JAKARTA - Tiada yang menampik eksistensi maskapai dagang Belanda VOC di Nusantara. Bukti-bukti kejayaannya masih terlihat hingga hari ini. Benteng Speelwijk di Serang, Banten salah satunya. Benteng itu dulunya dikhususkan untuk menghormati tokoh kesohor VOC: Cornelis Speelman.
Di era kekinian kondisinya boleh tak utuh. Namun, tiap orang berhak berimajinasi bentuk benteng yang memiliki dua fungsi. Pertahanan dan permukiman. Tim VOI Memori pun penasaran. Dan inilah penelusuran kami ke Benteng Speelwijk.
Penjelajahan ke bangunan cagar budaya acap kali menyenangkan. Dalam sekali penjelajahan saja, pelancong ‘dihadiahi’ dua hal penting. Edukasi dan rekreasi. Itulah yang kami tekankan dalam penjelajahan ke Benteng Speelwijk, Rabu, 8 Juni.
Jarak 99 Km dari Jakarta ke Kampung Pamarican (lokasi Benteng Speelwijk) bukan halangan bagi kami untuk menjelajah. Alih-alih kelelahan, kami justru semangat jalan sehabis subuh ke Speelwijk. Kunjungan kami disambut positif oleh petugas keamanan Benteng Speelwijk.
Petugas setempat pun bercerita banyak kepada kami. Dari eksistensi benteng hingga pandemi COVID-19. Kala pandemi menyapa, Benteng Speelwijk sepi bukan main. Kini kondisi mulai berubah.
Pengunjung mulai berdatangan. Tanpa berlama-lama petugas mengenalkan kami kepada seorang pemandu. Sambudi, namanya. Sama seperti penjelajahan sebelumnya, kami pun diberikan pesan khusus oleh petugas keamanan: jangan buat konten misteri.
"Silakan, kami mempersilahkan untuk mengambil gambar secara bebas di lingkungan Benteng Speelwijk. Akan tetapi harap dimaklumi sehubungan dengan baru dibukanya kembali Benteng Speelwijk ini untuk dikunjungi pasca COVID-19 kemarin.”
“Saya tidak bisa untuk menjadi narasumber karena saya hanya menjaga keamanan. Takut salah menjelaskan. Untuk lebih jelasnya mengenai sejarah Benteng Speelwijk bisa ditanyakan kepada pak Sambudi, selaku kuncen.Di sini, gak ada itu hal mistis,” terang petugas keamanan tersebut.
Benteng Multifungsi
Penjelajahan pun dimulai. Kami ditemani oleh Sambudi. Pria paruh baya itu memagang kunci utama untuk menuju ke dua ruangan benteng. Ia pun menjelaskan panjang lebar terkait fungsi benteng. Benteng tak hanya difungsikan sebagai kubu pertahanan tapi juga tempat tinggal. Bahkan, di dalam lingkungan benteng dulunya terdapat rumah hingga gereja. Pun di luar benteng terdapat pemakaman.
Rasa penasaran meninggi. Dua ruangan di dalam benteng membuat kami penasaran. Kami pun menuju ke sana. Sambudi dengan senang hati membimbing langkah kami. Namun, kami skeptis. Kami bertanya kenapa pintunya harus dikunci.
Jawabannya membuat kami prihatin. Banyak di antara pengunjung yang datang justru menjadikan kedua ruangan sebagai lokasi buang air kecil. Karenanya, ruangan kerap berbau tak sedap. Sambudi pun berinisiatif untuk menguncinya. Supaya ruangan tak dijahili pengunjung kembali, katanya.
Kami memasuki ruangan pertama. Sambudi menjelaskan bahwa ruangan ini adalah sebuah ruangan yang memiliki dua fungsi.
Pertama, ruangan ini difungsikan sebagai penjara. kedua, sebagai gudang peluru. Ruangan penjara digunakan pula untuk menyiksa siapa saja yang dianggapnya pengkhianat maupun penjahat. Dari kaum bumiputra hingga orang Eropa.
Ruangan kedua tak jauh dari ruangan pertama. Posisinya bahkan bak saling menghadap. Ruangan itu difungsikan VOC sebagai pusat administrasi. Utamanya urusan perdagangan rempah-rempah. Imajinasi besarnya kekuasaan VOC dapat dirasakan di ruangan itu.
Sejarah Benteng Speelwijk
Sejak dulu kala komoditas lada jadi daya tarik utama Banten. Apalagi kala itu, Banten telah menjadi bandar lada nomor dua di Nusantara. Adanya komoditas lada yang melimpah jadi daya tarik. Orang-orang dari pelosok dunia berebutan ingin datang ke Banten. Belanda apalagi.
Perniagaan yang maju pada abad ke-17 membuat Kesultanan Banten banyak berbenah. Pembangunan secara besar-besaran digulirkan. Pembangunan sebuah benteng, salah satunya. semua itu karena Benteng Kesultanan Banten yang lama sudah tak layak dijadikan area pertahanan.
Sultan Banten, Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683) dengan orang kepercayaannya Syahbandar Kaytsu tancap gas menginisiasi pembangunan benteng pada 1670-an. Empunya kuasa lalu menunjuk seorang Belanda Hendrik Lucasz Cardeel (kemudian dikenal: Pangeran Wiraguna) sebagai arsitek. Pilihan itu masuk akal mengingat Cardeel adalah ahli bangunan kesohor di zamannya.
“Pekerjaan ini sepertinya berlangsung lebih dari satu tahun karena, menurut sebuah catatan pada bulan April 1678 benteng di pinggir laut tampaknya hampir selesai. Tetapi penataan kembali pertahanan kota terus berlanjut. Renovasi benteng masih tetap dilakukan sampai di pengujung tahun berikutnya. Dengan tak adanya keterangan yang lebih rinci.”
“Mungkin informasi ini harus ditafsirkan sebagai kelanjutan pekerjaan renovasi dinding di sisi-sisi lain kota yang tampaknya tidak dicanangkan dalam rencana semula. Dua petunjuk membawa kita kepada kesimpulan ini. Kita ketahui bahwa ketiga orang pangeran terpenting di kerajaan, yaitu Pangeran Kidul, Lor, dan Kulon berkunjung ke benteng pertahanan pada bulan Mei 1678,” ungkap Claude Guillot dalam buku Banten: Sejarah dan Peradaban Abad X – XVII (2008).
Banten pun hanya sebentar menikmati kejayaan benteng baru itu. Perselisian antara Sultan Ageng Tirtayasa dan anaknya, Sultan Haji jadi muaranya. Sultan Haji yang memiliki ambisi menjadi penguasa Banten paham dirinya akan kalah. Namun, siasat dimainkan. Sultan Haji berkongsi dengan VOC untuk mengalahkan ayahnya.
Siasatnya manjur. Ajian itu buat Sultan Haji bercokol di atas tahkta Kesultanan Banten pada 1683. Sebagai bentuk balas jasa, Sultan Haji memperbolehkan VOC menempati Kesultanan Banten. Akan tetapi, Belanda membangun kembali benteng yang sempat hancur karena perang. Benteng itu lalu dinamakan Speelwijk.
Nama Speelwijk sengaja dipilih oleh Belanda tak lain untuk menghormati salah satu petinggi VOC yang paling berjasa: Cornelius Speelman. Semuanya karena kehebatan Speelman memainkan siasat devide et impera (politik pecah-belah) VOC. politik pecah belah Speelman mujarab bagi VOC.
Di sisi lain, pemilihan nama Speelman adalah keputusan buruk. Sebab, Speelman juga digadang-gadang sebagai cikal-bakal VOC runtuh. Dalam masa jabatannya sebagai Gubernur Jenderal VOC, Speelman banyak boroknya. Termasuk melanggengkan korupsi untuk memperkaya diri sendiri.
BACA JUGA:
“VOC sendiri kini memasuki masa sulit yang panjang. Ketika Gubernur Jenderal Speelman meninggal pada tahun 1684, terbongkarlah korupsi dan penyalagunaan kekuasaannya. Konon dia memerintah tanpa menghiraukan nasihat Dewan Hindia.”
“Mereka telah menahan lebih dari 100 orang, yang kecuali seorang, kini dinyatakan tidak bersalah, telah menjual orang-orang merdeka sebagai budak, telah mengesahkan pembayaran-pembayaran untuk serdadu-serdadu, yang sebenarnya tidak ada dan untuk pekerjaan yang tidak dilakukan, dan telah membayar di bawah harga terhadap kaum bumiputra yang memasok lada,” tutup Sejarawan M.C. Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008).