JAKARTA - Sejarah hari ini, 205 tahun yang lalu, 18 Mei 1817, Kebun Raya Bogor resmi didirikan. Pendirian itu dilakukan atas restu dari Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen. Demi ilmu pengetahuan, pikirnya.
Ia pun menamakan kebun itu sebagai ‘s Lands Plantentuin te Buitenzorg. Namun, cikal bakal Kebun Raya Bogor sudah ada sejak masa pemerintahan Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles. Kebun itu dirintis oleh Raffles dan istrinya Olivia Mariamne Devenish. Alias Olivia Raffles.
Boleh jadi era Penjajahan Inggris di tanah Nusantara hanya sebentar. Akan tetapi, dampaknya luar biasa besar. Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles (1811-1814) ada di baliknya. Gebrakan-gebrakan Raffles acap kali terbilang revolusioner.
Raffles adalah otak yang mampu membombardir Keraton Yogyakarta dan juga orang yang menghapus perbudakan di tanah Hindia. Sumbangsih lain Raffles adalah pengabdiannya dalam ilmu pengetahuan dunia. Ia selalu penasaran dengan potensi yang dikandung oleh bumi pertiwi. Budaya dan botani, terutama.
Agenda itu takkan lancar jika Raffles tak segera memilih kawasan Buitenzorg (kini: Bogor) sebagai tempat tinggal. Keputusan Raffles yang tak mau berkantor di Batavia jadi muaranya. Ia tak mau melanjutkan pemerintahan ala pemimpin Hindia-Belanda sebelumnya. Raffles beranggapan berkantor di Batavia sama saja seperti bunuh diri terjangkit penyakit tropis.
Raffles dan istrinya Olivia pun menempati Istana Buitenzorg (kini: Istana Bogor). Keduanya menikmati kehidupan di Kota Hujan itu. Bahkan, Raffles dan Olivia sampai membuat taman Indah di halaman istananya, Semua karena ketertarikan keduanya terhadap dunia botani.
“Hal pertama yang Raffles lakukan sesudah mendapatkan kekuasaan adalah menuju perbukitan. Iklim Batavia telah membunuh sahabat karibnya, dan musim hujan, ketika menurut kabar, limbah rawa dan hawa penyakit sedang kuat-kuatnya akan tiba.”
“Untungnya, sekitar 50 kilometer ke selatan, ada tempat sejuk yang tampaknya menawarkan obat sempurna terhadap panas pantai yang merusak kesehatan. Weltevreden (kini: kawasan sekitar Lapangan Banteng) mungkin memiliki arti: sangat memuaskan. Namun, ada tempat yang diberi nama dengan kata klise yang terletak di lereng pegunungan terdekat: Buitenzorg yang berarti tanpa perhatian dalam bahasa Belanda,” ungkap Tim Hannigan dalam buku Raffles dan Invasi ke Jawa (2012).
Ide Raffles dan Olivia terhitung revolusioner. Sekalipun mereka tak lagi berada di Buitenzorg. Setelahnya, taman mereka di Istana Buitenzorg dilirik banyak orang. Ahli botani asal Jerman, C.G.C. Reindwardt, salah satunya. Reindwardt ingin taman itu menjelma sebagai kebun yang berguna.
Ia juga ingin supaya tempat itu dijadikan tempat pendidikan guru pertanian dan sebuah tempat yang mengoleksi tumbuh-tumbuhan. Gayung pun bersambut. Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen menyetujui ide itu.
Akhirnya, taman yang sebelumnya milik Olivia Raffles dikembangkan menjadi ‘s Lands Plantentuin te Buitenzorg pada 18 Mei 1817. Pembangunan Kebun Raya Bogor menginspirasi Belanda membangun pusat pembelajaran dunia botani lainnya.
“Kebun Raya Bogor dibentuk tahun 1817 oleh Kerajaan Belanda. Kemudian seiring dengan waktu, Kerajaan Belanda mendirikan Bibliotheca Bogoriensis (1842), Herbarium Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium Treub (1884), dan Museum Zoologicum Bogoriense (1894),” tutup Jatna Supriatna dalam bukunya sendiri Otobiografi Jatna Supriatna (2021).