Bagikan:

JAKARTA - Euforia balapan motor kelas dunia GP500 (Kini: MotoGP) Sentul 1996 bukan melulu milik Indonesia. Pebalap dunia lainnya juga ikut larut. Michael “Mick” Doohan, salah satunya. Ia punya memori indah ketika berlaga di arena balapan kebanggaan Indonesia. Doohan tampil memakau. Ia mampu merajai Sirkuit Sentul. Karenanya, ia naik podium sebagai pemenang MotoGP gelaran pertama di Indonesia. Istimewanya lagi, piala kemenangannya diserahkan langsung oleh Presiden Indonesia, Soeharto.

Indonesia pernah punya arena balapan kelas dunia. Sirkuit Ancol, namanya. Lintasan balap itu mampu mengakomodasi talenta-talenta muda Indonesia yang keranjingan balapan. Sederet pebalap kesohor tanah air bermunculan era 1970 hingga awal 1980-an. Antara lain Hengky Irawan, Saksono, Karsono, dan Tinton Soeprapto.

Aksi mereka mengendarai mobil balap selalu dinanti. Karenanya, balapan acap kali jadi hiburan populer khalayak umum. Tiap ada gelaran balapan di Ancol –internasional ataupun nasional--, penonton yang datang membeludak. Baik yang menonton dengan karcis, ataupun tidak.

Akan tetapi, kejayaan Sirkuit Ancol tak bertahan lama. Pertengahan era 1980-an jadi masa sulit bagi Sirkuit Ancol. Gelaran balapan mulai jarang. Menyempitnya arena sirkuit karena pembangunan dianggap sumber utama. warga setempat mulai terganggu dengan deru mesin balap. Kondisi itu diperparah dengan absennya Ancol menggelar balapan nasional atau internasional.

Mick Doohan saat hadir dalam peluncuran MotoGP Mandalika di Jakarta pada 2019. (Foto: Dok. MGPA)

Putra bungsu Soeharto, Hutomo Mandala Putra langsung ambil sikap. Ia bertindak sebagai juru selamat dunia balap tanah air. Ia pun menggagas munculnya Sirkuit Internasional Sentul yang rampung pada 1993. Kehadiran Sirkuit itu bawa berkah buat Indonesia. Sederet gelaran balap kelas dunia mulai mengaspal di Sentul. Balapan motor paling prestisius di dunia, MotoGP, terutama.

“Sentul merupakan nama sebuah kecamatan di wilayah tersebut yang luasnya tak lebih dari 2.000 kilometer persegi. Lantaran singkat dan mudah diingat, Sentul diabadikan sebagai nama sirkuit terbesar di Indonesia itu. Fasilitasnya lengkap, antara lain paddock, pit, ruang istirahat pebalap, landasan helikopter, unit perawatan medis, dan fasilitas lainnya yang sesuai dengan ketentuan FIA (Federation Internationale de l'Automobile).”

“Setelah diresmikan, Sirkuit Sentul sempat kebanjiran event otomotif baik tingkat nasional, regional, maupun internasional. Mulai dari Enduro Race, Formula Brabham dan Asia, Touring, Superbike World Championship, dan Drag Race. Bahkan, pada 1996 dan 1997, Sentul menorehkan sejarah dengan menjadi tuan rumah seri Grand Prix 500 cc,” tutup Suseno dalam tulisannya di Majalah Tempo berjudul Biar Tekor, Asal kesohor (2005).

Kemenangan Mick Doohan

Sejarah baru hadir di Sirkuit Sentul. Indonesia untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah dari gelaran MotoGP. Sirkuit Sentul --sesuai kalender balapan MotoGP-- ditempatkan sebagai sirkuit kedua dari 16 sirkuit yang dijajal oleh pebalap MotoGP. Mereka yang akan menjajal sirkuit dibuat antusias. Mick Doohan, salah satunya.

Pebalap asal Australia yang berada di bawah panji tim Repsol Honda itu menjadikan seri MotoGP Sentul sebagai ajang pembuktian. Sebuah pembuktian bahwa dirinya dapat kembali ke jalur juara dunia. Sebab, seri pertama GP500 di Sirkuit Shah Alam, Malaysia, Doohan hanya berada di tempat kelima. Ia pun memasang target tinggi: podium satu.

Niatan Doohan sudah terlihat dalam fase uji coba yang digelar di Sentul pada 5-7 dan 12-15 Februari 1996. Namun, pada hari terakhir Doohan justru kesulitan menaklukkan Sirkuit Sentul. Guyuran hujan di dalam sirkuit jadi muaranya. Buruknya cuaca itu membuatnya sempat mengganggu kepercayaan dirinya. Tapi Doohan tak menyerah.

Pada hari penentuan, 7 April 1996, Doohan ingin menaklukkan Sirkuit Sentul sekali lagi. Ia kemudian menggeber motornya nyaris tanpa perlawanan. Doohan bisa melahap 30 lap lintasan balapan sepanjang 3,965 km Sentul dengan catatan waktu 43 menit 50,798 detik dan kecepatan 163,807 km/jam. Diikuti Alex Barros di posisi kedua. Sedang Loris Capirossi harus puas berada di posisi ketiga.

Mick Doohan saat mengalami cedera tahun 1999, yang membuatnya harus pensiun dari MotoGP. (Foto: FoxSports/News Limited)

Kemenangan itu begitu membekas bagi Doohan. Atmosfer balapan di Sentul begitu membantunya menaklukkan sirkuit. Ia pun selalu mengingat kemenangan yang menurutnya sebuah kegemilangan, bahkan hingga hari ini.

"Rasanya fantastis MotoGP bisa kembali digelar di Indonesia, dengan basis penggemar yang sangat besar tak hanya dari MotoGP tapi juga dari pabrikan," kenang Doohan pada 2009, dikutip Antara.

Kemenangan Mick Doohan memukau segenap penonton yang hadir di Sirkuit Sentul. Presiden Soeharto pun termasuk di dalamnya. Soeharto menikmati betul aksi Doohan melesat di aspal Sentul. Karenanya, momentum penyerahan hadiah tak disia-siakan oleh Soeharto. Ia bertindak memberikan penghargaan berupa piala kemenangan langsung kepada Doohan selaku pemenang.

Kesempatan itu tak saja membuat Soeharto dapat bercengkrama langsung dengan Doohan, tapi juga membuat wajah Soeharto muncul di halaman depan di ragam media massa. Wajahnya yang berpose dengan ketiga pemenangan, Michael Doohan (Australia), Alex Barros (Brasil), dan Loris Capirossi (Italia) muncul di mana-mana. Penyebarannya pun hingga pelosok negeri. Sebagai sebuah tanda balapan di Sirkuit Sentul sukses besar.

“Sudah sering kali Presiden Soeharto menyaksikan langsung pertandingan olahraga. Namun memberikan langsung penghargaan kepada kepada pemenang merupakan suatu yang sangat langka.”

“Panitia penyelenggara Marlboro Indonesian Grand Prix dan juga pebalap Doohan yang memenangkan balapan, pantas mendapatkan kehormatan, karena Pak Harto berkenang menyaksikan langsung balapan dan menyerahkan langsung penghargaan,” tertulis dalam laporan Harian Kompas berjudul Dari Pak Harto untuk Doohan (1996).