Sirkuit Sentul: Sejarah Arena Pergelaran Balap MotoGP Pertama di Indonesia
Pebalap motor asal Prancis, Jean Michel-Bayle saat turun dalam ajang balap GP 500 di Sirkuit Sentul tahun 1996. Balap GP 500 sekarang dikenal sebagai MotoGP. (Foto: Dok. Yamaha Motor)

Bagikan:

JAKARTA - Indonesia pernah punya arena balapan kelas dunia legendaris. Sirkuit Internasional Sentul, namanya. Gelaran balapan kelas dunia seperti Enduro Race, Superbike World Championship, hingga GP 500 1996-1997 yang kini bernama MotoGP pernah mewarnai kejayaan Sentul.

Sederet prestasi itu buat nama Indonesia terangkat. Tiap balapan digelar, jalanan menuju Sentul acap kali ramai. Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto ada di baliknya. Karenanya, Sentul jadi sirkuit yang paling diingat orang era 1990-an.

Gelaran hajatan balap kelas dunia acap kali dinanti khalayak umum. Adanya kompetisi sengit antar pebalap jadi muaranya. Pun tiap orang yang menonton memiliki idola-idolanya masing-masing. Alias berbeda-beda. Makin sengit sebuah balapan, makin banyak atensi dari orang yang menonton. Keuntungannya pun bejibun. Pundi-pundi pendapatan yang banyak hingga menaikkan martabat bangsa adalah beberapa di antaranya.

Bentuk lintasan Sirkuit Sentul dilihat dari udara. (Foto: Wikipedia)

Indonesia pun tak mau ketinggalan. Inisiasi membangun sirkuit intenasional di Sentul mengemuka. Pembangunannya beralasan. Sirkuit baru itu ditujukan untuk menghadirkan gelaran kelas dunia di bumi pertiwi. Pun sekaligus mengganti pendahulunya Sirkuit Ancol yang digusur oleh pemerintah DKI Jakarta.

Inisiasi pembangunan sirkuit semakin mengemuka kala Tommy Soeharto mulai ambil bagian dalam pembangunan sirkuit. Tommy yang hobi balapan memiliki cita-cita tinggi. Ia ingin Indonesia kesohor di Asia. Dalam penyelerenggaraan balapan kelas dunia, terutama.

Putra bungsu Presiden Soeharto segara berkolaborasi bersama kawannya, Tinton Soeprapto dan Tungky Ariwibowo, demi menyukseskan mimpi itu. Gelaran balapan mobil Formula 1 (F1) jadi incarannya yang utama. Perihal dana yang besar tak menjadi fokus utama dari Tommy. Ia yakin banyak yang akan membantunya. Apalagi ia adalah anak Soeharto.

Akhirnya sirkuit yang menelan dana Rp120 miliar mulai dikerjakan. Peletakan batu pertama dilaksanakan pada 1986. Pembangunannya sempat tertunda karena masalah kekurangan dana. Namun, Tommy bergerak cepat hingga rangkum pada 1993.

“Itulah sebabnya, sarana yang dibangun tak tanggung-tanggung. Lintasannya, misalnya, dibuat selebar 15 meter dengan lapisan aspal impor jenis Porus. Tak mengherankan, banyak pembalap internasional memuji kehebatan sirkuit itu,” ungkap Arif Zulkifli dkk dalam tulisannya di Majalah Tempo berjudul Sentul, Diantara Deru dan Utang (1998).

Suasana balap GP 500 di Sirkuit Sentul tahun 1996, yang sekarang bernama MotoGP. (Foto: MotoGP.com)

Sirkuit Internasional Sentul kemudian menjelma menjadi salah satu sirkuit kesohor di Asia. Semua karenanya pembangunan dilakukan secara maksimal. Banyak tenaga ahli didatangkan khusus untuk membangun Sirkuit Sentul. Pun fasilitasnya dibuat lengkap, sebagaimana sirkuit kelas dunia umumnya.

Empunya sirkuit menghadirkan paddock, pit, hingga fasilitas lainnya. Kelengkapan itu memang tak mampu menarik F1 digelar di Sentul. Tetapi, event otomotif kelas dunia lainnya banyak hadir di Sentul. Yang paling besar adalah penyelenggaraan GP 500 pada 1996 dan 1997, yang sekarang bernama MotoGP.

“Sentul merupakan nama sebuah kecamatan di wilayah tersebut yang luasnya tak lebih dari 2.000 kilometer persegi. Lantaran singkat dan mudah diingat, Sentul diabadikan sebagai nama sirkuit terbesar di Indonesia itu. Fasilitasnya lengkap, antara lain paddock, pit, ruang istirahat pembalap, landasan helikopter, unit perawatan medis, dan fasilitas lainnya yang sesuai dengan ketentuan FIA (Federation Internationale de l'Automobile).”

“Setelah diresmikan, Sirkuit Sentul sempat kebanjiran event otomotif baik tingkat nasional, regional, maupun internasional. Mulai dari Enduro Race, Formula Brabham dan Asia, Touring, Superbike World Championship, dan Drag Race. Bahkan, pada 1996 dan 1997, Sentul menorehkan sejarah dengan menjadi tuan rumah seri Grand Prix 500 cc,” tutup Suseno dalam tulisannya di Majalah Tempo berjudul Biar Tekor, Asal kesohor (2005).