Bagikan:

JAKARTA - Korea Selatan (Korsel) tampil gemilang dalam gelaran Piala Dunia 2002. Tim Nasional yang berjuluk Ksatria Taegeuk tak melulu memanfaatkan atmosfer sebagai tuan rumah belaka. Mereka juga memilih salah satu pelatih sepak bola terbaik dunia. Guus Hiddink, namanya.

Pelatih asal Belanda itu mampu membawa Korsel melaju hingga semifinal. Mereka mengalahkan Spanyol hingga Italia. Karenanya, Guus Hiddink disambut bak pahlawan oleh segenap rakyat Korsel. Ia pun diangkat jadi warga kehormatan Korsel.

Korea Selatan dan Jepang terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2002. Kedua negera pun mempersiapkan segala macam ajian untuk tampil memukau dalam hajatan terbesar sepak bola dunia. Korea Selatan, apalagi. Kesiapan dari segi fasilitas dan infrastruktur disiapkan. Sedang Tim Nasionalnya dibangun sedemikian rupa.

Korsel pun menunjuk Guus Hiddink. Pelatih berpengalaman itu dianggap mampu meramu skuad Korsel. Ia pun mulai menentukan pemain yang akan dibawanya berlaga. Latihan intensif pun dilakukan untuk menjaga kebugaran dan meramu stategi menaklukkan lawannya.

Guus Hiddink membuktikan eksistensinya. Korsel dapat keluar sebagai pemuncak klasemen grup D. Mereka mampu melibas Portugal dan Polandia. Sedang melawan Amerika Serikat saja Korsel imbang. Babak 16 besar Korsel dapat mengalahkan Italia, tim unggulan Piala Dunia dengan skor tipis 2-1.

Pelatih kebanggaan rakyat Korea Selatan, Guus Hiddink. (Wikimedia Commons)

Babak perempat final pun tiba. Korsel dengan percaya diri berjumpa tim kuat lainnya, Spanyol. Korsel mampu keluar sebagai pemenang dengan mengalahkan Spanyol lewat adu penalti. Namun, langkah Korsel berhasil dihentikan oleh Jerman 0-1 di semifinal.

Kekalahan itu membuat Korsel harus puas berjumpa dengan Turki di perebutan tempat ketiga. Korsel pun kalah 2-3 dari Turki. Rakyat Korsel segera melupakan kesedihan itu. Mereka lalu mengapresiasi langkah Guus Hiddink. Mereka mengganggap semifinal adalah pencapaian terbaik.

“Pasukan Cinderella dalam Piala Dunia 2002 adalah tidak lain dan tidak bukan, pasukan tuan rumah Korea Selatan. Selepas lima kali ke Piala Dunia, mereka akhirnya mencapai semi final dengan mengesankan. Pasukan yang dibimbing oleh pelatih dari Belanda, Guus Hiddink ini membariskan pasukan terkuatnya yang didominasi oleh pemain yang berlaga dalam liga Korea (K-League) ataupun liga profesional Jepang (JLeague).”

“Hanya dua pemain yang memiliki posisi sebagai penyerang yang diambil dari liga Eropa, Seol Ki-Hyun dan Ahn Jung-Hwan. Seol Ki-Hyun mewakili klub R.S.C. Anderlecht dari Belgia dan Ahn Jung-Hwan bermain untuk klub Italia, A.C. Perugia. Mereka berdua menjadi tonggak utama dalam membawa Korea Selatan hingga sampai semifinal,” ungkap Shebby Singh dan Ahmad Fauzan Othman dalam buku Cemerlang dan Menang Cara Sepak Bola (2006).

Apresiasi untuk Guus Hiddink

Keberhasilan Korsel melaju ke semifinal disambut dengan gegap gempita oleh rakyat Korsel. Pemerintahnya, apalagi. Namanya dikumandangkan di mana-mana. Rakyat Korsel melafalkan namanya dengan sorak-sorai: Hiddingu.

Guus Hiddink dianggap pahlawan. Ia tak saja mampu membawa Korsel melawan tim Eropa, tapi juga mampu sepak bola Korsel ke level lebih tinggi. Ia pun menerima ragam penghargaan dari Korsel. Namanya kemudian diabadikan di salah satu stadion tempat digelarnya Piala Dunia 2002.

Stadium yang mulanya bernama Gwangju World Cup Stadium diubah menjadi Guus Hiddink Stadium. Sebuah stadion yang menjadi saksi Korsel menaklukkan Spanyol di perempat final Piala Dunia 2002. Semua itu dilakukan sebagai bentuk penghargaan atas jasa Guus Hiddink. Semenjak itu penghargaan lainnya berdatangan.

Penghargaan yang paling besar yang diberikan Korsel kepadanya adalah menjadikan Guus Hiddink sebagai warga negara kehormatan. Sebuah penghargaan yang hanya diberikan kepada orang-orang yang memiliki jasa besar kepada dunia, khususnya Korsel.

Laga babak 16 besar Piala Dunia 2002 saat Korsel menang 2-1 atas Italia. (FIFA)

“Pemerintah setempat pun tidak ketinggalan untuk menganugerahkan beberapa penghargaan kepada Hiddink atas jasanya yang telah mengharumkan nama bangsa. Selain namanya yang diabadikan menjadi salah satu nama stadion di Korea Selatan, ia juga dijadikan sebagai warga negara kehormatan. Belum berhenti sampai di situ pemberian dari Korea Selatan kepadanya. Hiddink juga menerima sebuah vila di salah satu pulau yang ada di negara ini.”

“Di samping itu, fasilitas lain yang ia dapat adalah tiket pesawat Korea gratis seumur hidup. Sungguh pencapaian yang sangat luar biasa dari seorang Hiddink. Ini merupakan salah satu prestasi terbaik sepanjang karier kepelatihannya. Setelah tidak lagi melatih Korea Selatan, Hiddink sempat kembali membesut PSV dengan raihan lima trofi dalam rentang tahun 2002 hingga 2006. Setelah masa empat tahun di PSV usai, Hiddink kemudian diangkat menjadi pelatih sebuah negara di benua lainnya, Australia,” ungkap Randy Tunggaleng dalam buku The Best Manager: Sepak Terjang Pelatih Sepak Bola Terbaik Dunia (2014).