JAKARTA - Sepekan lagi mata dunia akan menyorot ke Indonesia, balapan MotoGP seri Indonesia akan digelar di Sirkuit Mandalika, Lombok, NTB pada 18-20 Maret. Peradaban baru Indonesia dimulai.
Ajang balapan ini, akan menjadi ujian bagi bangsa Indonesia, sudah siapkah kita memasuki peradaban yang sangat tinggi dan berkompetisi dengan banyak negara yang sudah lebih dahulu memulainya?.
Seluruh proses kerja MotoGP berorientasi pada mutu dan teknologi yang sarat kualitas, itu membuat harga motor balap mereka pun selangit, mencapai Rp 70 miliar.
Di balik itu semua, ajang MotoGP Mandalika diyakini mampu menggerakan perekonomian masyarakat setempat. Besarnya potensi ekonomi diharapkan dapat memperbaiki taraf kehidupan warga di sekitar Mandalika. Lokasi Mandalika yang berada dikawasan Ekonomi Khusus (KEK), tidak terlepas dari keinginan untuk menarik investasi, membuka kesempatan kerja, mendorong ekspor, serta transfer teknologi dan inovasi.
Kondisi demografi Lombok Tengah didominasi pekerja sektor nonformal. Celah ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan geliat kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Sumber ekonomi baru yakni wisata olahraga, kendati akan bersifat musiman, era ”Bali baru” ini tetap perlu dijaga kesinambungannya.
Menurut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, meski tertatih-tatih mengatasi sejumlah kendala, dua ajang balap tingkat internasional yaitu World Superbike (WSBK) dan Asia Talent Cup (ATC) pada 19-21 November 2021. Ajang ini diklaim disaksikan oleh 1,6 miliar penduduk dunia. Sirkuit Mandalika akan semakin mendunia karena akan menjadi tuan rumah seri kedua MotoGP 2022.
Serapan Tenaga Kerja
MotoGP Mandalika diharapkan bisa menyerap hingga 7.945 tenaga kerja. Di dalamnya termasuk 3.000 pekerja dari kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang sempat terpuruk akibat pandemi COVID-19.
Data yang dihimpun dari Kementerian Koperasi dan UMKM, Kemenparekraf, Bank Indonesia dan Pemerintah Nusa Tenggara Barat, sebanyak 1.256 UMKM telah siap menyambut gelaran MotoGP Mandalika.
Data Dinas Koperasi dan UKM NTB menyebutkan ada 123.000 UKM di provinsi tersebut. Sementara menurut Badan Pusat Statistik, jumlahnya lebih besar yakni mencapai 660.000 unit
Selama ini kehidupan warga Lombok Tengah, 72 persen ditopang oleh sektor pertanian, kehutanan, perikanan serta pariwisata.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik, sebagian besar penduduk di Lombok Tengah memang menggantungkan hidupnya pada sektor pekerjaan non formal. Bahkan, sebanyak 38,7 persen dari angkatan kerja di Lombok Tengah tergolong kategori pekerja bebas dan pekerja keluarga/tidak dibayar. Artinya, meskipun Lombok Tengah kerap menjadi tujuan wisata, daerah ini masih berkutat dengan persoalan lapangan pekerjaan.
Kendati bersifat musiman, ke depan, penyelenggaraan berbagai ajang balap internasional di Sirkuit Mandalika akan semakin menumbuhkan pariwisata NTB dan sektor-sektor lain yang terkait. Hal ini perlu dibarengi pula dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia setempat, transisi mata pencarian, dan penguatan UMKM khas daerah itu.
Ajang MotoGP Mandalika memang bukan hanya tentang balapan semata. Di baliknya terselip harapan sebagian masyarakat, khususnya 128.100 penduduk miskin di Lombok Tengah untuk kehidupan yang lebih baik dengan adanya Sirkuit Mandalika.
Tingginya animo dan penggemar balap terhadap gelaran MotoGP Mandalika telah menumbuhkan geliat usaha dan perekonomian masyarakat setempat, yang diharapkan perputaran uangnya akan berdampak positif memulihkan perekonomian lokal dan nasional.