Ada Peran Tommy Soeharto di Balik Gelaran MotoGP Pertama di Indonesia Pada 1996
Tommy Soeharto di dalam mobil Mazda RX7 dalam sebuah ajang balap di Sirkuit Sentul. (Foto: Twitter@chokingXhazard)

Bagikan:

JAKARTA - Hutomo Mandala Putra adalah nama mentereng dalam dunia balap tanah air. Pria yang akrab disapa Tommy Soeharto bukan saja aktif sebagai pebalap, tapi juga ikut mengembangkan dunia balapan. Ia punya mimpi besar. Ia ingin membawa aksi menarik pebalap “jet darat” Formula 1 (F1) ke Indonesia. Sirkuit Internasional Sentul pun disiapkan. Mimpi itu kandas. Tak ada rotan, akar pun jadi. Sebagai gantinya Tommy justru sukses menggelar balap motor dunia, MotoGP yang saat itu masih bernama GP500.

Boleh jadi tindak-tanduk Tommy Soeharto penuh dengan kontroversi. Anak bungsu dari Presiden Soeharto itu mampu menancapkan kuasanya pada segala bidang. Akan tetapi, usahanya mengembangkan dunia balap balap tanah air tiada yang menampik.

Ia bahkan bukan orang baru dalam dunia balap. Balap reli, terutama. Kegemarannya itu telah hadir sedari muda. Pun mimpinya cukup besar. Tommy ingin Indonesia unggul dalam gelaran balapan nasional dan internasional. Ia pun tak jarang terjun langsung. Kadang sebagai pebalap. Kadang pula sebagai penyelenggara.

Salah satu ajang balap formula di Sirkuit Sentul pada 1994. (Foto: Wikipedia)

Terjunnya Tommy sebagai pebalap pun penuh dengan catatan meyakinkan. Ia punya semangat bertarung yang tinggi. Sebab, di arena balapan Tommy dapat menjelma menjadi lawan yang kompetitif. Pebalap-pebalap era 1980-an yang sezaman dengannya pun menjulukinya sebagai Raja Balapan.

Tiap balapan digelar, terutama yang diadakan di Sirkuit Ancol, Tommy selalu dapat unggul dari lawan-lawannya. Keunggulan itu karena Tommy memiliki kemampuan melihat kapasitas mobil yang digunakan. Baginya, balapan bukan melulu mengandalkan mobil dengan desain bagus semata, tetapi juga punya mutu tinggi ketika digeber di arena balap.

“Ketika Tutut di Pasar Seni, adik kandungnya, Hutomo Mandala Putra -biasa dipanggil Tommy- juga ada di Ancol, yakni di sirkuit balap mobil. Mbak Tutut berbaur dengan anak-anak, sedangkan Mas Tommy berbaur dengan deru mobil. Tommy, bujangan berusia 27 tahun, duduk di balik setir mobil balap setelah lima tahun absen. Selama ini ia hanya ikut reli. Rupanya pemunculannya kembali tetap memukau.”

“Di grup N Free For All dengan mobil Ford TX 3, Tommy melaju tanpa perlawanan dari pesaingnya, di antaranya pebalap kawakan Beng Suswanto. Tommy menjadi juara pertama. Masih dengan Ford TX 3, ia merebut gelar juara kedua di grup N kelas 1.300-1.600 cc. Catatan waktunya 12 menit 10,44 detik, hanya selisih beberapa detik dari pebalap Yanto Budi, yang menjadi juara pertama,” tertulis dalam laporan Majalah Tempo berjudul Balap Mobil (1988).

Mimpi Indonesia Tuan Rumah F1

Aktifnya Tommy di arena balapan tak jauh berbeda dengan keaktifannya sebagai penyelenggara balapan. Peran itu membuatnya paham jika animo masyarakat acap kali meninggi ketika balapan digelar. Alias balapan selalu menjadi hiburan yang ramai tiada dua. Tommy pun mencium peluang untuk memboyong acara balapan kelas dunia ke Indonesia.

Tak tanggung-tanggung. Tommy menargetkan hajatan balapan F1. Target itu jelas tak muluk-muluk. Tommy telah memikirkan panjang terkait penyelenggaraan itu. Karenanya, hal utama yang digodok adalah memindahkan lintasan balap dari Ancol ke kawasan Sentul. Pemindahan itu membuat Tommy segera merencanakan pembangunan sebuah lintasan balap kelas dunia. Sirkuit Internasional Sentul, namanya.

Balap Formula 1 yang masih menjadi impian untuk digelar di Indonesia. (Foto: Formula 1)  

Tommy pun mulai mengumpulkan dana Rp120 miliar untuk merangkumkan pengerjaan sirkuit. Pun pemerintah mendukung penuh ide dari Tommy. Karenanya, khalayak melihat itu sebagai suatu pemborosan. Pandangan itu dianggap sepi saja olehnya. Ia terus bekerja sehingga sirkuit itu rampung pada 1993. Lantaran itu cita-cita Tommy menghadirkan F1 di tanah Nusantara tetap menyala.

“Mungkin 1993 nanti baru akan kita jadikan. Entah, nantinya akan di-approve jadi seri dunia atau tidak, yah, kita tunggu nanti. Tapi menurut rencana kita, akhir 1992 sudah bisa dipakai buat kejuaraan Piala Presiden. Itu pun kalau tidak ada kendala, dari segi konstruksinya, cuaca, dan sebagainya,” ungkap Tommy Soeharto dalam wawancara di Tabloid Otomotif pada 1991.

Tiada Rotan Akar Pun Jadi

Tommy optimis rencananya memboyong F1 ke Indonesia akan terjadi. Apalagi kala itu, Tommy telah menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Motor Indonesia (1991-1995). Ia pun menyiapkan Sirkuit Internasional Sentul dengan penuh keseriusan. Fasilitas yang dihadirkannya cukup lengkap. Dari paddock hingga ruang istirahat pebalap. Fasilitas-fasilitas itu mencontoh sirkuit kelas dunia lainnya.

Menurutnya, andai kata Indonesia berhasil menyelenggarakan F1, maka animo masyakarat Indonesia yang akan menonton akan tinggi. Penontonnya ramai. Demikian pula perputaran uang yang dapat terjadi. Lagi pula, F1 dapat membuat banyak orang, khususnya pebalap lokal untuk bermimpi menjadi pebalap kelas dunia.

Rencana itu gagal total. Nyatanya, sarana yang lengkap tak menjamin Sentul dapat otomatis hadir dalam kalender balapan mobil F1. Konon, permasalahannya ada di panjang sirkuit. Tommy tak tinggal diam. Ia terus melakukan lobi. Tapi hasilnya selalu sama.

Pebalap MotoGP, Marc Marquez, sempat menjajal Sirkuit Sentul dalam sebuah ajang promosi Honda pada 2014. (Foto: ANTARA/Andika Wahyu)

Pada akhirnya, Tommy memilih gelaran balapan motor kelas dunia. Superbike dan MotoGP jadi incaran. Lobi itu berhasil. Indonesia justru dua kali tampil sebagai tuan rumah: MotoGP 1996 dan 1997. Keberhasilan itu semakin menegaskan Tommy sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia balap tanah air.

“Sentul merupakan nama sebuah kecamatan di wilayah tersebut yang luasnya tak lebih dari 2.000 kilometer persegi. Lantaran singkat dan mudah diingat, Sentul diabadikan sebagai nama sirkuit terbesar di Indonesia itu. Fasilitasnya lengkap, antara lain paddock, pit, ruang istirahat pebalap, landasan helikopter, unit perawatan medis, dan fasilitas lainnya yang sesuai dengan ketentuan FIA (Federation Internationale de l'Automobile).”

“Setelah diresmikan, Sirkuit Sentul sempat kebanjiran event otomotif baik tingkat nasional, regional, maupun internasional. Mulai dari Enduro Race, Formula Brabham dan Asia, Touring, Superbike World Championship, dan Drag Race. Bahkan, pada 1996 dan 1997, Sentul menorehkan sejarah dengan menjadi tuan rumah seri Grand Prix 500 cc,” tutup Suseno dalam tulisannya di Majalah Tempo berjudul Biar Tekor, Asal kesohor (2005).