Megawati Soekarnoputri Sarankan Hassan Wirajuda Bertahan Jadi Menteri Luar Negeri, 23 September 2004
Hassan Wirajuda berjumpa Hillary Clinton, Jakarta 18 Februari 2009. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Hari ini, 18 tahun yang lalu, 23 September 2004, Megawati Soekarnoputri sarankan Nur Hassan Wirajuda bertahan jadi Menteri Luar Negeri Indonesia. Saran itu utarakan Megawati via telpon saat Hassan sedang berada di New York, Amerika Serikat.

Program politik luar negeri Hassan harus dilanjutkan, pikirnya. Sekalipun Megawati Soekarnoputri sudah demisioner. Nyatanya, intuisi Megawati benar. Presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga kepincut dengan kinerja Hassan. Hassan pun diangkat menjadi Menteri Luar Negeri Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009).

Politik luar negeri bebas aktif kerap jadi konsen Megawati Soekarnoputri ketika jadi orang nomor satu Indonesia. Sekalipun tak selihai ayahnya, usaha Megawati cukup maksimal. Ia mencoba menjalin hubungan dengan banyak kepala negara dari seluruh pelosok dunia. Utamanya Amerika Serikat.

Keduanya negara dikenal dekat kala itu. Bahkan, Presiden Amerika Serikat George Walker Bush sampai mengundang Megawati ke negaranya. Padahal, segenap rakyat AS sedang berduka akibat serangan terorisme 11 September (Serangan 911).

Megawati Soekarnoputri pun melawat ke Amerika. Ia berjumpa dengan Bush pada 19 September 2001. Kedatangan Megawati adalah bentuk kehangatan hubungan kedua negara. Megawati tak lupa menyampaikan rasa belasungkawa segenap bangsa Indonesia atas tragedi 911.

Caption

Bush pun senang bukan main atas kedatangan Megawati Soekarnoputri. Sebagai tuan rumah, ia ingin memberikan pesan tersirat pada dunia bahwa yang diperanginya adalah terorismenya. Bukan Islam. Pertemuan Amerika dan Indonesia yang notabede salah satu negara Islam terbesar jadi buktinya. Pun kedua negara bersepakat untuk menjalin kerja sama untuk melawan terorisme.

“Megawati adalah presiden dari negeri dengan penduduk Islam terbesar di dunia. Karena itu, bagi George W. Bush, penerimaan Megawati di Gedung Putih nanti pasti sangat berguna untuk meyakinkan dunia bahwa, dengan memproklamasikan perang terhadap terorisme dalam segala bentuknya, Amerika tidak memusuhi negeri-negeri Islam.”

“George W. Bush dapat menggunakan pertemuannya dengan Megawati untuk berseru bahwa masyarakat Islam, baik yang berada di Timur Tengah, Asia, maupun di Amerika sendiri, tidak perlu khawatir dengan tekad negeri adidaya yang dipimpinnya untuk mengejar serta menghancurkan kaum teroris hingga ke pelosok dunia mana pun,” ungkap Rizal Mallarangeng dalam buku Dari Langit (2008).

Kunjungan Megawati Soekarnoputri ke luar negeri makin masif di tahun-tahun setelahnya. Megawati, bersama Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda dari Kabinet Gotong Royong ikut berkunjung melawat ke Asia hingga Eropa. Semuanya dalam rangka membangun dan menjaga hubungan kerja sama.

Megawati Soekarnoputri pun merasakan kinerja baik dari Hassan dalam melanggengkan politik luar negeri. Kinerja baik itu bertahan hingga Megawati tak lagi menjabat sebagai orang nomor satu Indonesia. Namun, ia tetap menitip pesan sembari menyarankan Hassan untuk bertahan sebagai Menteri Luar Negeri di Pemerintahan SBY.

Hassan Wirajuda dan istri pertamanya, Tresnawati, saat bertemu Presiden AS, Barack Obama dan Ibu Negara Michelel Obama di New York pada 2009. (Official White House Photo/Lawrence Jackson)

Ia pun sampai menelpon Hassan yang sedang ikut sidang PBB di AS pada 23 September 2001. Saran dari Megawati Soekarnoputri diikutinya. Apalagi SBY kepincut dengan kinerjanya. Hassan pun menjadi bagian dari Kabinet Indonesia Bersatu era SBY.

“Kemudian Ibu Mega menyampaikan pertimbangannya, yaitu supaya ada keberlanjutan politik luar negeri yang bebas dan aktif. Intuisi Ibu Mega ternyata tidak berdiri sendiri. Pada akhir dinner di restoran Sechuan Palace tersebut sempat dibagikan fortune cookies, dan yang saya terima berisikan pesan: All your hardworks will soon pay off.

“Kontan yang hadir menyeru: Bapak akan jadi Menlu lagi! Saya hanya senyum-senyum saja karena fortune cookies seperti menguatkan apa yang baru saja saya dengar dari lbu Mega,” ungkap Hassan Wirayuda dalam buku The Brave Lady (2009).