran dan meresmikannya pada 25 Februari 1987. Kehadiran pabrik itu dianggap langkah maju untuk menghasilkan kebutuhan alat kontrasepsi yang melimpah.
Pun Pabrik Kondom Banjaran yang berlokasi di Desa Batukarut, Kabupaten Bandung, Jawa Barat ini digadang-gadang jadi pabrik kondom terbesar di Asia Tenggara. Pabrik itu memakan lahan 3,1 hektar. Sebagai awalan, target produksi kondom berada di angka 72 juta kondom dari total kapasitas 129,6 juta kondom per tahun.
"Pelaksanaan keluarga berencana harus dirasakan sebagai kebutuhan masyarakat sendiri dan dilakukan secara sadar oleh istri maupun suami bersama-sama. Jadikanlah norma keluarga kecil yang sejahtera dan bahagia menjadi norma keluarga-keluarga kita.”
"Setahap demi setahap dalam melepaskan ketergantungan luar negeri, sehingga kita dapat berswasembada dalam segala bidang yang dapat kita hasilkan sendiri," tegas Soeharto dalam pidato peresmian pabrik sebagaimana dikutip Sri Wahyuni dalam buku Pelayanan Keluarga Berencana (2022).