Memori Hari Ini, 10 Agustus 2001: Presiden Megawati Soekarnoputri Angkat Muhammad Feisal Tamin Sebagai Menpan
Presiden Megawati Soekarnoputri dan para menterinya dalam jajaran Kabinet Gotong Royong. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, 21 tahun yang lalu, 10 Agustus 2001, Presiden Megawati Soekarnoputri mengangkat Muhammad Feisal Tamin sebagai Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Menpan). Feisal Tamin diminta Megawati lewat sambungan telpon dini hari dan langsung disanggupinya.

Pengangkatan itu jadi bukti komitmen Megawati merombak jajaran pejabat yang bermasalah. Semuanya demi amanat rakyat. Apalagi kepemimpinan Megawati diragukan banyak pihak. Keraguan itu muncul karena Megawati adalah perempuan.

Orde Baru (Orba) membuat nama Megawati mencuat. Pun di zaman Orba putri dari Putra Sang Fajar mulai masuk ke dalam dunia politik. Posisi Megawati jelas. Ia ingin memperjuangkan nasib dari wong cilik (rakyat kecil). Keinginan itu tak lain untuk meneruskan mimpi mendiang ayahnya, Soekarno.

Megawati menjadikan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) sebagai kendaraan politiknya. Namun, karena gonjang ganjing politik megawati Muncul dengan partai baru Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Partai itu jadi kendaraan yang tepat untuknya berjuang di lintasan politik Indonesia.

Karier politik Megawati pun menanjak. Selepas Orba apalagi. Megawati makin eksis di dunia politik. jalan jadi tokoh kesohor terbuka lebar. Ia terpilih sebagai Wakil Presiden Indonesia mendampingi Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 1999. Atau selepas Habibie meletakkan jabatannya sebagai Presiden Indonesia.

Muhammad Feisal Tamin, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dalam Kabinet Gotong Royong di era Presiden Megawati Soekarnoputri. (Wikimedia Commons)

Dua tahun kemudian, ia menggantikan Gus Dur sebagai Presiden Indonesia. Megawati jadi satu-satunya presiden perempuan dalam lintasan sejarah Indonesia. Tugasnya sebagai orang nomor satu Indonesia tak mudah. Ia harus segera mengembalikan Indonesia meninggalkan keterpurukan akibat krisis moneter 1998.

“Megawati menjadi presiden dalam kondisi Indonesia yang masih goyah. Oleh karena itu, Megawati dapat diibaratkan seperti seorang Dewi Pertiwi (Ibu) yang turun ke dunia saat semua anaknya sedang susah dan mengalami banyak kesulitan.”

“Pada mulanya banyak yang meragukan kepemimpinan Megawati karena ia perempuan, namun nyatanya faktor ini justru menjadi pembeda yang menentukan. Megawati adalah seorang ibu, dan insting keibuan menuntunnya dengan baik dalam menjalankan kekuasaan,” ungkap S.D. Darmono dalam buku Bringing Civilizations Together (2019).

Upaya pertama yang dilakukan oleh Megawati sebagai presiden adalah berbenah. Segala macam aparatur negara yang terindikasi bobrok (korup dan tidak jujur) segera dibersihkan. Semuanya demi memudahkan Indonesia bangkit dari keterpurukan.

Megawati Soekarnoputri pun mencoba selektif dalam memilih menteri-menterinya. Baginya, seorang menteri harus memiliki pengalaman mempuni dibidangnya. Terpilihnya Muhammad Feisal Tamin jadi sebagai Menpan, contohnya. Putra daerah asal Bima, NTB itu diangkat pada 10 Agustus 2001.

“Itulah kondisi birokrasi ketika Presiden Megawati Soekarnoputri meminta saya menjadi Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan). Ketika pada Rabu, 10 Agustus 2001, jam 24.20 dini hari, Ibu Mega menelepon, saya yakin beliau sudah paham prinsip, pendirian, dan latar belakang saya. Mulanya ajudan Presiden yang menelepon, menyampaikan keinginan Ibu Mega berbicara.”

“Saya terdiam sejenak ketika mendengar pernyataan Ibu Mega. Baru saya memberikan jawaban: Kalau untuk kepentingan bangsa dan negara, dan merupakan kehormatan, dari lbu, maka saya tidak boleh menolak. Saya harus membantu Presiden untuk berhasil melaksanakan amanat rakyat,” ungkap Muhammad Feisal Tamin dalam buku The Brave Girl (2019).