Kisah Si Wanita Emas, Hasnaeni Moein: Dahulu, Potretnya Banyak Terpampang di Kaca Belakang Angkutan Umum di Jakarta
Si Wanita Emas, Mischa Hasnaeni Moein saat ditangkap petugas Kejaksaan Agung di Rumah Sakit MNC Jakarta karena diduga terlibat kasus korupsi di BUMN Waskita Beton. (Dok. Puspenkum Kejagung)

Bagikan:

JAKARTA - Kontestasi politik penuh dengan dinamika. Tiap calon yang ingin mengordit di dunia politik punya ajian masing-masing. Mischa Hasnaeni Moein, misalnya. Ia ngebet jadi pejabat publik – apapun itu. Upaya mengemas citra sebagai ‘Wanita Emas’ jadi opsi.

Citra itu ditonjolkan lewat potret wajah bertuliskan Wanita Emas yang terpampang di metromini dan angkot. Siasat Hasnaeni berhasil. Ia kesohor di Jabodetabek. Namun, politik tetaplah politik. Popularitas saja tak cukup untuk menang kontestasi politik. Ia justru berada di kubangan kegagalan.

Kemenangan dalam kontestasi politik tak melulu diraih dengan modal semangat belaka. Publik butuh mengenal calon yang mewakilinya di pemerintahan. Dari kontestasi jadi wakil rakyat, walikota, hingga gubernur. Menaikkan popularitas jadi hal yang utama.

Ajian itu dimainkan untuk mengenalkan sosok yang akan berlaga di kontentasi politik. Namun, tak semua calon pejabat publik semulus langkah Mischa Hasnaeni Moein. Ia menyebut dirinya sebagai Wanita Emas: Era Masyarakat Sejahtera. Anak dari mantan politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang kini sudah almarhum, Max Moein memulai langkah promosi politiknya dari bawah sejak 2010.

Kampanye Calon Gubernur DKI Jakarta 2012 yang dilakukan Si Wanita Emas, Mischa Hasnaeni Moein dengan memasang fotonya di angkutan umum Metromini. (Istimewa) 

Potret wajahnya pun mulai menghiasi kaca belakang transportasi publik yang populer pada masanya. Antara lain Metromini, Kopaja dan Angkot. Potret wajah itu mengusung pesan yang mudah terbaca: Hj. Hasnaeni, SE. MM: Wanita Emas, Mengubah Sampah Menjadi Emas”.

Jargon kampanye itu terkenal seiring lalu-lalang angkutan umum dan penumpangnya di seantero Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Khalayak umum pun mulai memperbincangkan sosok Hasnaeni. Bahkan, sosok wanita berkelas --bukan dari jelata-- berdandan rapi itu lebih ‘renyah’ diperbincangkan dibanding tokoh politik lainnya.

“Saya ingin menggantikan Fauzi Bowo, kata dia, menyebut nama Gubernur DKI Jakarta yang dikenal dengan nama Foke. Kalau gubernur sekarang menghipnotis masyarakat dengan kumisnya, pemain sinetron yang terkenal dengan nama Mischa Moein ini mau menjadi Raja Midas.”

“Sementara raja dalam mitologi Yunani itu bisa mengubah segala sesuatu yang dipegangnya menjadi emas, perempuan ini meyakini bahwa sampah bisa diubah menjadi emas. Memang, jika melihat Jakarta, sampah di mana-mana, alangkah ajaibnya jika berubah jadi emas di mana-mana. Lama tak terjun di panggung layar kaca, pemain sinetron serial Jin dan Jun dan Saras 008 ini justru muncul ke panggung politik," ungkap Aguslia Hidayah dalam tulisannya di Koran Tempo berjudul Mischa Hasnaeni Moein: Saya Ingin Gantikan Mas Foke (2011).

Populer tapi Gagal

Wanita berjuluk Wanita Emas itu memang populer. Saban hari tiap agenda kontestasi politik mendekat namanya acap kali muncul di angkutan umum dari tahun 2010. Ia pun menjadi sosok yang paling diperbincangkan. Namun, politik tetap politik. Popularitas saja takkan cukup jadi ‘peluru’ memenangkan kontestasi politik.

Ia kerap tak memiliki peluang menang – jika tak boleh dikatakan gagal total. Bahkan, sering kali Hasnaeni ‘kalah’ sebelum mendulang suara di Pemilu. Padahal, popularitasnya berkat potret diri di angkutan umum begitu kesohor, bak lagu mars Partai Persatuan Indonesia (Perindo) yang melejit pada tahun 2015.

Hasnaeni pernah ingin maju sebagai calon Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten pada 2010. Ia pun mencoba menggandeng Calon Wakil Walikota Tangsel dari kalangan penyanyi dangdut, Saiful Jamil. Supaya popularitasnya meningkat, pikiranya. Namun, jauh panggang dari api. Saiful Jamil mundur dari pencalonan. Wanita Emas pun urung mendaftarkan diri dalam kontestasi itu.

Ramuan yang sama digunakan pula oleh Hasnaeni Moein pada 2012. Kali ini mimpinya besar. Ia bercita-cita menggantikan Fauzi Bowo sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ia pun mencoba peruntungan dengan masuk ke dalam bursa calon Gubernur DKI Jakarta.

Hasnaeni Moein berbincang dengan sopir metromini saat berkunjung ke Terminal Blok M untuk menemui sopir, kondektur dan penumpang metromini di Terminal Blok M, Jakarta, dalam kesempatan berkampanye sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta, Jumat (18/3/2012). (Antara/Reno Esnir)

Ia mengklaim banyak partai yang mendukungnya maju. Namun, belakangan satu-persatu partai mulai meninggalkan Hasnaeni. Hasilnya seperti yang sudah-sudah: gagal. Demikian pula kala Hasnaeni ingin maju sebagai Anggota DPR-RI pada Pemilu 2014.

Ia bertarung di daerah pemilihan DKI-II. Partai yang mengusungnya adalah partai besar: Partai Demokrat. Hasnaeni yang menjadi caleg dengan nomor urut tujuh justru gagal melaju Senayan. Ia kalah suara dengan caleg Demokrat lainnya.

Pun hal yang sama ketika Pemilihan Gubenur DKI Jakarta pada 2017. Hasilnya sama saja: gagal maning. Apalagi program yang diusungnya tak berubah, yakni mengubah sampah menjadi emas. Padahal, program itu dianggap sebatas jargon belaka.

"Caranya adalah nanti sampah-sampah di tingkat RT, RW, kelurahan, dikumpulkan kemudian dibeli oleh pemda dan sampah itu akan diolah menjadi pupuk yang berpotensi menjadi penghasilan bagi masyarakat. Jadi pupuk nggak perlu ekspor lagi," ujar Hasnaeni Moein sebagaimana dikutip laman Detik.com, 24 Januari 2012.