Sejarah Hari Ini, 18 November 1978: Bunuh Diri Massal Pengikut Sekte Kuil Rakyat Pimpinan Jim Jones di Guyana
Mayat-mayat bergelimpangan di markas sekte Kuil Rakyat di Jonestown, Guyana akibat bunuh diri massal pengikut Jim Jones pada 18 November 1978. (Twitter/@RollingStone)

Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 18 November 1978 ditandai dengan peristiwa kelam tindakan bunuh diri massal. Tindakan bunuh diri massal tersebut dilakukan pengikut sekte Kuil Rakyat pimpinan Jim Jones. Komunitas sekte Kuil Rakyat tinggal di pinggiran hutan terpencil yang dinamai Jonestown di Guyana, Amerika Selatan.

Tercatat sebanyak 909 korban jiwa meninggal dalam tragedi memilukan tersebut, yang terdiri dari bayi hingga manula. Dalam arahan Jones, komunitas tersebut meminum sari buah beracun untuk mengakhiri hidup mereka dalam momen yang oleh sang pemimpin disebut sebagai “kiamat”.

Jones adalah seorang pengkhotbah karismatik berkulit putih asal kota kecil Crete di Negara Bagian Indiana, Amerika Serikat. Sekte Kuil Rakyat pada awalnya dia dirikan pada 1955 di Indianapolis, ibu kota Indiana. Namun komunitas ini lantas tersingkir, sampai Jones mendapatkan tempat di pinggiran hutan Guyana yang dia namai sendiri sebagai Jonestown.

Kepindahan ke Guyana disebabkan pemberitaan media di AS, yang menyebutkan bahwa Jones melakukan kekerasan fisik terhadap para pengikutnya. Dia juga dituduh melakukan penipuan yang berkaitan dengan keuangan, dan masalah hukum lain. Jones yang mengalami paranoid atas berbagai tekanan media, lantas mengajak pengikutnya pindah ke Guyana.

Jim Jones dan anak-anak yang tergabung dalam kounitas sekte Kuil Rakyat yang dipimpinnya. (ABC News/Jones Family)

Jones menjanjikan sebuah kehidupan utopia sosialis. Itulah sebabnya komunitas tersebut menghidupi diri secara mandiri. Mereka bercocok tanam dan membuat kerajinan tangan untuk dijual, demi memenuhi kebutuhan harian komunitas.

Namun yang dirasakan para pengikut Jones bukanlah kehidupan sosialis yang sejahtera. Mereka justru dipaksa untuk bekerja keras di ladang. Hukuman akan diberikan jika para anggota mempertanyakan soal otoritas sang pemimpin. Segala jenis tanda pengenal anggota disita, rekening bank tak diizinkan, dan surat-surat yang datang dari anggota keluarga para pengikut Jones pun disensor.

Jones yang tersangkut sejumlah kasus hukum di negara asalnya, terus dikejar oleh otoritas Amerika Serikat. Dia semakin paranoid, dan sangat yakin bahwa Pemerintah AS adalah musuh yang bakal menghancurkan dirinya sehingga harus diperangi.

Pembunuhan Leo Ryan

Pada 1978 sejumlah mantan pengikut sekte Kuil Rakyat yang berhasil melarikan diri dari pengaruh Jim Jones, mengadu ke pemerintah. Pengaduan tersebut ditanggapi oleh seorang anggota kongres asal California dari Partai Demokrat, Leo Ryan. Dia pun memberanikan diri untuk terbang ke Jonestown demi membuktikan pengaduan soal Jones dan Sekte Kuil Rakyat.

Ryan mengajak sejumlah pengamat dan wartawan ke Jonestown. Rombongan Ryan tiba di sana pada 17 November 1978 setelah melakukan perjalanan selama 4 hari. Pada awal kedatangan Ryan di Jonestown, semua tampak baik-baik saja. Namun tanpa disangka, ada beberapa anggota sekte yang mengadu soal perlakukan Jones terhadap pada pengikut Kuil Rakyat.

Jones yang sudah mengalami paranoid lantas memerintahkan pembunuhan Ryan dan rombongannya. Upaya pertama pembunuhan di Jonestown gagal dan rombongan Ryan berhasil melarikan diri ke bandara. Ternyata di bandara tempat pesawat sewaan Ryan menunggu untuk  meninggalkan Jonestown, anak buah Jones sudah menunggu dengan senjata di tangan. Ryan dan empat anggota rombongannya tewas ditembak sebelum berhasil menaiki pesawat sewaan mereka. Pembunuhan Ryan terjadi pada 18 November.

Leo Ryan, anggota kongres AS dari Partai Demokrat yang dibunuh anak buah Jim Jones saat berusaha mencari fakta tentang Kuil Rakyat di Jonestown, Guyana pada 18 November 1978. (Wikimedia Commons)

Jones yang sadar sudah melakukan kesalahan sangat besar lantas kembali ke Jonestown. Dia mengumpulkan para pengikutnya untuk berceramah. Mereka berkumpul di paviliun utama untuk mendengarkan khotbah Jones, yang dia sebut sebagai “tindakan revolusioner”. Tindakan tersebut ternyata upaya bunuh diri, demi menghindari sanksi hukum yang lebih berat.

Jones memerintahkan para anak buah kepercayaannya untuk menyuntikkan cairan sianida ke tubuh bayi dan anak-anak. Lantas untuk para pengikut dewasa, dia memerintahkan mereka meminum sari buah bercampur sianida. Jones sendiri menjadi orang terakhir yang mengakhiri hidupnya, dengan cara menembak kepala.

Kesaksian Mantan Pengikut Jim Jones

Keesokan harinya saat pihak berwenang Guyana dan AS datang, pemandangan memilukan dijumpai di Jonestown. Ratusan mayat bergelimpangan dalam posisi saling bepelukan maupun bergandengan. Dari 909 korban, sebanyak 200 di antaranya adalah bayi dan anak-anak.

“Jim adalah sosok yang sangat karismatik, yang mampu menarik orang-orang yang merasa rentan atau kehilangan hak-haknya. Kebanyakan pengikutnya adalah Afro Amerika, namun ada juga yang kulit putih, Hispanik, dan Yahudi. Ada orang Kristen yang sangat religius, namun ada juga yang komunis. Jim mampu memberikan apa saja. Dia bisa menjadi apa saja, mulai tokoh agama, pelindung, sosialis, bahkan seorang ayah. Jones mampu membawa pengikutnya terikat secara emosional,” ujar Teri Buford O’Shea, mantan pengikut Jim Jones dan Kuil Rakyat dalam kesaksiannya di koran The Atlantic pada 2011.

“Saya selalu memandang Kuil Rakyat sebagai komunitas utopis yang menggunakan agama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Jim akan menjadi Kristus, Buddha, Gandhi, Lenin, atau siapapun yang Anda harapkan. Jim selalu berkata bahwa dia adalah reinkarnasi, kedatangan kembali dari siapapun yang Anda inginkan. Dan, kami percaya kepadanya,” ujar O’Shea lagi.

Foto udara Jonestown, markas komunitas sekte Kuil Rakyat pimpinan Jim Jones di Guyana. (FBI)

O’Shea bergabung dengan Kuil Rakyat saat berusia 19 tahun, ketika sekte tersebut masih bermarkas di Redwood Valley, California pada 1971 sebelum berpindah-pindah tempat dan berakhir di Jonestown, Guyana.

“Sangat sulit memahami pikiran Jim Jones, karena dia pribadi yang begitu kompleks. Karakternya membingungkan. Di satu sisi bisa sangat baik dengan mendirikan bermacam fasilitas sosial dan sangat anti terhadap perbedaan ras. Namun pada saat bersamaan dia bisa menjadi sangat paranoid. Ketakutan bahwa akan ditinggalkan pengikutnya, sehingga tak akan pernah bertemu lagi,” kata O’Shea menambahkan.

Begitulah sejarah hari ini, 18 November 1978. Tragedi mengerikan, bunuh diri massal yang dilakukan Jim Jones dan pengikutnya dalam sekte Kuil Rakyat di Jonestown, Guyana.